JAKARTA, INDONESIA – Media OutReach – Menurut penelitian terbaru yang dilakukan L.E.K. Consulting, pasar e-groceries atau belanja makanan dan minuman secara online yang dijual melalui saluran e-commerce di Indonesia mengalami peningkatan pesat dengan perkiraan pendapatan mencapai 5 hingga 6 Miliar USD GMV pada tahun 2025. Dalam konteks Asia yang lebih luas, perusahaan e-groceries telah menikmati kesuksesan di pasar seperti Cina dan Korea Selatan.

Pandemi COVID-19 bisa menjadi katalisator yang mengarah pada pergeseran penetrasi grosir melalui saluran e-commerce Indonesia. Di tengah tren penjualan online yang berkembang di pasar, pandemi COVID-19 menjadi faktor utama dalam peralihan ke belanja online dengan peningkatan dua atau tiga kali lipat di tahun 2021. Dengan lebih dari 65% populasi di bawah 44 tahun dan populasi perkotaan di Indonesia yang menunjukkan perilaku pembelian impulsif, demografi pelanggan yang menguntungkan adalah kontributor utama bagi kesuksesan penetrasi e-groceries.

Dilaporkan oleh L.E.K. Consulting , berdasarkan demografi pelanggan, lebih dari 65% pembeli memilih kenyamanan, fitur utama dari e-groceries. Dukungan perlengkapan digital juga menjadi pendorong utama pertumbuhan ini, karena 96% penduduk Indonesia memiliki ponsel dan 76% memiliki akses ke Internet.

“Seperti yang diamati di pasar Asia lainnya seperti China dan Korea Selatan, pembeli yang lebih muda lebih cenderung berbelanja online dan dengan akses Internet dan dukungan digital yang ditingkatkan, Konsumen yang cerdas seperti ini telah mendorong permintaan bahan makanan online. Pasar-pasar ini telah mencapai jumlah massal, dengan penetrasi 5% atau lebih. Tren serupa yang diamati dalam ekonomi dinamis Indonesia, pasar e-grocery siap tumbuh lebih cepat karena pandemi COVID-19,” kata Manas Tamotia, Kepala Teknologi L.E.K. Consulting Asia Tenggara, kepada media ini, Selasa (16/02/2021).

Selain itu, tingkat penetrasi saluran e-commerce di Indonesia mencapai 6% pada tahun 2019, sementara pada tahun 2014 kurang dari 1%. Dari sisi penawaran, berbagai perusahaan dan model muncul untuk menjawab permintaan pelanggan. Melalui model offline to online , model pasar online dan model agregator, nama-nama terkemuka seperti Carrefour, Alfaonline.com, happyfresh, dan lainnya telah menggairahkan permintaan.

Penelitian oleh L.E.K. Consulting, menunjukkan bahwa saluran ritel modern baru lahir di Indonesia dibandingkan dengan pasar lain. Namun, ini adalah industri senilai 20 Miliar USD dengan sekitar 9 Miliar USD dibelanjakan di supermarket. Wabah pandemi COVID-19 membantu mendorong bidang-bidang di seluruh dunia memasuki era digital, sehingga kemungkinan toko grosir elektronik akan mengambil lebih banyak pangsa pasar di tahun-tahun mendatang, mengingat popularitas teknologi dan perdagangan elektronik saat ini.

Klik disini untuk laporan lengkapnya.