SHANGHAI, TIONGKOK – Media OutReach – 8 Maret 2021 – Penelitian menunjukkan bahwa tim yang beragam menunjukkan performa yang lebih baik dan lebih inovatif, dan sering kali memperlihatkan hasil yang menjanjikan bagi bisnis.[1] Meskipun demikian, persoalan kesenjangan gender yang sudah lama melekat antara representasi laki-laki dan perempuan dalam industri teknologi terus menjadi topik hangat bagi banyak aktivis, otoritas pemerintah, dan publik.[2]

Sejalan dengan tema #ChooseToChallenge atau Memilih Untuk Menghadapi Tantangan dalam Hari Perempuan Sedunia 2021 (International Women’s Day 2021/IWD 2021) tahun ini, tiga perempuan super dari merek ponsel pintar yang berkembang pesat yaitu Infinix bersemangat untuk berbagi kisah pribadi mereka dalam menghadapi tantangan prasangka dan kesalahpahaman dalam ruang teknologi melalui video #SHEPOWER atau Kekuatan Perempuan yang dirilis oleh perusahaan tersebut. Video tersebut dapat ditemukan di (https://youtu.be/3gRg8Ox7LZY).

#SHEPOWER di Infinix

Didirikan pada tahun 2013, Infinix merupakan pemain di barisan depan yang menggabungkan desain bergaya dan teknologi ponsel pintar mutakhir dalam produk-produk mereka. Sebagai merek yang memiliki tujuan untuk terhubung dengan para anak muda melalui inovasi produk mereka, merek ini juga tidaklah menghindar dari tantangan sosial yang membara – dalam hal ini, memberdayakan perempuan untuk mengambil sikap dalam beberapa lingkungan yang paling menantang. Kali ini, Infinix mendorong sebagian perempuan tersebut untuk menceritakan kisah mereka.  #SHEPOWER jauh lebih bermakna bagi Infinix dibandingkan dengan merek-merek lainnya, karena perusahaan ini tidak hanya berupaya untuk mendorong pengembangan teknologi yang inovatif dari beberapa wilayah yang kurang beruntung, tetapi juga berusaha untuk mendukung perubahan-perubahan sosial dengan cara mempromosikan kesetaraan gender, meskipun kita tidak ingin mengakui, ada beberapa bagian di dunia yang tidak terlalu ramah terhadap perempuan yang ingin mengembangkan kariernya sendiri.

Temui Shams Talaat, seorang tenaga pemasaran berusia 23 tahun di Infinix, Irak. Meskipun berada di tempat yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja perempuan terendah di dunia[3], Shams selalu berjuang ketika menghadapi persoalan kesetaraan gender. Tahun lalu, ia bergandengan tangan dengan pengunjuk rasa laki-laki dan perempuan untuk turun ke jalanan Baghdad pusat, sebagai salah satu penyelenggara pawai kesetaraan gender yang ditayangkan sebagai berita utama dunia internasional[4].

“Kami ingin merasa didengarkan, setara – dan bebas untuk menyuarakan pendapat kami,” tutur perempuan muda ini yang baru saja lulus dari Nahrain University, salah satu universitas top di Irak. “Di sini, bukanlah hal yang umum bagi seorang perempuan untuk bekerja di perusahaan teknologi. Sebagai bagian dari industri ini, khususnya di Infinix, sangat berarti bagi saya karena saya menjadi bagian dari suatu visi yang bertujuan untuk menyediakan teknologi hebat dengan harga yang tak terkalahkan untuk negara saya. Pada saat ini, saya adalah satu-satunya karyawan perempuan di kantor saya – tetapi saya yakin keadaan ini akan berubah seiring dengan upaya kami yang berkelanjutan untuk mendorong lingkungan kerja yang aman dan inklusif bagi perempuan yang bercita-cita tinggi, yang ingin mencoba melakukan sesuatu di industri teknologi di Infinix,” lanjut Shams.

Karyawan lain yang membagikan kisahnya berasal dari negara antar benua yang membentang dari sudut timur laut Afrika hingga sudut barat daya Asia – Republik Arab Mesir, suatu tempat yang menempati peringkat 136 dari 145 negara di seluruh dunia dalam hal kesetaraan gender[5]. Amani, Kepala Departemen Sumber Daya Manusia di Infinix, Mesir, telah memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman kerja yang penuh kesuksesan. Selama bergabung dengan Infinix, Amani telah diundang untuk menghadiri konferensi SDM terbesar di Timur Tengah, yaitu HRSE 2019 HR Summit and Expo.

