WUXI, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Ketika UNESCO secara resmi menobatkan Wuxi sebagai “UNESCO City of Music” pertama di Tiongkok pada 31 Oktober, hal ini menginspirasi blogger musik Prancis sekaligus penggemar budaya Tiongkok, Alice Roche, untuk menulis lagu bilingwal yang penuh nuansa, L’Âme de Wuxi (Bayangan Bulan di Liangxi).

Keterangan Foto: Penonton berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan Opera Wuxi di YingYueli Cultural Block modern di Liangxi, Tiongkok.

Lirik puitis Roche, “Liangxi water, soaking the moonlight of the past; Huishan spring, gently singing of times gone by,” menangkap jiwa kota ini dengan sempurna. Nama Liangxi adalah julukan kuno untuk Wuxi, yang membawa sejarah lebih dari 3.000 tahun dan kini merujuk pada distrik pusat kota, yang merupakan “Zona Inti Arteri Budaya Jiangnan.” Dilewati oleh Kanal Besar Beijing-Hangzhou, Liangxi adalah tempat di mana sejarah bukan sekadar artefak statis, melainkan arus hidup yang menghubungkan masa lalu kuno dengan masa depan tanpa batas.

Keterangan Foto: Jalur air kuno bertemu masa depan: Grand Canal mengalir melewati gedung-gedung pencakar langit modern di kota tersebut.

Kehidupan Arteri Budaya Ribuan Tahun

Kekuatan hidup Liangxi yang abadi bersumber langsung dari Kanal Besar, yang tidak hanya menjamin kemakmuran perdagangan tetapi juga memungkinkan budaya mengalir, memupuk suasana khas kota air dan menjadi tanah subur bagi musik.

Di Qingming Bridge Historical and Cultural Block, jalur air tradisional Jiangnan (selatan Sungai Yangtze bagian bawah) terjaga dengan baik. Di sini, suara dayung perahu berpadu dengan melodi halus Pingtan (seni bercerita dan bernyanyi rakyat tradisional) dari kedai teh, serta alunan erhu (alat musik dawai tradisional Tiongkok) – musik klasik Jiangnan yang menjadi inti identitas musik Liangxi.

Kota Kuno Huishan memadukan tradisi humanistik yang mendalam dengan karakter musiknya. Dihidupi oleh mata air terkenal “The Second Spring Under Heaven,” kota ini memiliki lebih dari seratus balai leluhur, yang berfungsi sebagai museum hidup budaya Jiangnan. Panggung teater kuno di pusat kota tetap menjadi tempat penting di mana Opera Wuxi berpadu dengan aliran lembut mata air, melambangkan warisan musik Liangxi.

Peremajaan kota modern semakin menguatkan budaya ini. YingYueli Cultural Block, dinamai dari karya rakyat terkenal Erquan Yingyue (Pantulan Bulan di Mata Air Kedua), menggabungkan arsitektur historis dengan tren modern. Dinding kuno menampung butik-butik trendi, sementara alun-alun di dekat panggung kuno menjadi panggung bagi seniman jalanan, di mana jazz dan musik elektronik berdialog dengan Pingtan tradisional, menghidupkan kembali denyut nadi budaya kuno.

Aliran Pemikiran Humanistik

Warisan Liangxi semakin diperkuat oleh tokoh-tokoh intelektual yang lahir di kota ini. Musik menjadi nutrisi penting bagi para pemikir tersebut.

Cendekiawan dan humanis Tiongkok Qian Mu, dalam tulisannya, mengenang pengaruh damai musik Jiangnan saat masa mudanya di Liangxi. Maestro sastra Qian Zhongshu dengan halus menyisipkan opera lokal dan melodi rakyat dalam deskripsi kehidupan Jiangnan di novelnya Fortress Besieged. Selain itu, Keluarga Rong, pelopor industri dan perdagangan modern Tiongkok, berulang kali mendukung perkumpulan musik lokal, memastikan kelangsungan bentuk seni ini.

Semangat ini terus hidup hingga hari ini. Musik Guqin (alat musik dawai tujuh senar yang dipetik) mengiringi pembacaan pagi di Donglin Academy, lembaga berpengaruh yang dibangun pada 1111 M, dan penyanyi modern berbagi panggung dengan artis Pingtan tradisional di salon budaya. Perpaduan warisan ahli dan nutrisi artistik ini membentuk karakter masyarakat Liangxi yang inklusif, elegan, dan kreatif.

Aliran Rasa Kuliner

Wujud akhir yang lembut dari identitas Liangxi terlihat pada kulinernya. Didukung oleh Kanal Besar, gastronomi Liangxi menawarkan kemewahan masakan Jiangnan sekaligus kehangatan cita rasa lokal.

Xiaolongbao Wuxi menjadi ikon, dengan kulit tipis dan isian kuah serta daging yang kaya, biasanya dimakan dengan jahe dan cuka. Iga Wuxi klasik, dengan glasir merah cerah dan tekstur lembut, termasuk sepuluh hidangan terbaik Jiangsu. Hidangan lokal lain seperti bola gluten goreng berisi daging yang lembut dan manis, serta bubur osmanthus harum, semakin mencerminkan esensi hangat dan mengenyangkan daerah ini.

Liangxi adalah pewaris budaya Kanal Besar, pengamal status Kota Musik UNESCO, dan penyaji rasa autentik Jiangnan. Distrik ini memadukan bobot sejarah dengan vitalitas kontemporer untuk menulis “Gaya Jiangnan” uniknya sendiri, yang didorong oleh ikatan mendalam dengan air dan jiwa musiknya yang hidup.