SYDNEY, AUSTRALIA – Media OutReach Newswire – Aon plc (NYSE: AON), firma layanan profesional global terkemuka, telah merilis temuan spesifik untuk Australia dari Laporan Risiko Siber 2025. Laporan ini menyoroti meningkatnya dampak serangan siber yang ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI) serta meningkatnya eksposur yang disebabkan oleh rantai pasokan teknologi pihak ketiga.

Laporan mengungkap bahwa organisasi di Australia menghadapi babak baru risiko siber, di mana pertahanan tradisional tidak mampu mengejar kecepatan dan kecanggihan ancaman berbasis AI.

“AI bukan lagi ancaman masa depan, ini sudah realitas masa kini. Kita menyaksikan pelaku dengan kemampuan relatif terbatas kini menggunakan alat yang sejajar dengan kemampuan yang didukung negara. Batasan untuk masuk kini sangat rendah, sedangkan percepatan serangan hanya meningkat,” ungkap Adam Peckman, kepala konsultasi risiko dan solusi siber di APAC serta kepala global konsultasi risiko siber di Aon, dalam rilisnya, Kamis (31/7/2025).

Salah satu perkembangan yang paling mengkhawatirkan adalah munculnya serangan rekayasa sosial berbasis AI. Tahun lalu terjadi kasus pencurian USD 25 juta dari sebuah perusahaan teknik besar di Inggris melalui skema deepfake, serangan yang kemudian direplikasi di Australia dalam skala keuangan yang lebih kecil. Kasus ini mempertegas bahwa taktik semacam itu kini mudah diakses dan disalin.

Selain ancaman AI, laporan juga mengidentifikasi rantai pasokan teknologi sebagai salah satu kerentanan kritis. Sejumlah pelanggaran profil tinggi di Australia bersumber dari kompromi pihak ketiga, di mana penyerang mengeksploitasi standar keamanan yang lebih lemah pada vendor dengan akses istimewa ke sistem klien.

“Organisasi harus mulai memperlakukan vendor sebagai bagian dari permukaan serangan mereka sendiri. Serangan paling menguntungkan adalah yang dapat diskalakan ke banyak target melalui satu pemasok yang telah dikompromikan. Ini menjadi panggilan bangun bagi bisnis Australia untuk menilai kembali manajemen risiko pihak ketiga mereka,” tambah ,” tambah Joerg Schmitz, Pemimpin Kuantifikasi Risiko Siber dan Analitik untuk APAC di Aon.

Walaupun investasi pada keamanan siber terus meningkat, laporan memperingatkan bahwa kontrol inti kini dilewati atau menjadi usang oleh taktik yang berkembang. Penggunaan AI untuk mengoptimalkan setiap tahap rantai serangan, dari pengintaian hingga eksekusi, membutuhkan pemikiran ulang menyeluruh terhadap strategi pertahanan.

Laporan Risiko Siber Aon 2025 didasarkan pada data CyQu dari lebih dari 3.000 klien global dan menganalisis lebih dari 1.400 insiden siber untuk mengidentifikasi tren mutakhir. Platform ini memungkinkan organisasi membandingkan tingkat kematangan siber mereka, menyelaraskan strategi asuransi dan keamanan, serta membuat keputusan lebih informasional berbasis data.

Laporan Risiko Siber Aon 2025 dapat ditemukan di sini.