KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – YTL Cement, bekerja sama dengan The Edge, baru-baru ini berhasil menyelenggarakan simposium tahunan ketiga bertema konstruksi berkelanjutan. Acara ini menghadirkan lebih dari 200 pemimpin dan pelaku industri untuk mengeksplorasi masa depan dunia konstruksi di bawah tema “Building Trends Redefined: The Next Level”. Tema tersebut membahas keterhunian kota (urban liveability), ambisi konstruksi berkelanjutan, dan teknologi hijau cerdas.

Acara ini dibuka dengan sambutan dari Rachel Yeoh, Direktur Eksekutif YTL Cement, yang menyampaikan visi kuat mengenai masa depan dunia konstruksi. Ia menekankan dedikasi YTL Cement terhadap keberlanjutan dan inovasi, salah satunya melalui peluncuran fasilitas Repurposed Concrete Aggregate (RCA) pertama di Malaysia, hasil kolaborasi dengan Construction Research Institute of Malaysia (CREAM) dan Construction Industry Development Board (CIDB). Fasilitas ini berpotensi menggantikan hingga 30% agregat alami dalam beton.

Rachel juga menyoroti komitmen YTL Cement dalam memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi operasional. Selain itu, perusahaan juga memperkuat kemitraan industri dengan CREAM, Institution of Engineers Malaysia (IEM), dan Malaysian Institute of Architects (PAM), guna mendorong praktik konstruksi yang lebih berkelanjutan di seluruh sektor industri.

Simposium ini turut menghadirkan 10 pembicara lokal dan internasional dari sektor publik dan swasta dalam empat sesi diskusi mendalam dan dua diskusi panel. Beberapa topik yang dibahas antara lain: bagaimana kota dapat berkembang melalui kecerdasan urban berkelanjutan oleh Ian Ralph dari firma arsitektur dan teknik global Skidmore, Owings & Merrill (SOM); bagaimana mewujudkan konstruksi berkelanjutan di Malaysia oleh CEO CIDB, Puan Zainora Zainal; bagaimana merancang bangunan yang peduli pada manusia, lingkungan, dan performa oleh Nicolas Medrano dari SOM; serta penjelasan mengenai SustainBuild Mark, sertifikasi industri pertama di Malaysia untuk material bangunan berkelanjutan, yang disampaikan oleh Ir. Ts. Dr Hj Mohd Khairolden Ghani dari CREAM.

Sebuah diskusi panel mengenai konstruksi hijau berbasis teknologi cerdas juga diadakan antara General Manager Teknis YTL Cement Lim Tze Liang, Presiden Real Estate and Housing Developers’ Association (REHDA) Datuk Ho Hon Sang, dan Presiden Master Builders Association of Malaysia (MBAM) Oliver Wee. Dalam sesi ini, Lim menjelaskan berbagai inisiatif keberlanjutan dari YTL Cement, termasuk peluncuran lini produk ECO yang diproduksi di fasilitas bersertifikasi ISO, optimalisasi tungku berbasis AI, serta kolaborasi R&D mutakhir dengan CREAM dan universitas di Malaysia, termasuk pengembangan beton penyembuh sendiri (self-healing concrete) dengan tingkat keberhasilan 83%.

Datuk Ho dari REHDA menekankan pentingnya strategi hijau yang holistik demi kepentingan lingkungan, industri, dan negara. Sementara itu, Oliver Wee dari MBAM membahas tantangan yang dihadapi infrastruktur lama dan tingginya biaya investasi awal untuk transformasi hijau, serta menyerukan perlunya peningkatan kesadaran dan edukasi di kalangan pelaku industri.

Simposium ini ditutup dengan sesi diskusi santai (fireside chat) mengenai pemikiran ulang terhadap solusi dan pola pikir dalam pembangunan. Sesi ini melibatkan Damian Lusty, Kepala Keberlanjutan & Digitalisasi dari perusahaan kimia khusus Sika; Ar. Dexter Koh, Wakil Presiden PAM; serta Lee Mun Sam, CEO Eastern Pretech Solutions Sdn Bhd.

Lee Mun Sam dari Eastern Pretech membagikan pengalaman dua dekade perusahaannya dalam sistem bangunan industri (Industrialised Building Systems/IBS), serta meningkatnya penerimaan industri terhadap material berkelanjutan meskipun masih ada kekhawatiran terkait biaya. Ia juga menyoroti inovasi terbaru di industri seperti beton berongga dan produk daur ulang, yang mampu menjaga kualitas sambil mengurangi jejak karbon.

Lebih jauh lagi, para panelis membahas kemajuan keberlanjutan di Malaysia yang dinilai masih stagnan, dan pentingnya aksi kolektif untuk maju bersama. Dexter Koh menyoroti ketidaksinkronan antar kebijakan yang ada, dan pentingnya kolaborasi yang lebih erat antar pelaku industri. Damian Lusty menambahkan bahwa insentif pemerintah seperti pajak karbon dan pendekatan desain kolaboratif sangat penting untuk menyeimbangkan biaya dengan tujuan keberlanjutan. Para panelis menyimpulkan bahwa transformasi industri harus digerakkan oleh nilai jangka panjang, bukan hanya oleh biaya awal.

Simposium ini menjadi wadah penting untuk dialog dan kolaborasi, memperkuat komitmen kolektif industri dalam mendefinisikan ulang lanskap bangunan di Malaysia. Dengan menjembatani perspektif dari pengembang, arsitek, insinyur, dan pemasok material, acara ini menegaskan arah masa depan yang seimbang antara inovasi, kepraktisan, dan kepemimpinan lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi.

Keterangan Foto: (Dari kiri) Desain principal dari Skidmore, Owings & Merrill LLP (SOM) Nicolas Medrano, manajer senior konsultansi dan inspeksi dari Construction Research Institute of Malaysia Mohd Khairolden Ghani, senior associate principal SOM Ian Ralph, General Manager Grup YTL Cement Lim Tze Liang, Chief Commercial Officer The Edge Media Group Sharon Teh, Presiden Master Builders Association Malaysia Oliver Wee, CEO YTL Cement Datuk Yeoh Soo Keng, CEO Construction Industry Development Board Zainora Zainal, Presiden Real Estate and Housing Developers’ Association Malaysia Datuk Ho Hon Sang, Managing Director Grup YTL Cement Datuk Seri Michael Yeoh, Direktur Eksekutif YTL Cement Rachel Yeoh, Publisher dan Group CEO The Edge Media Group Datuk Ho Kay Tat, Direktur Eksekutif YTL Cement Michelle Yeoh, Direktur YTL Cement Joshua Yeoh, Wakil Presiden Malaysian Institute of Architects Dexter Koh, CEO Eastern Pretech Solutions Lee Mun Sam, General Manager Sika Malaysia Francisco Retondo, Pemimpin Redaksi The Edge Malaysia Kathy Fong, Senior Editor City & Country E Jacqui Chan, dan Editor Emeritus The Edge Media Group Au Foong Yee.