SINGAPURA – Media OutReach Newswire – Aon plc (NYSE: AON), perusahaan jasa profesional global terkemuka, telah merilis temuan regional Asia Pasifik (APAC) dari Laporan Risiko Siber 2025. Laporan ini menyoroti meningkatnya kompleksitas serangan siber yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI) serta tingginya pengaruh ketegangan geopolitik terhadap risiko siber di kawasan ini.

Laporan ini didasarkan pada skor Cyber Quotient Evaluation (CyQu) dari 3.226 klien Aon sepanjang tahun 2024 di kawasan APAC, EMEA, LATAM, dan Amerika Utara. Evaluasi ini menganalisis lebih dari 1.400 peristiwa siber global untuk mengidentifikasi tren dalam lanskap ancaman siber yang terus berkembang. Basis data CyQu mencakup lebih dari 10.000 klien dan memiliki 20.000 pengguna.

Berdasarkan wawasan ini, laporan Aon menunjukkan bahwa kawasan APAC mengalami pertumbuhan signifikan dalam notifikasi klaim siber, didorong oleh meningkatnya frekuensi dan kompleksitas insiden siber. Faktor geopolitik seperti ketegangan dagang, sengketa wilayah, dan perubahan rantai pasok global berperan dalam membentuk bagaimana perusahaan-perusahaan di APAC mengelola risiko siber mereka.

Temuan Utama:

  • Frekuensi insiden siber di kawasan APAC naik 29 persen dari tahun ke tahun, dan meningkat 134 persen dalam empat tahun terakhir (2020–2024).
  • Terdapat kenaikan 22 persen dalam notifikasi klaim asuransi siber pada tahun 2024.
  • Serangan berbasis AI, khususnya deepfake, menyebabkan peningkatan 53 persen dalam insiden rekayasa sosial dibandingkan tahun sebelumnya. Klaim yang melibatkan rekayasa sosial dan penipuan melonjak sebesar 233 persen.
  • Dari 1.414 peristiwa siber global yang dianalisis, 56 di antaranya berkembang menjadi peristiwa risiko reputasi, yaitu insiden siber yang menarik perhatian publik secara signifikan. Perusahaan yang terdampak oleh insiden jenis ini mengalami penurunan nilai saham rata-rata sebesar 27 persen.
  • Secara global, serangan malware dan ransomware merupakan jenis insiden siber yang paling mungkin memicu kerusakan reputasi, menyumbang 60 persen dari semua peristiwa risiko reputasi, meskipun hanya mewakili 45 persen dari total insiden siber.

“Pada tahun 2025, ketegangan geostrategis global dan regional tetap menjadi pendorong utama risiko siber bagi perusahaan-perusahaan di APAC. Tren ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan aktor-aktor ancaman yang didukung negara menggunakan kampanye siber untuk memfasilitasi konflik atau melancarkan operasi zona abu-abu guna melakukan pemaksaan ekonomi, spionase korporat, atau merusak infrastruktur ekonomi strategis pesaing regional,” ungkap Adam Peckman, Kepala Konsultasi Risiko dan Solusi Siber APAC serta Kepala Global Konsultasi Risiko Siber di Aon.

“Seiring semakin kompleks dan saling terhubungnya ancaman siber, perusahaan membutuhkan pandangan yang lebih jelas mengenai tingkat eksposurnya, penyelarasan yang lebih kuat antara strategi keamanan siber dan asuransi, serta alat untuk mengambil keputusan yang lebih baik berbasis data,” tambahnya.

Laporan Risiko Siber 2025 dari Aon memanfaatkan data eksklusif dari platform CyQu, sebuah alat digital global yang telah dipatenkan, yang menyederhanakan proses pengajuan asuransi siber dan memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti mengenai eksposur serta kelayakan asuransi siber suatu organisasi. Hal ini membantu memperkuat hasil underwriting sekaligus strategi manajemen risiko siber perusahaan.

Wawasan lengkap kawasan APAC dari Laporan Risiko Siber 2025 Aon dapat diakses melalui tautan ini