SHANGHAI, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Shanghai Day dari Summer for the City, yang dipersembahkan bersama oleh Lincoln Center for the Performing Arts dan Center for the China Shanghai International Arts Festival, menghadirkan gelombang budaya yang menggema di jantung Kota New York. Sejak siang hingga larut malam, kampus Lincoln Center dipenuhi dengan rangkaian pertunjukan meriah dan pengalaman interaktif—menggabungkan klasik dengan inovasi, fesyen dengan tradisi, dan semangat muda dengan gairah seni—yang diperkirakan menarik ribuan penonton. Perayaan seni lintas budaya ini membuka jendela yang hidup bagi warga New York untuk merasakan vitalitas budaya Shanghai bergaya Haipai.

“Merupakan kehormatan besar bagi kami untuk membawa budaya Haipai ke panggung global atas undangan Lincoln Center. Melalui perayaan seni yang unik ini, kami ingin menampilkan pesona kota Shanghai dan kreativitas para seniman Tiongkok kepada khalayak dunia,” ungkap Li Ming, Presiden Center for the China Shanghai International Arts Festival, dalam rilisnya, Senin (28/7/2025).
“Kami mengundang warga New York dan para pengunjung untuk menjelajahi berbagai budaya dan memperdalam hubungan dengan kreativitas dari seluruh dunia di Lincoln Center. Rangkaian acara hari ini adalah contoh indah dari pertukaran budaya dan penemuan seni lintas usia. Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Center for the China Shanghai International Arts Festival,” tambah Mariko Silver, Presiden dan CEO Lincoln Center for the Performing Arts.
Acara ini menjadi sebuah presentasi kelas dunia dari budaya Haipai, dengan interpretasi inovatif terhadap seni tradisional Tiongkok yang menawarkan pengalaman imersif dan interaktif, serta mengubah persepsi global tentang kebudayaan Tiongkok modern.
Di dalam David H. Koch Theater, Shanghai Grand Theatre menampilkan perdana pertunjukan tari orisinal Lady White Snake untuk penonton Amerika Serikat. Mengambil inspirasi dari sistem kalender solar terms Tiongkok, musiknya menggabungkan instrumen tradisional, orkestrasi Barat, dan elemen elektronik. Visual simbolis seperti jam dan bentuk geometris menggambarkan perpindahan ruang dan kedalaman emosi. Dipimpin oleh sutradara artistik Tan Yuanyuan, pertunjukan ini menggabungkan balet, tari klasik Tiongkok, dan tari kontemporer menjadi dialog lintas genre yang halus. Estetika panggung yang puitis terinspirasi dari daerah Jiangnan, membawa legenda kuno ke dalam bentuk yang segar dan kontemporer.
Di lobi David Rubenstein Atrium, film animasi klasik The Monkey King: Uproar in Heaven karya Shanghai Animation Film Studio memikat penonton dengan warna-warna cerah dan pesona mitologi Tiongkok. Di zona keluarga, Shanghai Chinese Orchestra membawakan Stories of Chinese Zodiac menggunakan alat musik rakyat seperti suona dan pipa, didampingi animasi tinta air karya Zhang Lelu yang menghibur anak-anak dan memperkenalkan mereka pada instrumen tradisional.
Saat malam tiba, taman Lincoln Center berubah menjadi “Shanghai Cultural Pavilion”. Di sini, berbagai stan warisan budaya tak benda menghadirkan pengalaman langsung: memotong kertas, membuat kancing simpul, kaligrafi, mencoba qipao tradisional, kerajinan kapas buatan tangan, makanan vegetarian dari Kuil Longhua, hingga kotak permen email cloisonné yang menawan dari Lao Feng Xiang. Salah satu booth paling ramai adalah “Guochao Punk” yang menawarkan riasan opera Beijing bergaya modern—dengan antrean warga New York yang antusias mencoba desain wajah opera yang dipersonalisasi. Di dekatnya, Zi-Ka-Wei Library memamerkan produk kreatif bertema Shanghai yang memadukan makna budaya dengan desain modern.
Di Damrosch Park, konser Arknights—diproduksi bersama komposer kelas dunia seperti Gareth Coker—menyuguhkan kombinasi elektronik, musik rakyat, dan simfoni yang memukau. Penonton dibawa ke dunia gim yang imersif melalui narasi musikal yang penuh energi.
Sementara itu, area Dance Floor menjadi panggung tari musim panas. Para penari muda Tiongkok membakar semangat penonton dengan breaking, popping, dan locking. Koreografi khusus untuk lagu global Spread Your Wings mendorong penonton ikut menari secara spontan. Penampilan Li Xiaochuan, pemain trompet jazz, menyatukan Timur dan Barat melalui komposisi orisinal yang menggambarkan evolusi “suara Tiongkok” masa kini. Menjelang malam, acara ditutup dengan Silent Disco—ratusan penonton berdansa bebas dalam dunia musik melalui headphone, diiringi suara erhu, pipa, dan bass elektronik.

Seluruh area Lincoln Center dipenuhi nuansa “Shanghai”—dari siluet Taman Yuyuan hingga replika cakrawala Lujiazui. Seorang warga New York bernama Fromm berkata: “Hari ini terasa seperti berada di belahan dunia lain. Semua indera saya—dari penglihatan, suara, hingga rasa—tenggelam dalam sebuah kota yang sekaligus bersejarah dan modern, Timur dan global.”
Saat lampu Lincoln Center mulai meredup, gema budaya dari Shanghai Day masih terasa. Dari balet elegan, musik tradisional, warisan budaya tak benda, hingga irama elektronik yang imersif, perayaan ini menjadi jembatan tak terlihat yang menghubungkan hati lintas samudra. Melalui kekuatan seni dan budaya, sebuah babak baru dalam kisah pertukaran budaya dan pemahaman antara Tiongkok dan Amerika Serikat telah ditulis dengan penuh makna.
Recent Comments