LONDON, INGGRIS – Media OutReach Newswire – Laporan Kesehatan Mental terbaru dari AXA Global Healthcare mengungkap adanya perbedaan signifikan antar generasi dalam bagaimana ekspatriat mengalami dan mengelola kesejahteraan mental mereka.

Edisi kelima laporan ini menunjukkan bahwa meskipun ekspatriat yang lebih tua mengandalkan ketahanan dan pengalaman hidup mereka, ekspatriat muda lebih terbuka dalam menghadapi tantangan yang mereka alami.

Laporan ini juga menyoroti bagaimana generasi muda mendorong adopsi kecerdasan buatan (AI) dan alat kesehatan mental digital, meskipun banyak dari mereka melaporkan dampak negatif akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.

Temuan dari survei Ipsos yang dilakukan di 16 negara dengan lebih dari 1.400 peserta ekspatriat berusia 18-75 tahun ini menekankan bagaimana usia, konteks budaya, dan akses digital membentuk pendekatan baru terhadap kesejahteraan mental di seluruh dunia.

Temuan utama meliputi:

  • Lebih dari dua pertiga dari kelompok usia 18-24 tahun dan 25-34 tahun (74% dan 67% masing-masing) mengalami tingkat kecemasan, stres, atau depresi dari sedang hingga sangat parah, menurut skala DASS (Depression Anxiety and Stress Scale)
  • Secara khusus, 68% ekspatriat muda (18-34 tahun) melaporkan tingkat stres sedang hingga parah dalam 12 bulan terakhir, dibandingkan hanya 33% pada kelompok usia di atas 55 tahun
  • Ekspatriat muda dua kali lebih mungkin melaporkan depresi, stres, atau kecemasan sedang hingga parah dibandingkan dengan kelompok usia di atas 55 tahun (70% vs 35%)
  • 51% ekspatriat muda menyatakan bahwa media sosial dan perangkat digital merupakan faktor paling menonjol yang berdampak negatif pada kesehatan mental mereka
  • 47% ekspatriat muda kesulitan menghadapi paparan berita negatif secara terus-menerus di media
  • 83% ekspatriat mengalami gejala negatif kesehatan mental yang disebabkan langsung oleh lingkungan kerja mereka, meningkat 4% dibanding tahun 2024, dan 4% lebih tinggi dari rekan kerja asli mereka

Statistik juga menunjukkan perbedaan cara dalam mencari bantuan:

  • 66% ekspatriat muda akan menggunakan atau sudah menggunakan terapis virtual berbasis AI untuk dukungan kesehatan mental
  • 40% ekspatriat muda menggunakan media sosial sebagai sumber informasi kesehatan mental, dibandingkan 14% pada kelompok usia lebih tua
  • 41% ekspatriat muda memilih berkonsultasi dengan profesional kesehatan seperti dokter umum, sementara 57% dari kelompok usia lebih tua melakukan hal yang sama
  • Namun, ekspatriat muda 33% lebih mungkin menemui psikiater atau spesialis dibanding tahun 2023, menunjukkan peningkatan penggunaan obat khusus masalah kesehatan mental

Menanggapi temuan ini, Xavier Lestrade, CEO AXA Health International yang mengelola merek AXA Global Healthcare, mengatakan:

“Temuan ini mengungkap adanya perbedaan jelas antar generasi dalam bagaimana ekspatriat mengalami dan mengelola kesejahteraan mental mereka. Ekspatriat muda jauh lebih terbuka mengakui tantangan dan mencari dukungan, sementara generasi yang lebih tua cenderung melaporkan lebih sedikit masalah dan mengandalkan cara-cara tradisional. Kedua pendekatan ini memiliki keunggulan, baik ketahanan dan perspektif orang tua maupun sikap proaktif generasi muda dalam mengelola kesejahteraan mereka. Ada peluang besar bagi generasi untuk saling belajar satu sama lain.”

Bagi ekspatriat yang sering menghadapi isolasi, penyesuaian budaya, dan hambatan dalam mendapatkan layanan kesehatan tradisional, penggunaan AI dan alat digital yang berkembang menandakan kebutuhan akan dukungan yang lebih fleksibel dan mudah diakses. AXA Global Healthcare menyesuaikan layanan mereka, mulai dari akses yang disesuaikan ke profesional kesehatan di seluruh dunia hingga aplikasi kesehatan all-in-one yang mengintegrasikan sumber daya kesehatan fisik dan mental dalam satu platform.

Laporan lengkap AXA Global Healthcare Mind Health Report tersedia di https://www.axaglobalhealthcare.com/en/about-us/reports/mindhealth-reports/