BANGKOK, THAILAND – Media OutReach Newswire – Ranong Port, di bawah pengawasan Port Authority of Thailand (PAT), kini mengambil peran baru yang penting dalam mendorong ekonomi dan perdagangan Thailand. Terletak secara strategis di pesisir Andaman, pelabuhan ini berfungsi sebagai gerbang maritim vital yang menghubungkan Thailand dengan negara-negara tetangga di Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Eropa, serta negara anggota Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC), yang mencakup tujuh negara: Bangladesh, Bhutan, India, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, dan Thailand.
Mr. Kriengkrai Chaisiriwongsuk, Direktur Port Authority of Thailand, menyatakan bahwa Ranong Port adalah satu-satunya pelabuhan milik negara di pesisir Andaman dan memiliki keunggulan geografis yang memungkinkan akses langsung ke Teluk Benggala dan Samudra Hindia tanpa melewati Selat Malaka. Hal ini secara signifikan mengurangi waktu dan biaya transportasi.
Hasil operasional selama 11 bulan terakhir (Oktober 2024–Agustus 2025) menunjukkan potensi pertumbuhan yang konsisten, dengan throughput mencapai 6.300 TEU, dan proyeksi untuk tahun fiskal 2025 diperkirakan melebihi 6.400 TEU, meningkat 140% dibandingkan tahun sebelumnya.
Saat ini, Ranong Port memiliki infrastruktur yang baik untuk mendukung pertumbuhan lebih lanjut, terdiri dari dua dermaga: dermaga serbaguna sepanjang 134 meter dan dermaga kontainer sepanjang 150 meter, yang mampu menampung kapal hingga 12.000 deadweight tonnes (DWT). Pelabuhan ini juga memiliki area penyimpanan seluas 36.000 meter persegi dan mampu menampung hingga 648 TEU kontainer. Fasilitas ini menjadikannya pusat logistik penting untuk mendorong pembangunan ekonomi regional.
Ranong Port mencapai tonggak penting saat PAT secara resmi meluncurkan Proyek Transportasi Multimoda, yang menghubungkan lima ekonomi utama: China, Laos, Thailand, Myanmar, dan kawasan BIMSTEC. Pengiriman perdana berangkat menuju Pelabuhan Yangon, Myanmar, menandai langkah inovatif dalam logistik yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi, darat, rel, dan laut, dengan Ranong Port sebagai persimpangan strategis untuk mendistribusikan barang dari Thailand dan negara tetangga ke pasar besar di Asia Selatan.
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi kuat antara mitra bisnis utama: Thai Transport Centre Co Ltd, SCG JWD Logistics Public Company Limited, Ever Flow River Group (Myanmar), dan SPT Smart Creation Co Ltd. Bersama-sama, mereka bertujuan memperkuat rantai pasok regional. Salah satu keunggulan proyek ini adalah peningkatan efisiensi waktu dan biaya yang luar biasa: sebelumnya, pengiriman dari pelabuhan Thailand ke negara-negara BIMSTEC melalui Selat Malaka biasanya memakan waktu 14–21 hari, sedangkan rute baru kini hanya memakan waktu 3 hari ke Yangon (Myanmar), 4 hari ke Chittagong (Bangladesh), dan 6 hari ke Chennai (India) atau Colombo (Sri Lanka).
Pengurangan drastis waktu transportasi ini memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan bagi eksportir Thailand. Koridor Ranong-BIMSTEC bukan sekadar penghubung antar-pelabuhan, tetapi juga jembatan yang mengaitkan ekonomi Thailand dengan pasar potensial yang memiliki daya beli tinggi dan pertumbuhan stabil. Hal ini diharapkan dapat mendorong perdagangan dan investasi, menghasilkan pendapatan bagi para pengusaha, dan menciptakan peluang kerja baru di Provinsi Ranong serta wilayah sekitarnya.
Perkembangan ini menandai Ranong Port sebagai Gerbang Perdagangan Andaman yang sesungguhnya, meletakkan dasar penting untuk memenuhi permintaan masa depan yang meningkat. Untuk mempertahankan pertumbuhan ini, PAT berencana terus meningkatkan Ranong Port, memperbaiki infrastruktur dan sistem manajemen agar memenuhi standar internasional. Rencana tersebut mencakup pengadaan dan modernisasi crane dermaga dan peralatan penanganan kargo, perluasan yard kontainer, peningkatan gudang, serta penguatan jaringan logistik terpadu dengan menghubungkan sistem jalan, rel, dan udara untuk memungkinkan konektivitas transportasi multimoda yang lancar.
Selain itu, PAT berkomitmen memberikan dukungan menyeluruh, termasuk penyederhanaan prosedur dokumentasi dan kepabeanan, promosi kerja sama pemasaran dengan perusahaan pelayaran dan operator logistik, serta analisis biaya dan tren pasar untuk membantu pengambilan keputusan bisnis. Sama pentingnya, PAT mendorong penerapan konsep ‘Green Port’ untuk mengurangi dampak lingkungan dan memastikan keberlanjutan jangka panjang transportasi maritim.
Mr. Kriengkrai menambahkan bahwa, dalam waktu dekat, jika pemerintah melanjutkan Proyek Land Bridge yang menghubungkan Pelabuhan Chumphon dengan Ranong Port baru, Ranong Port saat ini akan berkembang menjadi fasilitas pendukung yang fokus pada pasar khusus seperti produk beku, barang perdagangan perbatasan Thailand-Myanmar, dan pengiriman cepat. Hal ini akan menambah nilai melalui perluasan operasi gudang dan menarik UKM serta bisnis lokal untuk memanfaatkan layanannya.
Yang terpenting, Ranong Port akan berfungsi sebagai area percobaan (‘sandbox’) untuk Proyek Land Bridge, baik dari aspek kebijakan maupun operasional, menjadi laboratorium uji bagi berbagai sistem logistik seperti integrasi multimoda, platform digital, dan sistem manajemen kepabeanan. Hal ini memungkinkan Ranong Port yang ada menjadi prototipe untuk proyek skala besar di masa depan seperti Land Bridge, memastikan keberhasilan dan keberlanjutan jangka panjang.
Proyek Transportasi Multimoda, yang kini sudah beroperasi, dengan demikian menjadi mekanisme vital yang akan membawa kemakmuran bagi Ranong Port dan Thailand secara keseluruhan. Proyek ini menjadi bukti tekad PAT untuk membangun sistem logistik yang lebih cepat, modern, dan efisien, memperkuat potensi ekonomi Thailand untuk pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.
Recent Comments