HONG KONG SAR – Media OutReach – Hong Kong Baptist University (HKBU) baru-baru ini mebangun Visualisation Research Centre untuk menciptakan pengalaman sinematik baru yang lebih canggih di masa depan.

Visualisation Research Centre merupakan rumah bagi Bioskop Visualisasi LED imersif 360 derajat pertama di dunia dan Bioskop iDome 180 derajat. Fasilitas yang baru didirikan akan menyediakan platform inovatif untuk teater, tari, musik dan olahraga, dan mengubah arsip multimedia menjadi pertemuan pasca-sinematik yang dapat dijelajahi dan dialami orang.

Menciptakan platform dan kemungkinan baru

Visualisation Research Centre meruakan salah satu hasil penting di bawah proyek teknologi seni dua tahun “Sistem Sinema Masa Depan: Teknologi Seni Generasi Berikutnya”, yang dipimpin oleh HKBU bekerja sama dengan Universitas Kota Hong Kong (CityU) dan École Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL) di Swiss. Proyek perintis ini memperoleh dana sebesar HKD35,4 juta dari Program Dukungan Inovasi dan Teknologi di bawah Komisi Inovasi dan Teknologi Pemerintah HKSAR.

“Dengan apresiasi baru dari hubungan antara seni dan teknologi, telah ada permintaan global untuk bentuk baru dari pengalaman budaya dan hiburan digital. Pada saat kemampuan teknis berkembang pesat, tantangan kami adalah menciptakan platform artistik baru dan peluang kreatif baru,” kata Profesor Jeffrey Shaw, Ketua Profesor Akademi Seni Visual di HKBU, yang memimpin proyek tersebut, dalam keterangannya, Jumat (20/1/2023).

Bioskop 360 derajat menawarkan pengalaman yang sangat imersif

Bioskop 360 derajat dengan lebar delapan meter, tinggi empat meter yang terdiri dari lebih dari 400 panel LED (26 juta piksel LED), penonton dapat sepenuhnya membenamkan diri dalam lingkungan tiga dimensi. Pemirsa tidak hanya melihat film atau foto panorama; mereka juga merasakan masuk ke dalam lanskap virtual yang spektakuler, apakah itu ruang pameran di museum, monumen bersejarah di seberang lautan, situs warisan terkemuka, atau bahkan latar video game.

Pengalaman visual yang luas ini diperkuat oleh sistem suara surround 32,4 channel yang semakin memperkuat rasa imersif total ini. Dengan menggunakan teknologi 3D stereoskopis beresolusi tinggi, bioskop memungkinkan pemirsa terlibat secara interaktif dengan konten yang divisualisasikan dengan memperbesar fokus pada bidang minat mereka. Ini pada gilirannya menambah lapisan pemahaman dan makna baru pada materi yang mereka lihat.

Bioskop baru lebih lanjut menantang hubungan pasif konvensional antara penonton dan layar. Saat menonton film atau pertunjukan teater, orang biasanya hanya duduk diam di kursi dalam kegelapan. Dengan Sistem Bioskop Masa Depan, interaktivitas akan memainkan peran penting.

“Kami sedang mengembangkan teknologi yang akan meningkatkan interaktivitas antara individu dan kelompok orang. Di lingkungan sinematik kami, hingga 30 pengunjung dapat berinteraksi dengan citra dan satu sama lain,” jelas Profesor Shaw.

Dengan menggunakan sensor wearable dan perangkat biometrik, platform sinematik baru ini misalnya dapat melacak posisi fisik, perilaku, gerak tubuh, ekspresi wajah, suhu tubuh, dan detak jantung pemirsa untuk memahami apa yang mereka lihat, bagaimana mereka berperilaku terhadap penonton lain, dan bagaimana mereka menanggapi konten yang disajikan kepada mereka.

Mesin naratif co-evolutionary, yang terdiri dari kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin, akan memungkinkan manifold audiovisual untuk bereaksi dan menanggapi petunjuk sensorik yang diberikan oleh para peserta.

Aplikasi tanpa batas

Fasilitas inovatif lainnya di Visualization Research Center adalah Bioskop iDome, yang terdiri dari proyektor laser DLP, layar hemispherical vertikal berdiameter empat meter, dan peralatan audio surround sound.

Idealnya cocok untuk pameran museologi, Bioskop iDome menggunakan lensa mata ikan untuk memproyeksikan foto dan video sferis yang dapat diputar secara interaktif. Pengunjung hampir dapat benar-benar berjalan di dalam representasi 360 derajatnya untuk menikmati pengalaman interaktif yang imersif ini. Fasilitas ini juga dapat digunakan sebagai alat pendidikan untuk memvisualisasikan data ilmiah.

Dengan adanya fasilitas baru, tim proyek bekerja untuk menghasilkan hasil yang terukur yang dapat dialami oleh masyarakat umum. Hasil dari proyek Sistem Sinema Masa Depan pertama-tama akan digunakan di fasilitas terpilih di Hong Kong, seperti Bandara Internasional Hong Kong, Museum M+, dan Tai Kwun.

“Kami sedang mengembangkan proyek ini khususnya dalam kaitannya dengan konteks budaya Hong Kong. Proyek ini akan memberikan kesempatan kepada seniman dan institusi lokal untuk mengeksplorasi potensi kreatif seni dan teknologi generasi mendatang. Kami akan mengalami sesuatu yang benar-benar transformatif, karena proyek Sistem Sinema Masa Depan membuka pintu ke cakrawala baru yang tak terbatas dalam seni dan industri kreatif,” pungkas Profesor Shaw.

Keterangan Foto: Profesor Jeffrey Shaw memimpin proyek teknologi seni perintis “Sistem Sinema Masa Depan: Teknologi Seni Generasi Berikutnya” yang akan mengembangkan sistem terintegrasi untuk seniman dan industri kreatif.