SINGAPURA – Media OutReach – 24 Juni 2019 – Dewan Bisnis UE-ASEAN (EU-ABC) dan Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN BAC) hari ini meluncurkan laporan bersama “Non -Tariff Barriers (NTBs) atau aturan-aturan non tarif yang mampu menghambat masuknya produk asing ke dalam pasar domestik di ASEAN dan penghapusan NTBS dari perspektif bisnis, yang meneliti kelaziman NTBs untuk diperdagangkan di tiga sektor industri utama di ASEAN – Otomotif, Pangan, dan Kesehatan, langkah ini selaras dengan tema utama ASEAN 2019 tentang “Kemajuan Kemitraan untuk Keberlanjutan”.

Perundingan meja bundar Dialog Bisnis UE-ASEAN dan peluncuran laporan “Hambatan non-tarif di ASEAN dan penghapusannya” pada 22 Juni 2019 di Bangkok.

Tujuan dari laporan ini adalah untuk menyoroti perlunya tindakan yang lebih cepat dalam menghilangkan Hambatan Non-Tarif di wilayah ini untuk membantu ASEAN mencapai tujuannya sebagaimana ditetapkan dalam dua Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN, dan target selanjutnya untuk mengurangi biaya transaksi perdagangan sebesar 10% pada tahun 2020 dan menggandakan perdagangan intra-ASEAN pada tahun 2025 seperti yang disepakati oleh para Pemimpin ASEAN pada tahun 2017 lalu.

Laporan ini menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk ASEAN, yang bertujuan membantu kawasan mempercepat penghapusan NTBs.

Penasihat Delegasi UE di Thailand, Ibu Isabelle De Stobbeleir, pada acara pembukan menyatakan bahwa Uni Eropa adalah pendukung kuat integrasi ekonomi ASEAN dan fasilitasi perdagangan regional. Melalui Instrumen Peningkatan Dialog UE-ASEAN Regional (E-READI), UE berupaya untuk memfasilitasi dialog kebijakan UE-ASEAN di ketiga pilar ASEAN Berkat keterlibatan aktif Dewan Penasihat Bisnis ASEAN dan Dewan Bisnis UE-ASEAN, komunitas bisnis dari UE dan ASEAN terlibat dalam pertukaran yang konstruktif.

“Bersama-sama, kami bekerja sama untuk mempromosikan integrasi ekonomi ASEAN, memperkuat kerja sama bisnis dan mengikutsertakan perspektif di sektor swasta,” tuturnya.

Sementara Bapak Donald Kanak, Chairman dari EU-ABC, yang mengomentari laporan tersebut mengatakan, ASEAN telah membuat kemajuan luar biasa dalam penghapusan tarif untuk perdagangan intra-ASEAN, tetapi Tindakan Non-Tarif (NTMs) telah meningkat tajam meskipun ada komitmen yang dibuat berdasarkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Sesuai dengan sorotan dari Asian Trade Center tentang besarnya masalah di tiga sektor bidang di ASEAN, yankini Mengurangi NTMs dan menghapus NTBs akan mendorong perdagangan intra-ASEAN, meningkatkan inovasi, dan mengarah pada biaya yang lebih rendah untuk bisnis dan untuk konsumen. Ini juga akan menciptakan peluang perdagangan intra-ASEAN untuk komunitas bisnis kecil dan menengah,” ungkapnya.

Sedangkan Ketua ASEAN BAC, Bapak Arin Jira, pada pidatonya pada peluncuran laporan tersebut di Bangkok, mengungkapkan, Ketika melewati peringatan 10 tahun Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA), ASEAN BAC sangat senang untuk meluncurkan penelitian bersama yang dilakukan oleh ASEAN BAC dan EU-ABC yang hanya menegaskan komitmen sektor bisnis swasta untuk membantu mengatasi NTBs.

“Walaupun ini baru permulaan dari proses yang panjang, kami berharap bahwa dengan dukungan dan kerja sama ASEAN, kami sekarang memiliki titik awal yang jelas dalam memprioritaskan yang ditangani oleh NTBs berdasarkan hasil penelitian yang diprakarsai pada tiga sektor: Pangan, Kesehatan dan Otomotif. Kami sekarang beralih dari mode bicara ke mode aksi,” katanya.

Ditambahkan oleh Chris Humphrey, Direktur Eksekutif Dewan Bisnis UE-ASEAN, menyebutkan ASEAN berisiko tidak mengeksploitasi potensinya kecuali kawasan itu bertindak lebih cepat dan lebih proaktif dalam program integrasi ekonomi sendiri. 2019 menandai 10 tahun sejak ATIGA ditandatangani.

Namun, beberapa elemen dari Perjanjian itu belum ditegakkan. ASEAN masih jauh dari satu-satunya basis pasar dan produksi yang diharapkan oleh MEA.

“Sangat disayangkan, ini berarti bahwa perdagangan intra-ASEAN masih sangat rendah dan sangat tidak mnungkin untuk mencapai tujuan menggandakan perdagangan intra-ASEAN pada tahun 2025, ketika Filipina menjadi Ketua ASEAN 2017. Bertindak lebih cepat dan lebih jelas dalam menghilangkan hambatan non-tarif sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut dan meningkatkan kepercayaan bisnis dalam proses MEA,” sebutnya.

Kesimpulan dari Laporan tersebut yang dapat dirangkum, bahwa Kurangnya fokus yang lebih jelas, lebih berkelanjutan dan lebih ketat dalam mengurangi jumlah dan ruang lingkup langkah-langkah non-tarif saat ini dan menghilangkan hambatan dan zona non-tarif. ASEAN tidak akan mencapai tujuan MEA dan disinyalir akan gagal memenuhi target yang terkandung dalam Cetak Biru MEA 2025.

Informasi lebih terperinci dan mendalam silahkan kunjungi: https://eeas.europa.eu/headquarters/headquarters-homepage_en/49815/Enhanced%20Regional%20EU-ASEAN%20Dialogue%20Instrument%20(E-READI)