SINGAPURA – Media OutReach – Survei pembelanja online baru bertajuk “Global Online Shopper Survey 2023” dari DHL eCommerce menemukan bahwa hingga 94% pembeli e-commerce di Asia Pasifik akan meninggalkan keranjang belanja mereka jika tidak ditawarkan pilihan pengiriman pilihan mereka. Opsinya mencakup lokasi pengiriman yang berbeda, kemampuan untuk mengalihkan pengiriman, atau mengubah tanggal pengiriman.

Hampir satu dari lima pembeli di Asia Pasifik sering meninggalkan keranjang belanjaan mereka, dan fakta ini menyoroti pentingnya menawarkan opsi pengiriman yang fleksibel.

Ditugaskan oleh DHL eCommerce, survei penelitian ini meneliti perilaku belanja 11.500 pelanggan e-commerce dari 13 negara di seluruh dunia, termasuk Australia, Tiongkok, India, Malaysia, dan Thailand. Peserta survei menjawab pertanyaan tentang sikap mereka terhadap belanja lintas batas, pengiriman dan pengembalian, serta keberlanjutan. Studi ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang sektor e-commerce internasional, ekspektasi konsumen terhadap bisnis e-commerce, dan penyedia layanan pengiriman.

Pembeli online di Asia Pasifik menginginkan opsi pengiriman yang fleksibel

Visibilitas perjalanan pengiriman mulai dari pembelian hingga pengiriman sangat penting bagi pembeli online di Asia Pasifik. Hampir 82% menyatakan keinginannya untuk melakukan pelacakan menyeluruh terhadap semua kiriman mereka, terlepas dari nilai atau asal barang. Selain itu, meskipun sebagian besar masih lebih memilih pengiriman ke rumah, sekitar 18% menginginkan opsi pengiriman lainnya. Hal ini terutama terlihat di Tiongkok dimana 45% responden lebih memilih opsi mengirimkan parsel mereka ke tetangga atau tempat aman lainnya, loker parsel, atau toko parsel.

Sekitar separuh peserta survei di wilayah tersebut juga mengatakan bahwa mereka merasa frustrasi dengan waktu pengiriman yang lama (53%) dan biaya yang mahal (52%) setiap kali mereka berbelanja online. Angka-angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yang masing-masing sebesar 45% dan 52%. Untuk memperbaiki situasi ini, satu dari dua responden di Asia-Pasifik mengatakan mereka menginginkan pengiriman yang lebih cepat. Selain itu, 65% responden lebih menyukai pengiriman gratis, sementara 41% mengharapkan pengembalian gratis.

“Perilaku belanja online masyarakat sedang berubah. Dengan semakin banyaknya belanja online yang terjadi di dalam negeri dan internasional, mereka memiliki lebih banyak pilihan dan ingin merasa memegang kendali atas pembelian mereka. Kini, mereka memiliki ekspektasi yang lebih tinggi terhadap perusahaan e-commerce dan juga perusahaan pengiriman. Survei ini membekali kami dengan wawasan sehingga kami dapat menunjukkan dengan tepat kesenjangan yang ada untuk memberikan solusi yang lebih terkini dan berharga kepada pelanggan,” tutur Pablo Ciano, CEO DHL eCommerce, dalam rilisnya, Kamis (12/10/2023).

Tren belanja lintas batas

Seiring dengan pertumbuhan e-commerce lintas batas negara, konsumen menjadi lebih terbuka untuk membeli dari pengecer internasional. Survei menunjukkan bahwa sekitar 52% konsumen Asia Pasifik rutin membeli barang dari luar negeri. Warga Tiongkok dan Thailand paling sering berbelanja ke luar negeri, dengan 20% warga Tiongkok dan 23% warga Thailand berbelanja setidaknya sekali sehari.

Responden survei di Asia Pasifik memilih produk dengan kualitas lebih baik (44%) sebagai alasan utama pembelian lintas negara, disusul oleh kurangnya produk atau merek di negara mereka (43%).

Di sisi lain, hambatan belanja lintas negara bagi pembeli online di Asia Pasifik adalah waktu pengiriman yang lama (55%) dan kekhawatiran akan penipuan (49%). Ini berarti pengecer online dan penyedia pengiriman harus mampu memberikan keyakinan kepada pembeli bahwa pembelian mereka akan tiba dengan aman dan cepat.

Beralih ke jejaring sosial untuk berbelanja

Asia Pasifik mengalami peningkatan minat terhadap perdagangan media sosial. Saat ini, rata-rata 48% pembeli online di Australia, India, Malaysia, dan Thailand pernah membeli dari Facebook. Namun, TikTok lebih populer di Malaysia dan Thailand, di mana masing-masing 57% dan 52% mengatakan mereka menggunakan platform tersebut. Di Tiongkok, Douyin dan WeChat lebih populer, dengan 70% pembeli online berbelanja di Douyin dan 47% di WeChat.

Tren ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk besarnya populasi Gen Z di wilayah tersebut. Pada tahun 2025, konsumen Gen Z (yang lahir antara tahun 1996 dan 2012) diperkirakan akan mencapai seperempat populasi di kawasan ini. Segmen konsumen ini secara aktif mengonsumsi konten di platform media sosial, menjadikannya saluran masuk bagi bisnis untuk memanfaatkan penjualan lintas negara. Faktor lainnya adalah kuatnya penetrasi ponsel pintar di wilayah ini dengan tingkat penetrasi sebesar 76% pada tahun 2022, yang menyebabkan 78% konsumen berbelanja dengan ponsel cerdas mereka.

Keberlanjutan penting bagi konsumen

Solusi pengiriman yang berkelanjutan dan ramah lingkungan semakin menonjol dalam pertimbangan pembelian konsumen, dengan 77% responden di wilayah ini menyatakan hal yang sama – melampaui rata-rata global sebesar 71%. Selain itu, responden survei dari India (92%) dan Thailand (87%) termasuk di antara tiga negara yang paling peduli terhadap keberlanjutan ketika berbelanja online, hanya di belakang Nigeria (96%).

Lebih dari sepertiga (38,8%) pembeli online di kawasan ini juga bersedia membayar lebih untuk kemasan ramah lingkungan dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 28%. Demikian pula, 38% juga bersedia membayar lebih untuk opsi pengiriman yang lebih ramah lingkungan. Pengamatan ini menyoroti perlunya pengecer e-commerce untuk memasukkan keberlanjutan ke dalam produk mereka atau bermitra dengan penyedia layanan pengiriman yang berkelanjutan.

Survei Pembeli Online DHL 2023 tersedia untuk diunduh gratis disini.