HONG KONG SAR – Media OutReach – Kroll, perusahaan konsultan investigasi dan risiko terkait tata kelola, risiko, dan transparansi, baru-baru ini merilis studi Laporan Penipuan dan Risiko Global, yang mengungkapkan bahwa perusahaan terbesar di dunia merasakan dampak terbesar korupsi dan aktivitas gelap pada tahun 2020.
Dalam laporan itu menunjukkan bahwa 57% responden di perusahaan dengan omset lebih dari USD15 miliar melaporkan dampak yang sangat kuat dari aktivitas terlarang, seperti penipuan, korupsi dan pencucian uang pada organisasi mereka, dengan seperempat dari mereka (25%) menggambarkan dampaknya sebagai ‘agak’ kuat.
Tren ini berlanjut untuk perusahaan dengan pendapatan tahunan antara USD10 miliar hingga USD15 miliar, dengan 48% responden mengatakan perusahaan mereka terkena dampak yang sangat kuat dan 44% melaporkan dampak yang agak kuat.
Survei tersebut menyoroti bahwa perusahaan menempatkan peningkatan fokus pada langkah-langkah proaktif untuk mengelola risiko penyuapan dan korupsi, termasuk penilaian risiko di seluruh perusahaan (82%) dan penggunaan analitik data proaktif (86%).
Lebih lanjut, hampir tiga perempat (72%) mengatakan masalah suap dan korupsi mendapat perhatian dan investasi yang cukup tingkat di dewan direksi. Namun, meskipun pertahanan ini digunakan, 82% secara keseluruhan masih merasa korupsi dan kegiatan terlarang memiliki dampak yang signifikan pada perusahaan mereka.
Responden di China lebih mengkhawatirkan risiko penyuapan dan korupsi internal dan eksternal dibandingkan dengan wilayah lain yang disurvei. Lebih dari sepertiga responden (34%) menyebutkan kelemahan dalam pencatatan sebagai perhatian utama mereka, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 31%. Tingkah laku karyawan berada di urutan kedua dengan 29%, sekali lagi di atas rata-rata global (23%). Hampir empat dari 10 (37%) responden di China menyebutkan kurangnya pengawasan dari pihak ketiga sebagai perhatian utama mereka terkait dengan penyuapan dan korupsi, juga lebih besar dari rata-rata global (46%).
Direktur Pelaksana Senior dan Kepala Investigasi Forensik dan Intelijen KrollTiongkok Raya, Violet Ho, mengatakan, tahun 2020 merupakan tahun yang menantang bagi perusahaan, dengan organisasi di seluruh dunia menghadapi ancaman dari semua sudut, termasuk rantai pasokan yang semakin kompleks dan dampak pandemi global. Sangat menggembirakan untuk melihat bahwa perusahaan di China dan kawasan lain memperkuat pertahanan dengan langkah-langkah proaktif seperti analisis data dan bahwa risiko penyuapan dan korupsi ada dalam agenda ruang rapat, tetapi temuan dari laporan tahun ini meyisakan pertanyaan penting bagi kita: Mengapa suap dan ancaman korupsi terus berlanjut dan masih memiliki dampak yang begitu besar?.
“Survei kami menunjukkan bahwa perusahaan merasa rentan terhadap ancaman internal dan eksternal seperti pencatatan yang buruk dan kurangnya pengawasan pihak ketiga. Faktor manusia juga merupakan faktor utama, bahkan program kepatuhan terbaik pun bisa menjadi tidak efektif jika pendidikan, pelatihan, budaya perusahaan, dan nada dari atas yang sesuai tidak diterapkan,” bebernya.
Metodologi Survei
Untuk Laporan Penipuan dan Risiko Global 2021, Kroll melakukan survei online terhadap 1.336 pengambil keputusan senior untuk strategi risiko, termasuk penasihat umum, chief compliance officer, chief finance officer, dan CEO di perusahaan. 60% perusahaan memiliki pendapatan tahunan sebesar $250 juta atau lebih, dan 34% memiliki pendapatan tahunan lebih dari $1 miliar. Responden survei diambil dari 17 negara dan wilayah yang ditampilkan pada peta risiko global. Survei dilakukan pada Maret 2021.
Recent Comments