KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach – Federal Open Market Committee ( FOMC) dari Federal Reserve AS akan melakukan pertemuan pada tanggal 19 – 20 September untuk memutuskan perubahan kebijakan moneter. Ekspektasi pasar menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan akan mengumumkan jeda, mempertahankan suku bunga di 5,25%-5,5%, mendekati level tertinggi 22 tahun.
Pada pertemuan FOMC sebelumnya di bulan Juli, Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga acuan setelah satu kali jeda sebesar 25 bps dan saat ini berada pada 5,25%-5,5%. Kebijakan the Fed menaikkan suku bunga bertujuan untuk memaksimalkan lapangan kerja dan mengurangi dan kemudian menahan inflasi di level 2%.
Menurut laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang dirilis pada 1 September 2023, tingkat pengangguran secara tak terduga melonjak menjadi 3,8% pada bulan Agustus dari 3,5% pada bulan Juli. Naiknya tingkat pengangguran akan menambah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperlambat atau menghentikan kenaikan suku bunga.
Data inflasi terbaru yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada 13 September 2023 melaporkan bahwa tingkat inflasi konsumen AS meningkat tajam pada bulan Agustus sebesar 0,63% dari 0,17% di bulan Juli, dan tingkat inflasi tahunan meningkat pada bulan Agustus menjadi 3,7% dari 3,2% di bulan Juli. IHK inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, turun menjadi 4,35% di bulan Agustus, turun dari 4,65% di bulan sebelumnya dan sesuai dengan konsensus.
“Menurut laporan tenaga kerja terbaru, the Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC minggu depan. Namun karena laporan data inflasi yang beragam di bulan Agustus, the Fed harus tetap mempertahankan nada hawkish dalam pesan-pesannya. CPI inti masih terlalu tinggi dan dapat meningkat,” ungkap Kar Yong Ang, analis pasar keuangan OctaFX, dalam rilisnya, Senin (18/9/2023).
Suku bunga acuan kemungkinan akan tetap tidak berubah pada pertemuan September Fed AS. Namun, retorika yang menyertainya bisa jadi cukup keras, menandakan kemungkinan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut. Hal ini akan merugikan pasar modal dan mendukung penguatan dolar AS. Sebagai contoh, hal ini dapat berdampak pada pasangan mata uang terhadap dolar, yang berpotensi menyebabkan kenaikan USDJPY ke kisaran 148,50-149,00.
Recent Comments