KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – Minyak mentah, yang bisa dikatakan sebagai komoditas paling penting di dunia, saat ini menjadi sorotan utama. Konflik yang semakin memanas di Timur Tengah meningkatkan risiko terjadinya guncangan besar pada pasokan minyak, yang berpotensi mendorong harga “emas hitam” ke level ekstrem dan menghancurkan perekonomian global. Dalam artikel ini, Octa, broker retail global, membagikan pandangan ahli tentang situasi yang berkembang dan menggambarkan berbagai skenario untuk pasar minyak dunia.

Pasar mulai menghitung kemungkinan konflik baru di Timur Tengah sejak jauh-jauh hari. Pada 11 Juni, harga minyak melonjak lebih dari 4% setelah muncul laporan bahwa AS bersiap mengevakuasi kedutaan besarnya di Irak karena meningkatnya kekhawatiran soal keamanan di kawasan tersebut. Dua hari kemudian, Israel dan Iran saling melancarkan serangan udara, mendorong harga Brent dan West Texas Intermediate (WTI), dua patokan utama minyak dunia, mencapai level tertinggi dalam lima bulan karena investor mengantisipasi potensi gangguan pasokan akibat konflik terbuka. Hingga hari ini, konflik masih belum mereda dan harga minyak tetap tinggi, meskipun ada beberapa indikasi bahwa pihak-pihak mungkin bersedia berunding.

“Ketegangan yang mulai berkembang ini menghadirkan tingkat volatilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, secara signifikan memperbesar bayang-bayang guncangan pasokan minyak yang bisa menjadi bencana,” kata Kar Yong Ang, analis pasar keuangan di broker Octa. Ia menambahkan bahwa konflik antara Israel dan Iran “mempunyai potensi mengerikan untuk mendorong harga minyak mentah ke level yang belum pernah dicapai sebelumnya, sehingga memicu efek berantai merusak yang dalam skenario paling parah, bisa menyebabkan krisis ekonomi global.”

Memang, khususnya Iran, memainkan peran penting dalam pasar energi global. Sebagian besar minyak mentah dan gas alam cair (LNG) dunia diproduksi dan diekspor dari kawasan ini. Iran, meski dikenai sanksi ekspor, tetap menjadi pemasok penting, terutama bagi China. Selain itu, jalur perlintasan banyak kapal bermuatan minyak dan LNG melewati Selat Hormuz, sebuah jalur sempit nan vital yang berulang kali diancam Iran untuk ditutup. Jika Iran benar-benar melaksanakan ancaman tersebut, dampaknya bisa sangat parah: berpotensi mendorong harga minyak dunia di atas USD 100 per barel atau lebih, karena gangguan pasokan yang serius.

Secara teknikal, jika dilihat dari gambaran jangka panjang, harga WTI tampak bergerak menyamping dengan sedikit kecenderungan bearish. Pada grafik harian, harga masih belum berhasil menembus channel bearish paralel. Namun, berita geopolitik terbaru telah membawanya naik di atas rata-rata pergerakan 200 hari (200‑MA) dan menunjukkan kecenderungan akan menembus zona penting di kisaran USD 77,60–78,00 per barel.

“Menembus level USD 80 seharusnya tidak sulit jika situasi saat ini memburuk secara tajam. Kerusakan infrastruktur minyak di Iran yang terus berlanjut, kemungkinan AS ikut campur dalam perang, ketidakinginan negara-negara untuk bernegosiasi, dan terutama, upaya Iran menutup Selat Hormuz—semua ini akan memberikan dampak bullish pada harga. Memang, jika berhasil menembus level USD 80, harga bisa menargetkan USD 83,40; USD 85,20; USD 87,30; bahkan USD 90,00 per barel,” lanjut Kar Yong Ang.

Sebaliknya, jika permusuhan mereda, negara-negara, terutama AS—menahan diri untuk tidak langsung terlibat, dan Israel serta Iran menunjukkan niat berunding, maka sentimen bearish akan segera muncul. “Saya pikir harga WTI bisa turun hingga USD 5 per barel dalam sekejap jika kita melihat kemajuan dalam negosiasi nuklir antara negara-negara Eropa dan Iran, yang akan dimulai di Jenewa Jumat ini,” simpul Kar Yong Ang. Dalam skenario ini, penembusan di bawah level USD 71,50 akan membuka peluang bagi tekanan turun menuju USD 67,80; USD 64,80; dan USD 61,70.

Secara keseluruhan, harga WTI kini terjebak dalam kisaran luas antara USD 70 hingga USD 80 per barel. Pergerakan di atas atau di bawah kedua level tersebut akan menjadi indikator apakah situasi di kawasan tersebut memburuk atau membaik. Grafik harian WTI menunjukkan target-target bullish (berwarna hijau) dan bearish (berwarna merah).

Grafik harian minyak mentah light sweet (WTI) NYMEX

Keterangan Foto: Sumber: TradingView, analisis dan perhitungan Octa

Disclaimer

Rilis pers ini tidak mengandung atau merupakan saran atau rekomendasi investasi dan tidak mempertimbangkan tujuan investasi, situasi keuangan, atau kebutuhan Anda. Segala tindakan yang dilakukan berdasarkan konten ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan risiko Anda—Octa tidak menerima tanggung jawab atas kerugian atau konsekuensi yang timbul.