KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – Dalam beberapa tahun terakhir, pasar keuangan telah diubah secara signifikan oleh kemajuan teknologi yang telah membuat trading menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih efektif. Octa mengeksplorasi bagaimana teknologi memengaruhi trading di Malaysia, Singapura, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam rilis ini.

Selain itu, Octa menawarkan analisis data besar trading, Fintech, aplikasi seluler, teknologi cloud, algoritmik, blockchain, cryptocurrency, dan perdagangan. Pakar Octa Broker akan mempelajari dan mendiskusikan bagaimana menggunakannya di seluruh dunia dan di beberapa area.

  1. Algoritma trading dan kecerdasan buatan

Cara baru untuk membeli dan menjual saham adalah trading algoritma. Cara ini melibatkan penggunaan program khusus yang memiliki kemampuan untuk memproses volume besar data dengan cepat dan melakukan trading lebih cepat dari manusia. 70% trading pasar saham di AS dilakukan oleh algoritme. Sebagian besar trading di Frankfurt dan London dilakukan oleh komputer. Karena pembelajaran mesin memungkinkan perkiraan yang lebih baik, AI (kecerdasan buatan) membantu memprediksi perubahan pasar.

Perusahaan di kota-kota besar seperti New York dan London menggunakan kecerdasan buatan untuk meningkatkan trading dan menghasilkan lebih banyak uang. Di Asia Tenggara, semakin banyak perusahaan Fintech yang tertarik pada AI. Namun, karena masalah peraturan dan kurangnya orang yang terbiasa dengan teknologi ini, popularitas AI belum setinggi di Barat. Namun, keadaan berubah seiring dengan peningkatan pasar dan orang-orang belajar menggunakan AI.

Singapura, Malaysia, dan Indonesia, contohnya, menggunakan AI dalam sistem keuangan untuk mempercepat trading. “Singapura adalah pusat keuangan di kawasan ini dan memimpin dalam hal ini,” kata Kar Yong Ang dari Octa Broker. Perusahaan Malaysia menggunakan kecerdasan buatan untuk meningkatkan trading mereka. Selain itu, perusahaan di Indonesia menggunakan algoritma. Namun, teknologi Barat lebih baik. Infrastruktur dan aturan adalah masalahnya.

  1. Blockchain dan mata uang kripto

Ada banyak perdebatan tentang mata uang kripto dan blockchain di Eropa dan Amerika Serikat. Blockchain adalah metode baru untuk memproses kontrak dan transfer uang yang membuat semuanya lebih jelas dan aman. Bank besar seperti JPMorgan Chase dan Goldman Sachs menggunakan blockchain untuk memperbaiki sistem mereka. Saat ini, mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum sangat diminati untuk investasi dan perdagangan, dan beberapa negara di Eropa, termasuk Swiss dan Malta, berencana untuk memasukkannya ke dalam sistem uang mereka.

Secara alami, negara-negara tersebut dianggap cocok untuk perusahaan baru yang menggunakan blockchain. India bermaksud untuk melegitimasi penggunaan mata uang kripto dengan membuat undang-undang khusus untuk penggunaannya di masa depan. Perusahaan rintisan India seperti Polygon dan WazirX sangat penting untuk teknologi blockchain dan kripto: Polygon, misalnya, membantu Ethereum untuk tumbuh dan berkembang.

Di Asia Selatan dan Timur, blockchain juga mendapat perhatian yang besar. Singapura, pusat keuangan utama, menggunakan blockchain untuk trading dan perbankan. Pemerintah Singapura memiliki gagasan baru tentang koin kripto dan berencana untuk memberi startup kripto kesempatan untuk berkembang. Investor semakin tertarik pada kripto di negara lain seperti Filipina dan Vietnam, di mana mereka secara aktif membeli koin kripto dan menggunakan platform seperti PDAX di Filipina dan TomoChain di Vietnam.

