SINGAPURA – Media OutReach – 15 Mei 2019 – Lingkungan bisnis yang ramah dan kebijakan pemerintah yang mendukung merupakan prioritas utama bagi perusahaan yang mencari lokasi yang tepat untuk meluncurkan startup mereka, demikian menurut survei terbaru yang dilakukan oleh CorporateServices.com, sebuah Firma yang menetapkan aturan bagi perusahaan Singapura dan layanan kepatuhan kepada startup internasional dan perusahaan menengah.

Survei yang dilakukan CorporateServices.com dengan mewawancarai pendiri startup dari lima negara (Inggris, India, Ukraina, India, Polandia, dan AS). Ditemukan bahwa pengusaha mencari lokasi di mana kebijakan pemerintah mendorong inovasi dan kewirausahaan, dengan peraturan langsung yang adil, dan mudah untuk diikuti bagi startup.

Selanjutnya prioritas utama lainnya dalam urutan menurun, termasuk ekosistem startup yang mendukung, akses mudah ke tenaga kerja terampil, kepatuhan terhadap aturan hukum, kebijakan pajak yang menarik, perlindungan terhadap kekayaan intelektual (HAKI), lokasi geografis, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Dari survei tersebut yang paling menarik adalah pajak yang lebih rendah berada di peringkat kelima berdasarkan urutan kebijakan oleh responden survei.

Walaupun pajak yang lebih rendah itu penting, namun bukan menjadi pertimbangan utama bagi pendiri perusahaan Starup. Hal tersebut dapat dimengerti, karena mengingat startup jarang mendapatkan keuntungan selama tahun-tahun awal berdiri, karenanya isu-isu yang mempengaruhi prospek pertumbuhan usaha (seperti kemudahan pengaturan dan peluncuran, akses ke ekosistem startup yang mendukung, dan aturan hukum) mendapat prioritas lebih tinggi.

Namun ditemukan pola yang menarik muncul ketika data survei digolongkan berdasarkan usia startup. Di antara para wirausahawan yang perusahaan startup-nya lebih tua dari 4 tahun, laporan itu menemukan kekecewaan yang meuncul dengan yurisdiksi mereka saat ini. Tarif pajak yang tinggi adalah keluhan utama dalam kelompok ini. Hal tersebut masuk akal karena kebanyakan startup mulai menghasilkan keuntungan di sekitar batas 4 tahun, karenanya saat itulah pajak atas laba dan cash flow menjadi pertimbangan.

Seperti contoh, responden AS menyatakan frustrasi dengan pajak tinggi atas capital gain ( keuntungan yang diperoleh dari penjualan aset modal) dan pendapatan dividen di satu sisi dan pengurangan pajak atas kerugian bisnis di sisi lain. Kedua kebijakan ini dinilai dapat menghambat kewirausahaan. Keluhan umum kedua dari kelompok ini adalah tentang kepatuhan dan beban regulasi yang dihadapi startup saat mereka berkembang. Regulasi yang terkait dengan masalah lingkungan, praktik perekrutan yang tidak diskriminatif, dan tunjangan karyawan, meskipun baik dalam tujuannya, namun dapat memberikan tekanan finansial pada startup.

CorporateServices.com menemukan bahwa banyak pendiri dari Startup terbuka terhadap ide untuk pindah ke negara lain, sebuah temuan menarik yang seharusnya memperingatkan negara-negara untuk tidak menerima pengusaha begitu saja dalam ekonomi global saat ini. Untuk menilai sentimen global tentang daya tarik Singapura sebagai lokasi pertama, survei menilai Singapura berdasarkan metrik yang benar-benar penting dipertimbangkan oleh pengusaha. Dalam semua tindak-tanduk ini, Singapura bernasib baik. Disamping berlokasi di jantung beberapa pasar dunia yang tumbuh lebih cepat, Negara Singapura juga telah mengadopsi kebijakan yang sangat ramah bagi para pengusaha. CorporateServices.com memprediksi bahwa dengan tenaga kerja terdidik dan bisa berbahasa Inggris, kebijakan pemerintah dengan pajak yang sangat menguntungkan, aliran modal yang tidak dibatasi, tingkat korupsi yang rendah, dan regulasi yang efisien, Singapura akan terus tumbuh sebagai pusat startup global.

Menurut Pardeep Boparai, CEO dari CorporateServices.com, ditambah standar hidup tinggi Singapura dan pergaulan hidup dalam budaya poliglot (orang-orang yang bisa berbicara dalam banyak bahasa), yang toleran di jantung Asia, Singapura mungkin menjadi tempat yang ideal bagi mereka yang mencari tempat baru untuk memulai dan menumbuhkan usaha bisnis baru. Meskipun mengakui bahwa Singapura mungkin bukan untuk semua orang, Pardeep Boparai menambahkan bahwa dorongan konstan Singapura untuk meningkatkan sistem pendidikan kelas dunia dan tenaga kerja yang terampil secara teknis akan menjadi aset penting di masa depan.

“Karena teknologi yang muncul berdasarkan AI dan ML mengambil alih tugas rutin, akan ada peluang yang begitu besar bagi mereka yang dapat mengkombinasikan kreatifitas, keterampilan teknis, dan skil dalam memecahkan masalah, namun akan menjadi risiko serius bagi mereka yang tidak bisa. Akibatnya, keterampilan manusia yang kuat akan menjadi penentu utama kesuksesan di masa depan,” bebernya.