SINGAPURA – Media OutReach – Dalam rangka memperingati World Youth Skills Day Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun ini, Deutsche Post DHL Group (DPDHL Group), perusahaan penyedia jasa logistik terkemuka di dunia telah mempublikasikan beberapa temuan utama dari suatu studi perdana tentang kecakapan kerja pemuda di Asia Pasifk. Studi daring yang diadakan selama tiga minggu tersebut menerima hampir 950 tanggapan dari pemuda di atas usia 15 tahun di Asia di 7 Negara, yaitu Kamboja, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Studi ini dilakukan sebagai bagian dari program GoTeach oleh DPDHL Group dengan dukungan dari mitranya yaitu SOS Children’s Villages.
“Ketidakpastian dan merasa tidak aman terhadap pekerjaan muncul seiring dengan perjuangan yang berlanjut dari sebagian besar perekonomian di wilayah tersebut terhadap berbagai gelombang COVID-19. Sementara hal ini pasti berdampak terhadap peta perekrutan untuk berbagai bisnis di seluruh bidang industri, rasanya menggembirakan ketika melihat para pemuda kita mampu memahami tantangan-tantangan yang ada di hadapannya, tetapi tetap optimis terkait bakat dan kemampuan mereka sendiri dalam mendapatkan pekerjaan setelah merampungkan pendidikan mereka,” jelas Christoph Selig, Vice President, sustainability communications and programs, DPDHL Group, Kamis (15/7/2021) kemarin.
Studi tersebut menemukan bahwa hampir 90% pemuda yang menjadi responden merasa “cemas” atau “sangat cemas” akan kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan, dengan hampir 92% di antaranya mengakui bahwa pandemi COVID-19 menimbulkan dampak terhadap proses pencarian pekerjaan. Meskipun demikian, ada kepercayaan diri dan optimisme di kalangan pemuda ini, dengan 88% dari mereka percaya bahwa mereka siap memasuki pasar kerja, dengan lebih dari 70% menunjukkan bahwa mereka berharap untuk mendapatkan pekerjaan dalam waktu kurang dari enam bulan setelah menyelesaikan pendidikan mereka.
Ketika melakukan evaluasi terhadap penawaran kerja, “peluang untuk belajar dan menghadapi tantangan” muncul di urutan teratas dalam faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, disusul oleh “rasa aman”, di mana hampir 20% responden mengindikasikan sebagai hal yang penting.
Tidaklah mengherankan, sekitar 38% dari pemuda yang mengikuti surveia, setuju dengan responden lainnya bahwa metode tradisional seperti ‘magang’ paling berguna dalam membantu mereka mendapatkan pekerjaan, meskipun rekomendasi dari mentor dan guru juga sama-sama disebut sebagai faktor utama yang mendukung. Sementara portal pekerjaan daring dianggap sebagai saluran yang tidak berguna karena kurangnya koneksi pribadi yang didapatkan dari bekerja sebagai pekerja magang atau validasi oleh kontak.
Preferensi industri
Lebih dari 30% pemuda yang mengikuti survei merasa bahwa bekerja sebagai profesional tenaga kesehatan seperti perawat atau dokter merupakan profesi yang paling tahan terhadap resesi. Tidak diragukan lagi, mereka telah memegang peran penting sebagai pejuang garis depan sejak wabah global COVID-19 ini.
Sementara pekerjaan di dalam sektor pemerintah atau pendidikan masing-masing menempati posisi kedua dan ketiga. Yang menarik, ketika ditanya apa preferensi mereka untuk pekerjaan pertama mereka, hampir 20% pemuda memilih profesi sebagai wirausahwan, dibandingkan dengan 14% yang memilih perawatan kesehatan. Secara keseluruhan, pekerjaan yang berhubungan dengan sektor kewirausahaan, pendidikan, dan perhotelan/pariwisata menempati peringkat tiga teratas yang disukai oleh para pemuda di wilayah Asia, sementara perawatan kesehatan di posisi keempat.
“Pemuda yang baru memasuki angkatan kerja telah menjadi saksi atas krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah mempengaruhi pandangan mereka terhadap dunia kerja. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan jika sebagian besar di antara mereka merasa bahwa industri perawatan kesehatan memang tahan terhadap resesi, tetapi sebagian besar pemuda juga mungkin lebih memilih untuk memulai usaha mereka sendiri, agar dapat memegang kendali atas kehidupan, karier, dan nasib mereka sendiri. Setelah semua itu, rasanya harapan meningkat ketika melihat semangat kewirausahaan para pemuda, yang mendapatkan dukungan kuat dari pelatihan kewirausahaan GoTeach tentang cara memulai dan menjalankan bisnis mereka sendiri,” tambah ” Susanne Novotny, Corporate Partnership Manager di SOS Children’s Villages.
Keterampilan utama untuk dunia kerja
Selain keterampilan teknis dan kejuruan, 45% dari mereka yang disurvei menganggap keterampilan komunikasi interpersonal sebagai yang terpenting, 30% menganggap keterampilan bahasa berkaitan dengan kemampuan mereka untuk memperoleh pekerjaan.
“Program bimbingan GoTeach kami selalu didesain membekali kaum muda dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang mereka perlukan untuk memenuhi potensi mereka di dunia yang berubah dengan cepat, dan kami akan terus bekerja sama dengan DHL untuk menyempurnakan aktivitas kami seiring dengan perkembangan dunia. Contohnya, kami memigrasikan semua aktivitas GoTeach kami secara online tahun lalu ketika Covid melanda, yang awalnya menantang tetapi membuka peluang bagi sukarelawan di seluruh dunia untuk terlibat,” tutur Pablo Millanes, Head of Corporate Partnerships di Teach For All.
Ditetapkan oleh Majelis Umum pada tahun 2014, World Youth Skills Day merupakan peluang bagi pemuda, institusi pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan (technical and vocational education and training/TVET), serta pemangku kepentingan sektor publik dan swasta, untuk memberikan pengakuan dan merayakan pentingnya melengkapi pemuda dengan berbagai keterampilan untuk ketenagakerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Tema tahun ini adalah “Keterampilan untuk pemuda yang tangguh”.
Sebagai inisiatif di bidang Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) yang dilakukan sejak tahun 2009, GoTeach berupaya meningkatkan kecakapan kerja para pemuda, terutama mereka yang berasal dari latar belakang sosio-ekonomi yang kurang beruntung akibat keresahan sosial, kemiskinan, dan/atau kehilangan keluarga.
Hingga saat ini, para relawan dari seluruh DPDHL Group yang terdapat di 60 negara telah melakukan kontribusi berupa waktu dan upaya mereka untuk bekerja bersama para pemuda dalam program ini. Di Asia Pasifik, lebih dari 600 relawan DHL melakukan beberapa inisiatif pada tahun 2020, termasuk memberikan bimbingan, pelatihan keterampilan pekerjaan, penulisan daftar riwayat hidup, pemagangan, dan kamp pemuda, untuk kepentingan para pemuda di seluruh wilayah ini.
Recent Comments