NANJING, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Dari tanggal 21 hingga 22 November, Forum Budaya Sungai Yangtze 2025 akan diselenggarakan di Nanjing, China. Acara ini akan mempertemukan para sarjana internasional dalam studi sungai, pakar konservasi ekologi, duta budaya, dan perwakilan dari kota-kota tepi sungai di seluruh dunia untuk dialog lintas benua mengenai topik seperti pelestarian budaya air, pemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan, serta pembelajaran bersama antarperadaban sungai besar guna mengeksplorasi solusi kolaboratif.

Sungai Yangtze, dikenal sebagai tempat lahir peradaban Tiongkok, adalah sungai terpanjang ketiga di dunia dan mengalir melalui 24 kota besar di sepanjang jalurnya. Nanjing, yang terletak di hilir Sungai Yangtze, merupakan sebuah megakota dalam pusat ekonomi Delta Sungai Yangtze China. Pada tahun 1979, Nanjing dan St. Louis, yang berada di tepi Sungai Mississippi, menjalin hubungan kota kembar, menandai kemitraan pertama yang dibentuk antara China dan Amerika Serikat setelah terjalinnya hubungan diplomatik. Seperti tertulis pada spanduk brokat yang diberikan Nanjing kepada St. Louis: “Semoga persahabatan antara rakyat Nanjing dan St. Louis seabadi Sungai Yangtze dan Mississippi.” Dua sungai besar ini menjadi saksi abadi persahabatan antara dua kota dan dua negara.

Selama 46 tahun sejak menjalin hubungan kota kembar, Nanjing dan St. Louis telah melakukan pertukaran yang mendalam dan berkelanjutan di bidang perdagangan, budaya, pendidikan, dan sektor lainnya. Pada tahun 1992, perusahaan yang berbasis di St. Louis, Purina, melakukan investasi dan mendirikan operasional di Nanjing. Pada awal 2000-an, Emerson mendirikan pusat R&D dan pengadaan di kota ini. Pada tahun 1994, Nanjing membangun Margaret Grigg Nanjing Friendship Garden di Missouri Botanical Garden, St. Louis, yang kini menjadi tempat penyelenggaraan perayaan tahunan “Chinese Culture Day”. Tahun ini, musisi Nanjing menafsirkan ulang lagu kebangsaan bisbol Amerika Take Me Out to the Ballgame menggunakan alat musik tradisional Tiongkok, yang meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton.
Pada April lalu, Nanjing menghadirkan seni karakter Tionghoa di tepi Sungai Hudson. Sebuah pameran bertajuk “Chinese Characters: A Journey of Creation, Connection and Harmony” dibuka di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York untuk merayakan Hari Bahasa Tionghoa ke-15. Tema pameran menekankan karakter “和” (koneksi) dan “合” (harmoni), yang mencerminkan nilai-nilai harmoni, perdamaian, kerja sama, dan keseimbangan.
Dalam karya-karya Mark Twain, Sungai Mississippi bukan hanya simbol geografis paling ikonik dalam literatur Amerika, tetapi juga menjadi wadah spiritual yang membawa kritik sosial mendalam dan refleksi tentang kemanusiaan. Bagi Nanjing, yang merupakan kota UNESCO “City of Literature”, Sungai Yangtze lebih dari sekadar “jalur air emas” secara geografis; ia adalah “sungai jiwa” secara literer. Berlayar dari Wumadu di Nanjing, perjalanan menyusuri Sungai Yangtze mengubah konsep abstrak “sungai spiritual” menjadi epik yang nyata dan mengalir. Di sepanjang tepian, landmark sastra seperti Gunung Qixia, Gunung Mufu, dan Swallow Rock telah menginspirasi karya-karya puisi selama lebih dari seribu tahun. Di perairan, lumba-lumba tanpa sirip muncul bak makhluk peri di samping kapal, sementara bangau anggun dan elang hitam-putih terbang melingkar di atas. Berkat kebijakan konservasi ekologi Nanjing, populasi lumba-lumba tanpa sirip yang sebelumnya terancam punah pulih menjadi sekitar 65 ekor di bagian Nanjing Sungai Yangtze pada 2024, menjadikannya satu-satunya habitat lumba-lumba tanpa sirip yang stabil di dalam megakota padat penduduk di dunia.
Untuk lebih mengembangkan nilai kemanusiaan yang dibagikan bersama dan memperdalam pemahaman global mengenai DAS Sungai Yangtze, forum ini juga menghadirkan serangkaian pameran tematik dan kegiatan interaktif secara daring dan luring. Kegiatan ini termasuk pameran bertema “Rivers * Humanity * Cities”, acara “Reading the Yangtze River: A Journey for Global Think Tank Experts and Diplomats”, serta kampanye media sosial “Me & River”, semua dirancang untuk mendorong pembangunan berkelanjutan kota-kota tepi sungai melalui pembelajaran bersama antarperadaban.
Pada 2019, untuk memperingati 40 tahun hubungan kota kembar dengan Nanjing, St. Louis mendesain serangkaian patung bertema bisbol. Di antaranya, patung “American Pitcher” yang diberikan kepada Nanjing kini berdiri di Nanjing International Friendship Park di tepi Sungai Yangtze, melempar bola ke arah St. Louis. Sementara patung pasangannya, “Nanjing Batter”, dipasang di Busch Stadium di pusat kota St. Louis, menunggu lemparan dari seberang lautan. Interaksi penuh makna ini menggambarkan satu kebenaran sederhana namun mendalam: peradaban berkembang melalui pertukaran dan menjadi lebih kaya melalui pembelajaran bersama.
Recent Comments