SINGAPURA – Media OutReach – Tokyo menempati posisi teratas kota teraman di dunia tahun 2019 untuk ketiga kalinya berturut-turut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU), demikian data yang dirilis oleh EIU pada Kamis (29/08/2019), pada acara Safe Cities Summit  di Singapura.

Safe Cities Index (SCI 2019), merupakan proyek penelitian yang disponsori oleh NEC Corporation, penelitian tersebut menyertakan 60 kota di seluruh dunia dari lima benua. Index kota teraman ini dinilai dari beragam sifat keselamatan kota, dengan indikator yang disusun berdasarkan empat pilar, yaitu digital, infrastruktur, kesehatan, dan keamanan pribadi.

Di wilayah Asia-Pasifik, Tokyo sebagai Ibukota dari Jepang tersebut mencatat kinerja terkuat dalam kategori keamanan digital, dan juga naik delapan tempat dalam kategori keamanan infrastruktur sejak tahun 2017. Selain Tokyo, seperti di tahun-tahun sebelumnya kota-kota APAC lainnya juga mendominasi SCI 2019. Singapura dan Osaka berada di urutan kedua dan ketiga, sementara Sydney dan Melbourne juga masuk sepuluh besar. Meskipun Hong Kong telah keluar dari grup ini sejak 2017, Seoul telah bergabung dengan posisi teratas mengambil tempat kedelapan dengan Kopenhagen.

Naka Kondo, Editor Senior dari The Economist Intelligence Unit, dan editor laporan SCI2019, mengatakan, Penelitian tersebut menunjukkan bahwa wilayah kota tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kinerja SCI2019. Meskipun kota-kota APAC seperti Tokyo, Singapura dan Osaka terus menempati peringkat dalam tiga kota teratas dalam Indeks, wilayah ini juga memiliki beberapa kota dengan skor terendah di dunia, dengan Yangon, Karachi dan Dhaka berada di urutan paling bawah.

“Kota-kota APAC berkinerja baik di seluruh kategori keamanan kesehatan, keamanan infrastruktur, dan keamanan pribadi, tetapi rekan-rekan mereka di Amerika Utara umumnya lebih baik dalam keamanan digital, yang merupakan tujuh dari sepuluh kota teratas dalam kategori ini,” bebernya.

SCI 2019 mendapat manfaat dari revisi besar yang didesain untuk lebih menangkap “ketahanan perkotaan”, kemampuan kota untuk menyerap dan bangkit kembali dari guncangan, sebuah konsep yang telah memiliki pengaruh yang meningkat pada pemikiran keselamatan perkotaan selama dekade terakhir, terutama karena pembuat kebijakan khawatir tentang implikasi perubahan iklim. Edisi 2019 adalah yang ketiga, setelah edisi 2015 dan 2017.

Skor SCI2019 tidak tersebar secara merata, dengan sejumlah besar kota berkumpul di posisi puncak, dan sisanya menunjukkan variasi skor yang lebih luas. Hanya sepuluh poin yang memisahkan skor keseluruhan dari 24 kota teratas, sedangkan 36 kota terpisah 40 poin.

Penelitian memperlihatkan bahwa kinerja pilar keselamatan yang berbeda berkorelasi sangat erat satu sama lain, menandakan bahwa berbagai jenis keselamatan saling terkait.

Performa terbaik di setiap pilar adalah sebagai berikut:

Keamanan digital: Tokyo (1), Singapura (2), Chicago (3), Washington, DC (4), Los Angeles / San Francisco (5)
Keamanan kesehatan: Osaka (1), Tokyo (2), Seoul (3), Amsterdam (4), Stockholm (5)
Keamanan infrastruktur: Singapura (1), Osaka (2), Barcelona (3), Tokyo (4), Madrid (5)
Keamanan Individu: Singapura (1), Kopenhagen (2), Hong Kong (3), Tokyo (4), Wellington (5)

Kota-kota terkemuka menempatkan dasar-dasar yang benar, termasuk akses mudah ke layanan kesehatan berkualitas tinggi, tim keamanan cyber berdedikasi, patroli polisi berbasis komunitas, maupun perencanaan kesinambungan bencana. Laporan SCI2019 tersebut menggabungkan 14 wawancara mendalam dengan pakar industri di sekitar keselamatan perkotaan.

Naka Kondo menambahkan, secara keseluruhan, sementara kekayaan adalah salah satu penentu keselamatan yang paling penting, tingkat transparansi, dan tata kelola, berkorelasi dekat dpendapatan dengan nilai indeks. Penelitian tersebut menunjukkan banyak cara bahwa transparansi dan akuntabilitas sangat penting dalam setiap pilar kota. keamanan, dari membangun jembatan yang lebih aman hingga mengembangkan kepercayaan yang diperlukan bagi pemangku kepentingan yang relevan untuk berbagi informasi tentang serangan cyber.

“Penelitian ini juga menyoroti bagaimana berbagai jenis keselamatan saling terkait, bahwa jarang menemukan kota dengan hasil yang sangat baik dalam satu pilar keselamatan dan tertinggal di yang lain. Kebijakan, perencanaan layanan, dan penyediaan juga harus mempertimbangkan hal ini, dan tahun ini, kami telah memutuskan untuk mengumpulkan para pemangku kepentingan dari seluruh dunia dalam pertemuan Kota-Kota Treaman untuk membahas masalah-masalah semacam itu di seputar keselamatan Kota,” tutup Kondo.

Untuk laporan lengkap laporan video, dan infografis Kunjungi safecities.economist.com