SINGAPURA – Media OutReach – Tanoto Foundation baru-baru ini menggelontorkan donasi sebesar SGD1 juta kepada Singapore National Eye Centre (SNEC), untuk mendukung program penelitian terapi gen selama tiga tahun mengenai guna memerangi degenerasi makula terkait usia (age-related macular degeneration/AMD), suatu kondisi mata yang bersifat kronis dan tidak dapat disembuhkan, yang mempengaruhi 200 juta orang di seluruh dunia. Jumlah AMD diperkirakan akan meningkat menjadi 240 juta pada tahun 2030, karena populasi yang menua dan usia yang lebih panjang.

AMD merupakan penyebab utama kebutaan pada mereka yang berusia di atas 50 tahun dan dapat menyebabkan hilangnya penglihatan karena kerusakan pada makula, atau bagian tengah retina. Kondisi ini lebih banyak terjadi di negara-negara dengan populasi yang menua, seperti Singapura, di mana sekitar satu dari empat warganya akan berusia di atas 65 tahun pada tahun 2030.

Seperti diketahui Terdapat dua bentuk AMD, yaitu awal dan akhir. Bentuk awal AMD tidak langsung mengancam penglihatan, tetapi bentuk akhir AMD (nAMD), di mana terjadi pertumbuhan abnormal pembuluh darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau pembengkakan, bertanggung jawab atas 90% kebutaan pada kasus AMD. Di Singapura, prevalensi AMD diperkirakan sekitar 5,1% (lima dari setiap 100 orang) untuk AMD dini dan satu dari setiap 200 orang untuk nAMD, yang berusia di atas 40 tahun.

Program penelitian yang akan didanai oleh Tanoto Foundation dan dipimpin oleh para ilmuwan dari SNEC dan Singapore Eye Research Institute (SERI) ini akan berfokus pada pengembangan terapi gen baru untuk mengatasi AMD. Terapi gen secara luas didefinisikan sebagai teknik terapi untuk memodifikasi gen pasien untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. Terapi ini dapat dilakukan dengan mengganti atau menonaktifkan gen yang rusak.

“Kami menyadari bahwa di usia lanjut, penglihatan, yang berdampak pada mobilitas secara signifikan, mempengaruhi kualitas hidup. Dengan komitmen jangka panjang untuk mendukung penelitian medis, terutama pada penyakit-penyakit yang banyak terjadi di Asia, kami juga memanfaatkan ekosistem penelitian dan perawatan kesehatan Singapura yang berkualitas untuk membangun kemitraan yang berarti dan merintis inovasi medis yang dapat diterapkan di kawasan ini. Kemitraan kami dengan SNEC untuk memajukan penelitian terapi gen adalah contoh yang bagus,” tutur Imelda Tanoto, Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, dalam keterangannya, Jumat (8/9/2023).

Sejak tahun 2009, Tanoto Foundation telah menyumbangkan lebih dari S$20 juta untuk penelitian dan advokasi berbagai pengobatan untuk berbagai masalah kesehatan kritis, seperti kardiologi, onkologi, dan diabetes.

“Kami berterima kasih atas dukungan Tanoto Foundation dalam memajukan penelitian penggunaan terapi gen untuk mengatasi AMD. Kondisi ini merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan, yang mengakibatkan biaya ekonomi dan perawatan kesehatan yang signifikan. Jumlah orang yang terkena AMD meningkat dengan cepat, sebagian karena populasi kita yang menua. Dukungan dari Tanoto Foundation akan membantu kami merancang terapi gen baru yang menjanjikan, yang berpotensi mengurangi jumlah perawatan yang diperlukan per tahun untuk pasien nAMD dan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup mereka,” komentar Profesor Aung Tin, CEO, SNEC.

Pengobatan saat ini berupa suntikan agen anti-vascular endothelial growth factor (VEGF) ke dalam mata secara teratur dan sering kali seumur hidup, yang diberikan rata-rata setiap dua hingga tiga bulan. Beban perawatan kesehatan secara keseluruhan di Amerika Serikat untuk AMD diperkirakan mencapai US$4,6 miliar. Beban ini juga sebanding dengan negara dunia pertama lainnya seperti Singapura.
Dengan memasukkan gen baru ke dalam tubuh untuk memicu selnya sendiri untuk memproduksi agen terapeutik, program penelitian terapi gen ini berpotensi secara signifikan mengurangi jumlah suntikan yang mungkin diperlukan pasien untuk memerangi AMD karena pengobatan ini akan bertahan lama. Jika penelitian ini terbukti berhasil, maka terapi ini berpotensi untuk dikembangkan pada penyakit retina lainnya, seperti retinopati diabetik dan oklusi pembuluh darah retina.

Tim peneliti terdiri dari dokter dan ilmuwan dari SNEC/SERI, Genome Institute of Singapore (ASTAR) milik Agency for Science, Technology and Research (ASTAR), dan Centre for Vision Research di Duke-NUS Medical School. Kolaborasi dokter-ilmuwan ini merupakan bukti dari upaya kolaboratif yang kuat dan berkelanjutan untuk menerjemahkan terapi baru dari bangku kuliah ke tempat tidur pasien.

Keterangan Foto: (Kiri ke Kanan)Dr Ng Choon Ta, Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation; Ibu Imelda Tanoto, Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation; Prof Aung Tin, CEO Singapore National Eye Centre; Dr J. Satrijo Tanudjojo, Global CEO Tanoto Foundation