SINGAPURA – Media OutReach Newswire – Apical bergabung dengan para pelaku industri terkemuka dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), sebuah yayasan lokal yang didirikan oleh IDH, The Sustainable Trade Initiative — meluncurkan Kelompok Kerja Sawit Berkelanjutan Aceh (Aceh Sustainable Palm Oil Working Group), sebuah kolaborasi untuk memajukan produksi minyak sawit berkelanjutan di seluruh Provinsi Aceh, Indonesia.
Kelompok Kerja ini mempertemukan Apical, anggota grup perusahaan Royal Golden Eagle (RGE) yang didirikan oleh Sukanto Tanoto, dengan para produsen sawit dan merek konsumen global seperti Mars Wrigley, Mondelez, Nestlé, PepsiCo, dan Unilever. Bersama-sama, perusahaan-perusahaan ini bertujuan mendukung Peta Jalan Sawit Berkelanjutan milik Gubernur Aceh dengan cara mempromosikan produksi sawit yang bebas deforestasi dan inklusif terhadap petani swadaya.
Peta Jalan tersebut menjadi tulang punggung praktis dari upaya ini, dengan menetapkan visi seimbang antara memperkuat potensi ekonomi Aceh dan melindungi hutan serta hak-hak masyarakat. Area prioritas dalam peta jalan mencakup:
- Meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani swadaya
- Meningkatkan pendapatan daerah
- Mengurangi risiko deforestasi dan memulihkan lahan yang terdegradasi
- Menyelesaikan konflik lahan
- Memastikan perlindungan yang lebih kuat atas hak-hak masyarakat
Kepala Divisi Keberlanjutan Apical, Tor Mooi See, menekankan mengapa petani swadaya menjadi pusat dari kerja-kerja ini: “Dengan memberdayakan petani swadaya, kami menanamkan keberlanjutan di setiap level rantai pasok. Kami juga memberikan dukungan berkelanjutan dalam hal sertifikasi untuk memastikan keberlanjutan terus terjaga dari waktu ke waktu. Keberlanjutan yang konsisten ini sangat penting bagi petani swadaya untuk tidak hanya memenuhi, tetapi melampaui standar keberlanjutan dan memperkuat ketahanan ekonomi mereka,” jelasnya dalam rilis, Kamis (25/9/2025).
Apical telah memajukan tujuan-tujuan ini di Aceh melalui program Sustainable Living Village (SLV) di Aceh Singkil. Bekerja sama dengan pemerintah daerah, mitra, dan masyarakat desa, SLV membangun mata pencaharian berkelanjutan dengan menggabungkan pelatihan praktis, dukungan legalisasi lahan, dan penanaman pohon untuk menciptakan model yang menguntungkan baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Kini memasuki tahun kedua, program SLV telah melatih lebih dari 1.000 petani swadaya dalam praktik pertanian yang lebih baik, menerbitkan lebih dari 500 Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), dan menanam kembali 2.000 pohon di area restorasi.
Secara paralel, Pemerintah Provinsi Aceh sedang menerjemahkan Peta Jalan tersebut ke dalam bentuk Rencana Aksi Daerah (RAD) yang praktis. Langkah-langkahnya meliputi percepatan penerbitan STDB serta pembentukan protokol pemantauan deforestasi tingkat provinsi, yang didukung oleh tim multi-pemangku kepentingan.
Menegaskan komitmen ini, Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, menyampaikan peran pemerintah dalam mendukung rantai pasok sawit bebas deforestasi dan dapat dilacak: “Pemerintah Aceh merespons sinyal pasar yang kuat dengan menyediakan sistem pemantauan deforestasi, mempercepat legalitas lahan dan registrasi petani, serta memperkuat tata kelola sawit berkelanjutan di Aceh. Melalui Program Unit Pengelolaan Sawit Berkelanjutan (PMU-KSB), Aceh akan terus mengimplementasikan Peta Jalan dan RAD dengan dukungan multipihak, termasuk dari pembeli global minyak sawit.”
Dalam deklarasi bersama, para anggota Kelompok Kerja sepakat secara sukarela untuk menyelaraskan rencana aksi perusahaan mereka dengan tujuan-tujuan dalam Peta Jalan. Penting untuk dicatat, para anggota tidak akan berkoordinasi dalam keputusan pembelian, syarat komersial, atau pemilihan pemasok, serta tidak akan berbagi informasi yang bersifat sensitif atau rahasia. YIDH akan memfasilitasi pengembangan rencana aksi bersama yang bersifat sukarela dan tidak mengikat untuk mendukung pemangku kepentingan lokal, berperan sebagai fasilitator netral, bukan mitra komersial.
“YIDH percaya bahwa pasar memiliki kekuatan untuk menjadikan perdagangan dan investasi lebih inklusif dan berkelanjutan. Kami melihat pentingnya keseimbangan antara menjaga lingkungan dan menjamin penghidupan. Peta Jalan ini menjadi jangkar bagi visi Pemerintah Aceh tentang sawit bebas deforestasi dan inklusif. Melalui deklarasi ini, pembeli global telah menunjukkan dukungan mereka lewat aksi bersama dan individu di Provinsi Aceh. Ini adalah contoh nyata bagaimana tujuan bisnis dapat selaras dengan keberlanjutan dan inklusivitas,” ungkap Nassat Idris, Direktur YIDH Indonesia
Kelompok Kerja ini menyediakan platform untuk implementasi terkoordinasi Peta Jalan di seluruh provinsi, dengan melibatkan pemerintah, industri, dan masyarakat sipil guna memperkuat keterlacakan, melindungi hutan, dan meningkatkan kesejahteraan petani swadaya. Inisiatif ini juga terbuka bagi perusahaan dan peserta lain dalam rantai nilai sawit yang memiliki visi serupa, mengundang mereka untuk turut serta dalam mewujudkan model berkelanjutan dan inklusif yang dapat direplikasi ke wilayah penghasil sawit lainnya di Indonesia.
Informasi tambahan mengenai Kelompok Kerja dan deklarasi bersama dapat diakses melalui situs resmi IDH.
Recent Comments