SEOUL, KOREA SELATAN – Media OutReach Newswire – Komunikasi yang baik dengan pasien membantu dokter mengembangkan hubungan personal dengan pasien, yang menghasilkan perbedaan yang dapat diukur dalam hasil kesehatan. Menyadari pentingnya keterampilan interpersonal yang kuat sebagai bagian dari menjadi dokter yang sukses, Sekolah Kedokteran St. George’s University (SGU) di Grenada, West Indies, membagikan tips komunikasi praktis untuk calon dokter asal Korea Selatan.

Interaksi pertama dengan pasien seringkali menetapkan nada untuk seluruh hubungan tersebut. Beberapa gestur kecil bisa membuat perbedaan besar. “Saat bertemu pasien untuk pertama kali, ketahui nama mereka dan ucapkan dengan benar. Jika Anda tidak yakin dengan pelafalannya, tanyakan,” kata Dr. Lisa Doggett, Spesialis Kedokteran Keluarga dan Gaya Hidup di Multiple Sclerosis and Neuroimmunology Center, UT Health Austin.

Sambut juga anggota keluarga atau teman yang menemani. “Jangan abaikan orang lain di ruangan selain pasien,” tambah Dr. Doggett. “Sapa anggota keluarga—mungkin dengan jabat tangan atau tos untuk anak kecil.”

Keterbatasan waktu adalah kenyataan di lingkungan medis manapun, tetapi pasien tidak boleh merasa tergesa-gesa atau tertekan. Cara sederhana untuk menunjukkan perhatian adalah dengan duduk saat berbicara dengan pasien. “Berdiri membuat Anda terlihat terburu-buru. Meski waktu Anda terbatas, pasien tidak boleh merasa demikian. Percakapan singkat dengan kontak mata yang sejajar bisa sangat berarti,” jelas Dr. Doggett.

Dia juga mendorong untuk mencari kesamaan bila memungkinkan. “Jangan takut untuk membuka obrolan dengan pasien yang cemas atau sulit—tanyakan tentang keluarga, pekerjaan, atau hobi mereka.”

Komunikasi baik dengan pasien sama pentingnya antara mendengarkan dan berbicara. Mendengarkan aktif memungkinkan pasien mengungkapkan kekhawatiran mereka sekaligus memudahkan dokter mengumpulkan informasi penting secara efektif.

Mudah untuk terganggu oleh catatan kesehatan elektronik atau pencatatan, namun kontak mata tidak boleh diabaikan. “Jangan sembunyi di balik layar komputer,” saran Dr. Doggett. “Jika Anda harus mengetik saat konsultasi, pastikan pengaturan Anda memungkinkan Anda menghadap pasien. Ini menunjukkan rasa hormat dan membantu membangun hubungan.”

Postur dan nada suara dokter bisa memperkuat atau melemahkan kepercayaan pasien. “Tatap langsung pasien saat menyampaikan poin penting,” kata Dr. Bernard Remakus, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan penulis. “Sadarilah bahasa tubuh Anda dan hindari kebiasaan yang dapat membuat pasien meragukan kepercayaan diri atau kejujuran Anda.”

“Jika Anda merasa ada sesuatu yang mengganggu pasien, kenali ekspresi perasaan mereka dan bicarakan masalah potensial tersebut sebelum mengganggu riwayat dan pemeriksaan fisik Anda,” sarannya.

Saat percakapan sulit, pasien bisa jadi terguncang, bingung, atau sedih. Dokter dengan komunikasi baik tidak hanya akan memahami apa yang dialami pasien, tetapi juga mengakui dan memvalidasi kekhawatiran pasien.

“Jika pasien mulai menangis atau menunjukkan emosi kuat, tetaplah di sisi mereka,” kata Dr. Doggett. “Berikan ruang bagi mereka untuk memproses perasaan tersebut, dan akui emosi itu. Menunjukkan empati sangat berarti.”

Komunikasi baik dengan pasien bukan hanya sekadar sopan santun; ini adalah elemen penting yang mengejutkan dalam kesehatan pasien. SGU berkomitmen untuk membekali mahasiswa dari Korea Selatan dengan keterampilan lunak dan pengalaman yang diperlukan untuk berkembang dalam karier medis global. Untuk informasi lebih lanjut tentang program dan jalur studi di Sekolah Kedokteran St. George’s University, kunjungi situs web SGU.

Keterangan Foto: Sumber: St. George’s University