SINGAPURA – Media OutReach – School of Applied Science (SAS) Nanyang Polytechnic berhasil mengembangkan garis sel eksklusif untuk spesies ikan bernilai tinggi yang tidak dapat dibudidayakan. Garis sel ini adalah yang pertama di dunia yang tumbuh pada alternatif berbasis tanaman yang layak secara etis untuk serum janin sapi yang lebih umum digunakan.

Saat ini, ketahanan dan keberlanjutan pangan terus menjadi prioritas utama, ketika dunia menjadi semakin rentan terhadap guncangan dan gangguan pasokan, Saat ini, misalnya, Singapura mengimpor lebih dari 90% makanannya, sehingga Pemerintahnya menetapkan tujuan “30 by 30” untuk memenuhi 30% kebutuhan nutrisi Singapura pada tahun 2030.

Menurut mongabay.com, dengan maraknya penangkapan ikan berlebihan yang menyebabkan populasi laut menyusut secara drastis, menikmati hidangan makanan laut tradisional akan segera menjadi masalah. Sepertiga stok ikan komersial dipanen pada tingkat yang tidak berkelanjutan secara biologis, dan 90% yang mengejutkan dieksploitasi.

Pengembangan lini sel ikan dipimpin oleh Mark Richards, Spesialis Utama NYP dalam Teknologi Akuakultur, dengan dukungan dana dari Singapore Food Story R&D Grant yang dikelola oleh Singapore Food Agency dan A*STAR.

Untuk mengatasi masalah etis yang diangkat pada penggunaan serum bovine janin untuk lini sel, tim NYP menggunakan serum alternatif yang diekstrak dari sumber tumbuhan. Dengan penghematan biaya yang signifikan dari penggunaan serum nabati, sel ikan sekarang dapat tumbuh dengan cara yang lebih berkelanjutan, dan dalam skala yang lebih besar.

“Kami telah mengerjakan berbagai spesies ikan pangan, tetapi kami paling berhasil dengan unagi, yang tidak dapat dibudidayakan saat ini. Melalui R&D kami, kami dapat mengubah dan mengembangkan sel ikan menjadi produk seperti perkedel ikan dan fillet, sembari memprioritaskan dan menangani masalah budi daya makanan laut yang berkelanjutan dan beretika,” ujar Dr Joel Lee, Direktur Nanyang Polytechnic’s School of Applied Science, dalam rilisnya, Senin (16/1/2023).

NYP telah melisensikan tiga lini sel eksklusif yang dikembangkan sendiri untuk Umami Meats, perusahaan rintisan teknologi makanan yang berbasis di Singapura yang mengembangkan makanan laut berkelanjutan, untuk ritel. Mereka termasuk belut Jepang/unagi (Anguilla japonica), kerapu bebek (Cromileptes altivelis), dan kerapu bintik oranye (Epinephelus coioides). Diharapkan produk makanan laut yang dikembangkan menggunakan cell lines ini akan tersedia paling cepat tahun 2024.