KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach – Pasar obligasi Jepang berada di bawah tekanan yang kuat selama satu setengah tahun terakhir. Alasannya berasal dari luar Jepang: setiap kali The Fed atau ECB menaikkan suku bunga, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB) tidak lagi menarik, dan terjadi aksi jual besar-besaran di tengah perbedaan suku bunga yang sangat besar antara JPY, USD, dan EUR.
Selanjutnya, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang naik dan yen menguat tajam. Untuk menghindari keruntuhan, Bank of Japan mulai membeli obligasi, membanjiri perekonomian dengan uang, dan yen kembali melemah.
“Bank of Japan terpaksa membeli kembali obligasi. Saat ini, lebih dari 50% utang publik Jepang dipegang oleh bank sentral, dan angka ini dapat meningkat hingga 60% pada akhir tahun 2023,” kata Kar Yong Ang, analis pasar keunagan di OctaFX, dalam rilisnya, Selasa (23/8/2023).
Contoh penting terjadi pada 20 Desember 2022, ketika Bank of Japan memutuskan untuk sedikit melonggarkan cengkeramannya pada kurva imbal hasil, menaikkan imbal hasil yang diperbolehkan pada obligasi 10 tahun menjadi 0,5%. Sebagai perbandingan, tingkat suku bunga obligasi AS yang serupa adalah 3 persen lebih tinggi. Segera, investor mulai menjual obligasi Jepang dengan cepat. Suku bunga riilnya melonjak menjadi 0,47%, tertinggi sejak 2015, dan indeks utama pasar saham nasional anjlok 3%. Untuk mencegah kerugian lebih lanjut di pasar obligasi, Bank of Japan telah secara sistematis membeli obligasi pemerintah selama beberapa hari — dengan imbal hasil stabil dan yen melemah.
Contoh lain terjadi pada tanggal 26 Juli 2023, ketika Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, menyebabkan imbal hasil Treasury 10-tahun naik menjadi 4,2%. Keesokan harinya, imbal hasil JGB 10 tahun naik dari 0,4% menjadi 0,65%, dan yen mengalami peningkatan. Sudah terlambat untuk melakukan apa pun pada hari itu, tetapi pada awal sesi perdagangan tanggal 28 Juli berikutnya, BOJ mulai membeli kembali obligasi yang merosot dan mengulanginya pada tanggal 31 Juli. Di tengah gelombang pembelian ini, USDJPY naik terus selama tiga sesi berturut-turut, akhirnya naik 6 yen ke 143,80.
“Kami melihat Bank of Japan meningkatkan jumlah uang beredar untuk mencegah krisis obligasi, yang memberikan kesempatan setidaknya dua sesi untuk mengambil keuntungan dari pelemahan yen selama periode ini,” kata Kar Yong Ang, analis pasar keuangan di OctaFX.
Sementara itu, BOJ akan terus membeli JGB secara ad hoc setiap kali risiko terhadap AS meningkat. Dalam hal ini, investor harus mengingat bahwa BoJ kemungkinan akan membeli obligasi pemerintah setelah selisih antara imbal hasil Treasury AS dan imbal hasil JGB melebar, memaksa USDJPY naik dalam kerangka waktu yang dapat diprediksi.
Recent Comments