“Di Mesir, para perempuan berada di bawah tekanan masyarakat yang sangat besar, untuk menikah dan membesarkan anak. Budaya Arab tradisional menganggap kami sebagai makhluk lemah yang memerlukan perlindungan –  bahkan keluar sendiri dari rumah merupakan suatu masalah bagi kami. Itulah sebabnya saya bangga dengan pekerjaan saya dan pencapaian saya sejauh ini,” kata Amani ketika ditanya tentang pandangannya terhadap berbagai kesulitan yang dihadapi oleh karyawan perempuan secara umum di negara mereka. Terlepas dari pengawasan ketat di negaranya, ia mampu menunjukkan performa yang unggul: “Awalnya sangat menantang, karena merek ini berkembang dengan pesat, sehingga saya perlu membentuk tim dan mengembangkannya hingga tiga kali lipat dari skala asalnya dalam waktu singkat. Meskipun demikian, pada akhirnya kami berhasil melakukannya. Tidak hanya begitu, saya juga berhasil menyelesaikan studi pascasarjana saya di jurusan Sumber Daya Manusia dan Hukum sambil bekerja. Ini benar-benar suatu berkah.”

Sementara Shams dan Amani telah menunjukkan kemampuan mereka untuk bertahan dalam menghadapi berbagai kesulitan yang menantang, sosok yang terakhir ini berasal dari tempat yang merepresentasikan masa depan yang menjanjikan bagi suatu negara yang sangat progresif, yang telah berkomitmen terhadap negara itu sendiri untuk mendorong kesetaraan gender yang lebih baik di tengah angkatan kerja yang pernah berpusat pada laki-laki – Republik Rakyat Tiongkok.[6] Jessica adalah seorang insinyur desain struktur seluler berusia 25 tahun di Infinix Shanghai, yang menarik perhatian besar karena bakatnya dalam sesuatu yang dianggap sebagai “pekerjaan laki-laki”.

Impian masa kecilnya adalah ingin menjadi seorang perancang busana, namun Jessica menemukan kegembiraan dalam menuangkan kreativitas dan semangatnya dalam tiap aspek desain seluler Infinix: “Impian menjadi nyata dalam cara yang tak terduga. Saya benar-benar merasa sangat senang karena fesyen memainkan peran penting dalam kreasi produk Infinix – ini memberikan kesempatan bagi saya untuk menyaksikan ide-ide saya diwujudkan dalam produk sehari-hari seperti ponsel pintar.” Salah satu pencapaiannya yang terbesar di antaranya proyek saling silang dengan permainan seluler yang populer yaitu PUBG. Dalam proyek ini, rancangannya ditampilkan dalam banyak titik iklan utama.

Secara global, penerimaan terhadap perempuan dalam angkatan kerja sudah lebih besar pada saat ini. Infinix tidak pernah berhenti menerima tantangan, dengan tenaga kerja yang terdiri dari 42% perempuan, Infinix terus menggalakkan kesetaraan gender dan keanekaragaman. Bukan rasionya yang penting, melainkan budaya yang mendorong keanekaragaman tersebut. Pada kenyataannya, pandemi COVID-19 juga telah melakukan percepatan maraton bagi hak-hak[7] perempuan dalam berbagai aspek. Namun demikian, perusahaan-perusahaan — dalam hal ini, yang bergerak di sektor teknologi — perlu untuk memperhatikan kembali dan melakukan improvisasi terhadap sebagian dari upaya mereka dalam mendorong kesetaraan gender di ruang kerja untuk memastikan perubahan yang berkelanjutan.[8]


[1]https://www2.deloitte.com/us/en/pages/chief-information-officer/articles/women-in-technology.html

[2]https://www2.deloitte.com/us/en/insights/industry/technology/gender-gap-in-tech-industry.html/#endnote-7

[3]https://www.middleeastmonitor.com/20201124-world-bank-less-than-15-of-iraq-women-work/

[4]https://www.france24.com/en/20200213-hundreds-of-iraqi-women-defy-cleric-to-protest-authorities

[5]https://reliefweb.int/report/iraq/unicef-iraq-humanitarian-situation-report-idp-crisis-end-year-2020

[6]https://news.cgtn.com/news/2020-10-02/25-years-of-gender-equality-in-China-Uf3mIZovWE/index.html

[7]https://www.unwomen.org/en/news/stories/2020/11/announcer-international-womens-day-2021

[8]https://hbr.org/2019/10/why-techs-approach-to-fixing-its-gender-inequality-isnt-working