BEIJING, CHINA – Media OutReach Newswire – Sebuah adegan yang bahkan belum pernah digambarkan dalam fiksi ilmiah, manusia dan robot humanoid berlari berdampingan dalam iven half-marathon, akan menjadi kenyataan pada 13 April di Beijing E-Town. Setiap musim semi, maraton bermunculan di seluruh Tiongkok layaknya tunas bambu setelah hujan.
Di Beijing, satu-satunya “Kota Olimpiade Ganda” di dunia sekaligus pusat sains dan inovasi global, Beijing E-Town Half-Marathon dan Humanoid Robot Half-Marathon 2025 akan menjadi pelopor format “olahraga + teknologi” yang revolusioner. Untuk pertama kalinya, robot humanoid akan mendaftar bersama pelari manusia, memulai lomba secara bersamaan, dan berbagi lintasan sejauh 21,0975 kilometer dalam perpaduan inovasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Li Quan, anggota Komite Kerja Partai dan Wakil Direktur Komite Administratif Beijing E-Town, mengungkapkan bahwa lebih dari 30.000 pelari manusia telah mendaftar untuk acara ini. Dari sisi robotika, perusahaan robot humanoid global, lembaga penelitian, klub robotika, universitas, dan berbagai inovator menunjukkan antusiasme tinggi, dengan jumlah pendaftar yang terus melonjak.
Untuk menjamin keselamatan, pembatas fisik akan memisahkan pelari manusia dan robot, dengan aturan lomba serta standar waktu penyelesaian yang berbeda. Namun, kolaborasi terobosan antara manusia dan robot ini menjadi simbol langkah berani bahwa “teknologi kini melangkah ke dunia nyata.”
Saat mengunjungi fasilitas pelatihan, para jurnalis melihat tim teknisi berpacu dengan waktu untuk meningkatkan komponen robotik dan kecerdasan buatan, mengatasi berbagai tantangan teknis guna memperbaiki kemampuan mobilitas robot. Beberapa robot peserta kini mampu mencapai kecepatan maksimal 12 km/jam. Untuk mengurangi tekanan fisik dari lintasan jalanan, beberapa model telah dilengkapi dengan mekanisme peredam kejut, sementara yang lain mengenakan sepatu lari khusus.
Liang Liang, Wakil Direktur Komite Administratif Beijing E-Town, menjelaskan bahwa karena ini adalah acara pertama di dunia tanpa referensi pengalaman maupun data sebelumnya, baik logistik maupun peserta menghadapi tantangan besar. Untuk mendukung robot, panitia telah menyiapkan kendaraan pendukung khusus dan pos bantuan robotik. Mereka juga bekerja erat dengan tiap tim guna menyempurnakan teknologi, menyelesaikan masalah fungsi, dan mencapai target pengembangan melalui kolaborasi sebelum lomba.
Pada Olimpiade Paris 2024, kecerdasan buatan telah merevolusi pemantauan data waktu nyata, penangkapan gerak 3D, dan pengambilan keputusan wasit—meningkatkan efisiensi latihan atlet dan keadilan kompetisi, sekaligus menunjukkan bagaimana teknologi memperkaya kehidupan manusia.
Kolaborasi “half-marathon manusia-robot” yang akan datang merupakan babak baru di mana industri robot humanoid bersinggungan dengan kemanusiaan, olahraga, dan tantangan daya tahan. Para ahli menilai bahwa half-marathon adalah perpaduan ideal antara “tantangan dan aksesibilitas”: tingkat kesulitan fisiknya cukup tinggi, namun tetap bisa diikuti oleh banyak orang—dan menyelesaikannya memberi pencapaian pribadi yang mendalam. Dengan menyelesaikan lintasan yang sama, robot humanoid bertujuan membuktikan kemajuan industri serta menyempurnakan teknologi yang berfokus pada manusia.
“Ini bukan sekadar lomba olahraga—ini adalah uji ketahanan untuk terobosan teknologi dan pertumbuhan industri,” tegas Xiong Youjun, CEO Beijing Humanoid Robot Innovation Center.
Seorang eksekutif perusahaan robotik peserta menyatakan bahwa “robot pelari maraton” dapat mempercepat kematangan teknologi, mendorong standar industri, dan memacu inovasi. Dari satu sisi, hal ini mendorong peningkatan motor torsi tinggi, sambungan fleksibel, dan material tahan aus. Dari sisi lain, tuntutan lari terhadap koordinasi seluruh tubuh memaksa integrasi yang lebih ketat antara perangkat keras dan perangkat lunak, serta mempererat kemitraan antara produsen dan perusahaan algoritma AI.
Kemajuan ini menjanjikan aplikasi transformatif: mulai dari bantuan bencana, inspeksi jarak jauh, operasi berbahaya, manufaktur cerdas, hingga perawatan lansia di rumah. Seiring meningkatnya kemampuan, robot semacam ini bahkan bisa menjadi mitra latihan AI bagi atlet elite, “mengembalikan manfaat” kepada dunia olahraga.
Namun, para ahli menekankan bahwa robot humanoid—yang terdiri dari ribuan komponen—masih menghadapi tantangan besar untuk bisa berlari stabil dalam waktu lama.
“Kondisi jalanan di dunia nyata sangat berbeda dari lingkungan laboratorium.” Untuk menyelesaikan lomba, robot memerlukan sambungan dan tubuh dengan integrasi tinggi yang tahan jarak jauh dan mampu menghilangkan panas secara efisien. Koordinasi presisi antar semua sendi sangat penting untuk berlari, menjaga posisi, dan menghindari rintangan dinamis—semuanya merupakan ujian utama untuk pengembangan algoritma inti dan kemampuan adaptasi. Selain itu, medan lomba yang menantang seperti tanjakan, tikungan, dan permukaan yang tidak rata juga mendorong kemampuan robot hingga ke batasnya,” jelas Xiong Youjun.

Mengingat berbagai tantangan teknis yang masih harus dipecahkan dan dampak lingkungan luar ruangan yang kompleks terhadap operasi robotik, kemampuan saat ini hanya memungkinkan robot untuk berlari bersama manusia, namun belum benar-benar bersaing. Oleh karena itu, acara ini lebih merupakan dialog industri dan uji ketahanan robotik, dibandingkan lomba tradisional.
Bagi pelari manusia maupun penonton, berbagi lintasan dengan robot memberikan pengalaman yang menggugah secara sensorik dan intelektual. Manfaat ini nyata: interaksi konstruktif antara teknologi dan masyarakat membantu memperjelas batas kolaborasi manusia-robot, memperkuat prinsip “teknologi untuk kemanusiaan,” dan mempercepat pergeseran dari koeksistensi menuju kemajuan bersama.
“Esensi dari acara ini adalah bahwa robot humanoid yang ‘berlari maraton’ melambangkan imajinasi dan impian manusia yang bergerak maju—itulah sorotan utama. Terlepas dari peringkat atau kecepatan, jejak kaki robot-robot ini di garis akhir memiliki makna yang jauh lebih besar dibandingkan medali apa pun. Lintasan sejauh 21 kilometer akan berakhir, tetapi pencarian kita untuk harmoni manusia dan robot tidak akan pernah berhenti,” pungkas Li Quan.
Keterangan Foto: Robot humanoid bernama “Tiangong” melakukan debutnya dalam ajang Beijing E-Town Half-Marathon pada bulan November 2024.
Recent Comments