HONG KONG SAR – Media OutReach Newswire – Jutaan calon pengguna di ekonomi digital dengan pertumbuhan tercepat di Asia masih belum terhubung ke internet. Ini bukan karena pilihan gaya hidup, melainkan karena perusahaan telekomunikasi (telko) mengabaikan mereka, sekaligus melewatkan peluang pertumbuhan besar. Di India, Vietnam, dan Filipina saja, lebih dari 600 juta orang masih belum memiliki akses internet yang terjangkau.
CloudMosa, perusahaan teknologi cloud dan mobile terkemuka, hari ini merilis laporan perdana bertajuk B-Gap Barometer yang mengungkap berbagai hambatan yang membuat masyarakat tetap offline, meskipun jaringan telah tersedia. Laporan ini juga menggambarkan pandangan pelaku industri terhadap solusi potensial untuk menjembatani kesenjangan tersebut.

Berdasarkan wawasan dari para pemimpin senior industri telekomunikasi di India, Vietnam, dan Filipina, pasar yang sedang mengalami lonjakan digital, laporan ini memetakan transisi jaringan dari 2G ke 4G, mengidentifikasi hambatan utama bagi inklusi digital, dan menjelaskan bagaimana para pengambil keputusan mulai memikirkan ulang strategi inovasi dan bisnis mereka di tengah transformasi jaringan. Penelitian ini juga menegaskan bahwa inklusi digital kini menjadi prioritas strategis bisnis, dengan akses internet terjangkau sebagai frontier pertumbuhan berikutnya.
“Telko berlomba menuju masa depan dengan 5G, tetapi pertumbuhan tidak hanya datang dari atas. Peluang sesungguhnya ada pada mereka yang tertinggal dalam migrasi ke 4G dan seterusnya. Laporan ini adalah seruan aksi bagi para pemimpin industri: siapa yang lebih dulu menjembatani kesenjangan keterjangkauan, akan membentuk dekade industri berikutnya,” ungkap Shioupyn Shen, CEO CloudMosa, dalam rilisnya, Rabu (18/6/2025).
Kebutuhan Mendesak Akan Konektivitas yang Terjangkau
Telko kini berada di persimpangan penting. Menurut B-Gap Barometer, 62% operator di India, Vietnam, dan Filipina telah menghentikan layanan 2G, dan 26% lainnya siap bermigrasi. Namun, walaupun infrastruktur 4G telah berkembang pesat, populasi besar masih mengandalkan jaringan 2G. Di India, 40% operator melaporkan bahwa hingga separuh basis pengguna mereka masih berada di jaringan 2G.
Meskipun jaringan telah tersedia, banyak pengguna tetap tidak bisa online karena biaya yang tinggi masih menjadi penghalang utama — kesenjangan ini disebut CloudMosa sebagai “B-Gap” (Barriers to Gap).
Di Filipina, 66% pemimpin telko menyebut paket data yang mahal sebagai hambatan utama dalam transisi ke 4G. Di Vietnam dan India, angka ini masing-masing 57% dan 51%. Di tengah keinginan pengguna untuk beralih ke smartphone (73% di Vietnam dan 62% di Filipina), keterbatasan biaya tetap memaksa banyak orang menggunakan feature phone. Di India, 75% pengguna masih memilih feature phone karena alasan biaya, kesederhanaan, dan keandalan.
Sementara dunia bergerak cepat menuju 5G, kelompok pengguna ini justru menyimpan potensi komersial yang paling diabaikan. Telko memiliki posisi strategis untuk mengangkat mereka naik ke rantai nilai digital, sekaligus membuka peluang pendapatan, pendidikan, pekerjaan, mobilitas ekonomi, dan inklusi sosial.
Inklusi Digital Kini Menjadi Strategi Bisnis, Bukan Sekadar CSR
Saat telko menghadapi tantangan biaya jaringan lama, stagnasi pendapatan per pengguna, dan ekspansi pasar yang belum tergarap, inklusi digital bukan lagi sekadar inisiatif CSR — kini menjadi strategi bisnis yang penting.
Sebanyak 97% pelaku industri di ketiga pasar menyebut inklusi digital sebagai bagian utama dari strategi bisnis mereka. 71% menyebut menjembatani kesenjangan digital sebagai pendorong utama. 56% mengaitkannya dengan tujuan CSR. 53% percaya inklusi mendukung ekspansi pasar, retensi pelanggan, dan loyalitas. Kesimpulannya jelas: inklusi digital adalah mesin pertumbuhan bisnis yang tidak bisa diabaikan oleh telko.
Masa Depan Konektivitas Inklusif: Solusi Berbasis Cloud
Meskipun keterjangkauan teknologi telah lama menjadi tantangan, kini muncul solusi melalui perangkat mobile berbasis cloud untuk menjangkau komunitas yang lebih luas.
Dikembangkan oleh CloudMosa, Cloud Phone adalah solusi revolusioner yang mengubah feature phone berbiaya rendah menjadi perangkat modern berkemampuan internet. Dengan memindahkan pemrosesan data dan komputasi ke cloud, Cloud Phone menghadirkan pengalaman online yang mulus bagi pengguna dengan perangkat dasar.
91% pemimpin telko percaya Cloud Phone dapat membantu menutup B-Gap. 90% tertarik dengan potensinya untuk meningkatkan pengalaman pengguna berpenghasilan rendah. 85% menilai kemampuan menjalankan aplikasi premium di perangkat murah sebagai keunggulan utama.
“Kami bukan hanya membawa internet ke feature phone, kami membuka peluang bagi miliaran orang. Apa yang kami bangun lewat Cloud Phone menciptakan model pertumbuhan baru bagi operator telko, produsen ponsel, dan penyedia konten. Kami ingin menunjukkan bahwa berbuat baik tak harus mengorbankan keuntungan,” tambah Shen.
Apa Selanjutnya: Panduan Bisnis untuk Telko
Selama ini, pengguna 2G dengan feature phone dipandang sebagai segmen berpendapatan rendah. Namun kini, mereka menjadi peluang besar yang belum tergarap. Dengan solusi cloud yang mampu menekan biaya perangkat dan data, telko bisa melayani segmen ini secara menguntungkan, dengan menyediakan layanan berbasis aplikasi yang berfungsi seperti smartphone.
Solusi seperti Cloud Phone membuka platform inovasi ber-margin tinggi, memungkinkan transformasi digital dan pencapaian tujuan bisnis yang lebih luas. Dengan kemitraan dan model bisnis yang tepat, telko dapat mengubah inklusi digital menjadi dampak nyata dan pertumbuhan berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut tentang CloudMosa, klik di sini untuk mendapatkan kit pers lengkap.
https://www.cloudphone.tech/
https://www.linkedin.com/company/cloudmosa
Recent Comments