HONG KONG SAR – Media OutReach – Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Herbalife Nutrition dan Feed the Children, yang ditugaskan kepada OnePoll, untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, hampir 7 dari 10 konsumen Asia Pasifik pernah menghadapi “kerawanan pangan” di beberapa titik dalam hidup mereka. Diperburuk oleh situasi pandemi COVID-19, Kerawanan pangan dimaksudkan sebagai kurangnya sumber keuangan yang tersedia untuk pangan di tingkat rumah tangga.

Penelitian tersebut menyelidiki tren nutrisi keluarga selama pandemi, melibatkan partisipasi sebanyak 2.500 konsumen di lima pasar Asia Pasifik, termasuk Hong Kong, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam.

“Kami mengamati, kerawanan pangan berdampak lebih besar pada orang tua selama pandemi karena mereka tidak memiliki pilihan yang baik untuk mendapatkan makanan segar dan sehat, dan tidak memiliki uang yang cukup membeli makanan yang dibutuhkan. Banyak orang tua juga khawatir tentang dampak pandemi terhadap kesehatan dalam jangka waktu panjang pada anak-anak mereka,” kata Stephen Conchie, Wakil Presiden Senior dan Direktur Pelaksana, Herbalife Nutrition Asia Pasifik, Kamis (29/4/2021) kemarin.

Melalui misi ini, program Nutrisi Herbalife untuk ‘Zero Hunger’, hanyalah salah satu cara mereka berkolaborasi dengan organisasi nirlaba dan berbagi sumber daya untuk membawa perubahan penting itu. “Karena kerawanan pangan dan gizi buruk sangat terkait erat dengan beberapa penyakit kronis, ada kebutuhan mendesak untuk menyediakan alternatif makanan yang aman dan terjangkau bagi keluarga dan anak-anak agar terhidnar dari rasa khawatir tentang kerawanan pangan dalam jangka panjang,” ujar Stephen.

Perubahan Perilaku Belanja Pangan

Selama pandemi, sekitar 68 persen konsumen di Asia Pasifik menghadapi masalah keamanan pangan untuk pertama kalinya, hampir setengah (52%) konsumen Asia Pasifik juga mulai membeli makanan yang lebih murah. Responden mengungkapkan bahwa mereka juga mulai berbelanja di toko lain yang lebih murah (40%), melewati makan (34%), dan menerima bantuan makanan dari bank makanan atau pusat komunitas lokal (32%).

Perjuangan Orang Tua dalam Menjaga Pola Makan yang Sehat dan Seimbang

Sedangkan masalah teratas terkait makanan dan gizi di antara semua responden adalah ketidakmampuan untuk makan makanan seimbang selama pandemi (34%), Ada perbedaan signifikan yang dilaporkan antara responden yang merupakan orang tua dibandingkan dengan bukan orang tua, termasuk:

  • Kurangnya akses ke buah-buahan dan sayuran (40% bagi orang tua, 24% bukan orang tua)
  • Kurangnya pilihan yang aman untuk mendapatkan makanan (39% bagi orang tua, 26% bukan orang tua)
  • Tidak cukup uang untuk membeli makanan yang dibutuhkan (33% bagi orang tua, 22% bukan orang tua)

Para Orang Tua Mengkhawatiran tentang Dampak Kesehatan Jangka Panjang

Sembilan dari 10 orang tua di Asia Pasifik (90%) yang disurvei khawatir bahwa anak mereka akan mengalami efek kesehatan jangka panjang akibat kerawanan pangan selama pandemi. Karena sebagian besar anak (70%) saat ini melakukan pembelajaran online dari rumah, 63% orang tua yang disurvei khawatir bahwa mereka tidak mendapatkan semua nutrisi yang mereka butuhkan karena akses yang terganggu di makanan sekolah. Dengan demikian, mayoritas (73%) telah membuat makan siang untuk anak-anak mereka pada waktu makan siang atau sebelum berangkat pada hari itu.

Untuk memastikan anak-anak dapat menjaga pola makan seimbang selama pandemi, sekitar setengah dari orang tua (55%) mengatakan bahwa pemerintah harus mempromosikan jam kerja yang fleksibel bagi orang tua untuk memastikan anak-anak mereka makan dengan baik. Solusi populer lainnya adalah sekolah menyediakan resep makanan yang mudah dan sehat untuk digunakan orang tua (43%) dan mengandalkan pengiriman makanan untuk meningkatkan pilihan makanan sehat (31%).