KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – Pada hari Rabu ini, Bank Negara Malaysia (BNM) akan mengumumkan keputusan suku bunga acuannya. Meskipun sebagian besar analis memperkirakan bank sentral Malaysia akan mempertahankan suku bunga saat ini, Octa Broker mengindikasikan bahwa pemotongan suku bunga secara mengejutkan mungkin saja terjadi, mengingat inflasi yang rendah, penguatan ringgit, serta kemungkinan besar pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat di akhir tahun ini.

Inflasi dan Suku Bunga Malaysia vs Nilai Tukar USDMYR

Sumber: LSEG

Pada hari Rabu, 9 Juli, Bank Negara Malaysia (BNM), bank sentral negara tersebut, akan mengumumkan keputusan suku bunga kebijakannya. Seperti halnya bank sentral lainnya di seluruh dunia, BNM berupaya menjaga keseimbangan antara inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Instrumen kebijakan moneter utamanya adalah Overnight Policy Rate (OPR). Dengan menyesuaikan OPR, BNM memengaruhi suku bunga di seluruh perekonomian Malaysia, yang berdampak pada biaya pinjaman bagi dunia usaha dan konsumen, serta pada akhirnya memengaruhi aktivitas ekonomi dan tingkat inflasi.

BNM telah mempertahankan suku bunga acuannya tanpa perubahan selama hampir dua tahun, sebuah pendekatan yang membedakannya dari banyak rekan regionalnya seperti Bank Indonesia, Bank of Thailand, bank sentral Filipina, dan Bank of Korea, yang semuanya telah memilih untuk menurunkan suku bunga guna merangsang perekonomian mereka masing-masing. Terakhir kali BNM menyesuaikan kebijakan moneternya adalah pada Mei 2023, ketika secara tak terduga menaikkan OPR menjadi 3,00% untuk menanggapi inflasi tinggi yang terus-menerus, yang didorong oleh konsumsi rumah tangga yang kuat dan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat. Sejak saat itu, ekonomi Malaysia menunjukkan ketahanan luar biasa dengan perlambatan yang sangat minim. Namun, sejumlah data terbaru mulai mengindikasikan adanya potensi perubahan dalam tren ekonomi mendasar, yang memicu analisis lebih cermat terhadap arah kebijakan ke depan.

Meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) Malaysia tumbuh kuat sebesar 4,4% secara tahunan pada kuartal pertama 2025, angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya dan juga di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,5%. Dalam konferensi persnya pada bulan Mei, Gubernur BNM Abdul Rasheed menekankan bahwa pertumbuhan di negara mitra dagang utama akan terpengaruh oleh pembatasan perdagangan, yang pada gilirannya akan berdampak pada aktivitas konsumsi dan investasi di Malaysia. Ia mengatakan bahwa “risiko terhadap prospek pertumbuhan saat ini cenderung mengarah ke bawah.” Memang, data ekonomi terbaru secara konsisten berada di bawah ekspektasi selama beberapa bulan terakhir, menimbulkan kekhawatiran terhadap arah ekonomi Malaysia ke depan.

Pada bulan April, produksi industri Malaysia hanya tumbuh 2,7% secara tahunan (year-on-year/y-o-y), jauh di bawah proyeksi pasar sebesar 3,9%. Di bulan Mei, negara ini mengalami penurunan ekspor tahunan sebesar 1,1%, yang mengejutkan, terutama akibat turunnya pengiriman produk minyak bumi, bahan kimia, besi, dan baja. Hal ini sangat bertolak belakang dengan prediksi para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekspor sebesar 7,5%. Akibatnya, surplus perdagangan Malaysia untuk bulan Mei jauh di bawah ekspektasi, hanya mencapai 0,8 miliar ringgit (MYR). Yang paling penting, indeks harga konsumen (CPI) Malaysia hanya naik 1,2% secara tahunan pada Mei, lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 1,4%.

