CAPE TOWN, AFRIKA SELATAN – EQS – 24 Juni 2019 – Presiden Republik Senegal, HE Macky Sall, akan dianugerahi penghargaan bergengsi “Africa Oil Man of the Year” selama konferensi Africa Oil & Power (AOP), yang akan diselenggarakan 9-11 Oktober 2019 di Cape Town. Presiden Sall akan dihadiahkan Selain menerima penghargaa, Presiden Sall juga akan mempresentasikan pidato utamanya di konferensi tersebut.
AOP mengahrgai atas kampanye puluhan tahun yang dilakukan oleh Presiden Sall untuk meningkatkan transparansi, menciptakan lingkungan investasi yang menarik dan menghasilkan pertumbuhan baru. Sehingga Senegal saat ini menjadi hotspot global dari wilayah bagian Afrika yang terkenal menghasilkan minyak dan gas.
Guillaume Doane, CEO Africa Oil & Power menagatakan, Negara-negara Afrika di seluruh benua memiliki cita-cita secara ekonomi untuk memacu pertumbuhan dan memaksimalkan keuntungan bagi negara tersebut, Senegal adalah contoh utama dari negara yang membuat energi bekerja, menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi bisnis untuk berhasil, menarik investasi internasional besar, sambil menyediakan kapasitas lokal yang kuat dan opsi investasi hilir.
“Macky Sall adalah salah satu pemimpin top Afrika, tidak hanya dalam minyak dan gas, tetapi sebagai pendorong untuk kesuksesan ekonomi secara keseluruhan. Kami merasa terhormat untuk menganugerahkan penghargaan ini kepadanya,” tutur Guillaume Doane.
Rekam jejak Presiden Sall dalam berkarya, pertama kali bekerja sebagai CEO Petrosen dari tahun 2000-2001, sebelum menjadi Menteri Energi dan Hidraulik di negara itu pada tahun 2001. Setelah karir politik yang cemerlang di Senegal, Sall terpilih sebagai presiden Senegal pada tahun 2012, dan melakukan serangkaian reformasi untuk menghidupkan kembali ekonomi Senegal dan menarik investor internasional untuk mengelola sumber daya alam Afrika.
Sementara itu Jude Kearney, mantan Wakil Asisten Sekretaris untuk Industri Jasa dan Keuangan di Departemen Perdagangan AS selama Pemerintahan Clinton dan saat ini menjabat sebagai Presiden Penasihat Kearney Afrika, mengungkapkan di benua di mana sengketa perbatasan berpegang pada pengembangan sumber daya lepas pantai, Presiden Macky Sall menegaskan hasil yang lebih produktif. Dia bekerja dengan mitranya dari Mauritania, HE Mohamed Ould Abdel Aziz, untuk menghasilkan kesepakatan bersama-sama mengembangkan sumber daya lepas pantai yang saling menguntungkan kedua negara.
Bentuk perjanjian ini merupakan praktik terbaik untuk pengembangan sumber daya lintas sektoral, dan dalam kasus khusus ini didasarkan pada Perjanjian Frigg tahun 1976 antara Inggris dan Norwegia. Kasus itu menunjukkan bahwa ketika para pemimpin bekerja sama, sumber daya dapat dikembangkan secara damai untuk memberi manfaat bagi rakyat kedua negara itu.
“Perjanjian antara Mauritania dan Senegal membuka jalan bagi pengembangan bidang Tortue melalui unitisasi lintas-perbatasan, dengan pemisahan awal 50% -50% dari biaya, produksi, dan pendapatan, serta mekanisme untuk redeterminasi ekuitas masa depan berdasarkan pada kinerja lapangan. Dibutuhkan kepemimpinan, visi dan pandangan jauh ke depan untuk menyelesaikan ini,” lanjut Kearney.
Senegal sekarang ini menjadi salah satu wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dan di Afrika Barat. Presiden Sall telah berhasil mengembangkan dua proyek minyak bernilai miliaran dolar di lepas pantai Senegal, ladang minyak SNE kelas dunia dan proyek gas Greater Tortue / Ahmeyim. Proyek Greater Tortue mencapai FID pada bulan Desember 2018, dan telah memberikan beberapa kontrak awal, termasuk kontrak EPCIC untuk pengembangan FPSO yang dibutuhkan untuk Technip dengan perkiraan $ 500 juta hingga $ 1 miliar. Ladang minyak SNE diperkirakan akan mencapai FID tahun ini. Dan ditargetkan pada awal tahun 2020, Kedua proyek dijadwalkan mulai menghasilkan pendapatan dari sisi ekspor.
Untuk memastikan pendapatan minyak baru negara itu akan secara langsung menguntungkan negara, Presiden Sall mengadvokasi kode hidrokarbon baru yang disetujui oleh majelis nasional tahun ini, dan ia juga menciptakan agen Cos-Petrogaz untuk mengawasi sektor minyak dan gas dan mengeluarkan lisensi.
Reformasi lain yang bertujuan mendorong transparansi termasuk membatasi masa jabatan presiden dari tujuh tahun menjadi lima tahun, dan berhasil menjadikan Senegal sebagai wilayah yang maju pada tahun 2014.
Konferensi Africa Oil & Power tahunan keempat kalinya ini akan diselenggarakan pada 9-11 Oktober di Cape Town, dengan mengusung tema “Make Energy Work” yang akan berfokus pada bagaimana minyak, gas, dan listrik dapat menghasilkan peluang yang lebih besar bagi masyarakat negara-negara Afrika dan merangsang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Para pemimpin industri Minyak & Tenaga Afrika akan merayakan pencapaian penting Presiden Sall dan mendorong dialog tentang Membuat Energi Berfungsi di seluruh benua.
Sebagai informasi penerima terakhir penghargaan ini adalah Sekretaris Jenderal OPEC, H.E Mohammed Sanusi Barkindo. Barkindo memandu OPEC melalui salah satu periode paling bergejolaknya, dengan penurunan harga minyak yang berkelanjutan dan hilangnya pangsa pasar global. Dia diapresiasi karena berhasil memulihkan stabilitas pasar dalam skala global melalui kesepakatan penting antara anggota OPEC dan non-OPEC untuk mengurangi produksi minyak.
Recent Comments