  1. Fintech dan aplikasi mobile

Di AS dan Eropa, ada banyak perubahan pada perilaku masyarakat di bidang keuangan. Orang-orang sudah dapat berdagang dan berinvestasi di ponsel mereka menggunakan aplikasi khusus. Perusahaan seperti Robinhood dan Revolut membuatnya lebih mudah untuk membeli saham dan kripto-mereka memiliki antarmuka yang sederhana dan biaya yang rendah. Aplikasi-aplikasi ini juga membantu para trader dan investor untuk tetap memantau dana mereka saat ini dan tetap mengetahui apa yang sedang terjadi di pasar.

Seperti yang bisa diduga, ada juga kebutuhan akan teknologi dan aplikasi keuangan seperti itu di Asia Selatan dan Tenggara. Singapura dan Malaysia memimpin dengan cara-cara baru untuk menyimpan uang dan memperdagangkannya langsung dari gawai. Singapura memiliki bank digital yang hebat seperti Grab Financial Group dan SeaBank dari SeaGroup.

Bank Malaysia telah memberikan lisensi perbankan digital kepada Boost Holdings dan RHB Bank: negara ini terjun ke dunia keuangan digital. Orang-orang di Indonesia dan Filipina juga menggunakan aplikasi seluler untuk memantau dan mengelola dana pribadi mereka. Perusahaan seperti Gojek dan Grab sedikit lebih maju dalam hal apa yang bisa dilakukan pengguna dengan uang mereka, sehingga orang bisa mendapatkan uang tunai bahkan ketika tidak ada bank di sekitar mereka.

  1. Teknologi cloud dan big data

Teknologi cloud merupakan faktor besar dalam perbankan Amerika dan Eropa: bank menggunakannya untuk menyimpan informasi dalam jumlah besar di cloud dan menganalisisnya. Hal ini memungkinkan mereka untuk segera menyesuaikan diri dengan pasar, merespons perubahan pasang surut dalam industri. Big data juga sangat penting, karena membantu memahami apa yang sebenarnya terjadi di pasar pada saat tertentu. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan perdagangan yang lebih baik dan memberikan layanan pelanggan yang berkualitas. Amazon Web Services dan Microsoft Azure adalah dua perusahaan terkenal yang memiliki solusi khusus untuk menyimpan informasi di cloud.

Bank-bank di Asia Tenggara juga semakin sering menggunakan solusi semacam itu dari hari ke hari untuk meningkatkan layanan keuangan mereka. Dengan bantuan teknologi ini, perusahaan dapat menghemat uang untuk infrastruktur mereka dan menerapkan alat baru untuk analisis. Penyimpanan cloud dan big data sangat berharga bagi perusahaan yang telah menghasilkan banyak uang di bidang teknologi maupun bagi pendatang baru.

Di Singapura dan Malaysia, bank-bank menggunakan platform cloud untuk data. Mereka dapat memanfaatkan platform ini untuk menyempurnakan proses kerja mereka dan sudah siap menghadapi perubahan pasar yang akan datang. Hal yang sama juga berlaku untuk bank-bank di Indonesia dan Filipina: bank-bank menggunakan teknologi cloud untuk meningkatkan pekerjaan mereka dan membuat keputusan yang lebih baik.

Secara keseluruhan, teknologi baru sudah mengubah dunia keuangan secara global. Di negara maju seperti AS dan Eropa, sudah wajar jika dikatakan bahwa keuangan adalah tentang teknologi modern, sementara di pasar negara berkembang seperti Asia Tenggara, orang-orang masih membiasakan diri dengan teknologi.

Algoritma trading dan kecerdasan buatan sedang berkembang pesat, membuat trading lebih cepat dan lebih akurat. Karena produk Fintech kontemporer dan aplikasi seluler menjadikan layanan keuangan lebih mudah bagi pelanggan biasa, blockchain dan kripto membuka cara baru untuk berdagang dan berinvestasi. Dalam hal ini, perusahaan juga mendapat manfaat dari teknologi cloud dan big data, dan negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi keuangan secara global.

Kar Yong Ang, analis Octa Broker, mengatakan bahwa industri ini terus berkembang untuk memenuhi tuntutan pasar keuangan saat ini karena semakin banyak orang yang tertarik dengan solusi inovatif dan lanskap regulasi yang lebih baik.