“Keputusan suku bunga BNM yang akan datang didasarkan pada sejumlah data ekonomi yang mengecewakan. Dengan inflasi berada pada titik terendah dalam empat tahun dan ekspor menurun tajam hingga hampir mendorong neraca perdagangan ke wilayah negatif, saya tidak yakin BNM dapat mempertahankan suku bunga di level 3,00% lebih lama lagi. BNM sebenarnya berada dalam posisi yang baik untuk bertindak sekarang. Inflasi yang melambat memberikan ruang untuk pemotongan suku bunga, sementara ekspor yang melemah dan ketidakpastian pertumbuhan eksternal memberikan alasan kuat untuk melakukannya,” ungkap Kar Yong Ang, analis pasar keuangan di Octa Broker, dalam rilisnya, Senin (7/7/2025).

Meskipun keputusan suku bunga secara mengejutkan tergolong jarang diambil oleh bank sentral untuk menghindari gejolak pasar, BNM kini menghadapi tekanan eksternal yang cukup besar untuk bertindak secara preventif. Mulai 9 Juli, ekspor Malaysia ke Amerika Serikat akan dikenakan tarif sebesar 24%, kecuali jika negosiasi untuk tarif yang lebih rendah berhasil dicapai—yang sejauh ini belum menunjukkan kemajuan berarti. Selain itu, nilai tukar USDMYR telah turun hampir 13% sejak April tahun lalu dan berisiko melemah lebih lanjut seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter The Fed yang semakin cenderung dovish. Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan kemungkinan sebesar 72% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September. Sementara itu, data pasar interest rate swaps terbaru memperhitungkan probabilitas sekitar 33% bahwa suku bunga The Fed akan turun sebesar 75 basis poin (bps) ke kisaran 3,50–3,75% pada akhir tahun, yang secara signifikan mengurangi perbedaan suku bunga antara AS dan Malaysia. Hal ini kemungkinan akan memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar USDMYR, yang pada akhirnya bisa semakin merugikan ekspor Malaysia.

“Meskipun investor global mungkin terlalu optimistis terhadap kecenderungan The Fed untuk memangkas suku bunga, Malaysia tetap menghadapi tantangan besar dalam hal pertumbuhan eksternal, terlepas dari perbandingan kebijakan moneternya. Perekonomian global hampir pasti akan melambat akibat tarif AS, dan mengingat keterbukaan Malaysia sebagai negara berorientasi ekspor, negara ini sangat rentan terhadap perlambatan perdagangan global serta melemahnya permintaan dari mitra dagang utama, di samping dampak langsung dari tarif terhadap ekspornya sendiri,” pungkas Kar Yong Ang.

Secara keseluruhan, seiring dengan pengumuman keputusan suku bunga BNM yang akan datang di tengah tekanan eksternal yang meningkat dan serangkaian data ekonomi yang mengecewakan, kemungkinan terjadinya pemotongan suku bunga secara mengejutkan kini meningkat secara signifikan. Analis Octa Broker meyakini bahwa inflasi yang mereda membuka ruang bagi pemangkasan suku bunga, sementara ekspor yang melemah dan ketidakpastian pertumbuhan eksternal memberikan justifikasi kuat untuk tindakan tersebut. Tarif AS sebesar 24% yang segera diberlakukan atas ekspor Malaysia dan kebijakan Fed yang semakin lunak semakin memperumit prospek ke depan, serta menegaskan perlunya langkah preventif guna mengurangi risiko-risiko penurunan ekonomi yang lebih dalam.

Penafian: Siaran pers ini tidak mengandung atau merupakan nasihat atau rekomendasi investasi, dan tidak mempertimbangkan tujuan investasi, situasi keuangan, atau kebutuhan Anda. Segala tindakan yang dilakukan berdasarkan isi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan risiko Anda sendiri—Octa tidak bertanggung jawab atas kerugian atau konsekuensi apa pun yang timbul.