SINGAPURA – Media OutReach Newswire – Tanoto Foundation mempertemukan para pemimpin pemerintah, organisasi internasional, peneliti, dan masyarakat sipil dalam Simposium Internasional Pendidikan dan Perkembangan Anak Usia Dini (Early Childhood Education and Development/ECED) 2025 di Jakarta, dengan tema “Sinergi Ekosistem ECED dalam Mendorong Awal Kehidupan Terbaik.”
Simposium ini berlangsung pada momen yang sangat krusial, ketika tantangan bersama di bidang kesehatan, gizi, pendidikan, dan pengasuhan terus membentuk capaian perkembangan anak usia dini di Indonesia dan secara global. Banyak anak masih menghadapi hambatan untuk tumbuh dan berkembang secara sehat, mulai dari kesenjangan gizi dan pengasuhan hingga keterbatasan akses terhadap layanan pendidikan anak usia dini yang berkualitas.
Tantangan-tantangan tersebut menegaskan pentingnya koordinasi yang lebih erat lintas sektor kesehatan, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan sosial untuk memastikan anak-anak menerima dukungan yang holistik dan berkeadilan sejak tahun-tahun awal kehidupan.
Tanpa kolaborasi lintas sektor yang kuat, Indonesia berisiko kehilangan momentum dalam membangun modal manusia dan mewujudkan bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.
Bekerja sama dengan kementerian pemerintah terkait dan organisasi lintas sektor, Tanoto Foundation menyelenggarakan simposium ini sebagai wadah untuk menyelaraskan kebijakan, praktik, dan bukti ilmiah lintas sektor, dengan menghadirkan perwakilan dari pemerintah pusat dan daerah, organisasi internasional, akademisi, masyarakat sipil, dan filantropi.
Simposium ini menampilkan dua jalur diskusi utama yang berfokus pada kesehatan dan pendidikan, serta pengasuhan pada anak usia dini.
Sesi pagi bertajuk “Mensinergikan Kesehatan dan Pendidikan untuk ECED” berfokus pada integrasi layanan kesehatan, gizi, dan pembelajaran dini, dengan menyoroti berbagai inovasi dalam pemantauan tumbuh kembang, intervensi gizi, serta stimulasi dini dalam sistem layanan dasar.
Sesi sore bertajuk “Pengasuhan dan Pembelajaran Dini” menempatkan keluarga dan pengasuh sebagai pusat ekosistem ECED, dengan membahas pengasuhan responsif, pembelajaran berbasis interaksi, serta dukungan kebijakan untuk memperkuat kapasitas orang tua dalam mendukung perkembangan anak.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, secara resmi membuka simposium dan menekankan pentingnya masa anak usia dini bagi pembangunan nasional.
“Usia 0 sampai 5 tahun adalah fase yang sangat menentukan apakah seseorang akan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat dan cerdas serta mampu berkontribusi bagi bangsa, termasuk dalam meningkatkan pendapatan per kapita,” ujar Menteri.
“Jika kita tidak bergerak cepat, kita berisiko kehilangan bonus demografi Indonesia. Ini adalah tanggung jawab kita terhadap anak-anak kita,” urainya.
Pemerintah Indonesia telah menegaskan kembali pengembangan anak usia dini sebagai prioritas nasional melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, dengan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik dan Integratif (PAUD-HI) ditetapkan sebagai salah satu indikator kinerja utama.
Membuka sesi sore, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Arifatul Choiri Fauzi, menyoroti kontribusi simposium ini dalam memperkuat kebijakan.
“Forum ini mempertemukan berbagai perspektif strategis lintas sektor. Kami mendorong agar rekomendasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kebijakan, regulasi, dan inovasi layanan bagi pengembangan anak usia dini,” ujarnya.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Stella Christie, menegaskan pentingnya pengasuhan berbasis sains dan interaksi berkualitas tinggi.
“Pengasuhan dengan interaksi yang optimal antara anak dan pengasuh memiliki potensi terbesar untuk memaksimalkan perkembangan anak. Tidak ada teknologi, termasuk kecerdasan buatan, yang dapat menggantikan kekuatan interaksi manusia,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa anak belajar melalui rasa ingin tahu, peniruan, dan pengalaman sehari-hari, sehingga pengasuhan yang responsif dan berbasis bukti menjadi sangat penting bagi perkembangan otak dan pembelajaran sepanjang hayat.
CEO Tanoto Foundation, Benny Lee, menegaskan kembali komitmen jangka panjang Yayasan terhadap pengembangan anak usia dini sebagai fondasi utama potensi manusia.
“Tahun-tahun awal adalah masa ketika fondasi perkembangan otak, kesehatan, dan karakter dibentuk,” ujar Benny.
“Ini bukan pekerjaan satu institusi saja. Dibutuhkan ekosistem yang benar-benar mendukung melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan filantropi.”
Ia menekankan bahwa Tanoto Foundation, yang didirikan oleh Sukanto Tanoto, Pendiri dan Chairman Royal Golden Eagle (RGE), memandang pengembangan anak usia dini sebagai investasi utama, di mana aksi kolektif dapat menghasilkan dampak yang berkelanjutan dan jangka panjang. “Simposium ini bertujuan memastikan setiap anak memperoleh awal kehidupan yang sekuat mungkin, setiap orang tua mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, dan setiap sektor bergerak maju bersama,” katanya.
Simposium ini dihadiri hingga 200 peserta, dengan para pembicara yang berasal dari pemerintah, organisasi pembangunan, akademisi, lembaga penelitian, dan filantropi.
https://www.tanotofoundation.org/en

Tentang Tanoto Foundation
Di Tanoto Foundation, kami membuka potensi manusia, membantu komunitas untuk berkembang, dan menciptakan dampak yang berkelanjutan. Didirikan pada tahun 1981 oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto, kami adalah yayasan keluarga independen yang meyakini pentingnya memberikan setiap individu kesempatan untuk mewujudkan potensi terbaiknya secara penuh. Untuk tujuan tersebut, kami mendorong perubahan sistem di bidang pendidikan dan kesehatan. Pendekatan kami mengutamakan dampak, dilakukan secara kolaboratif, dan berbasis bukti. Kami berinvestasi untuk jangka panjang serta berupaya mengembangkan para pemimpin yang mampu mendorong hasil positif yang berkelanjutan.
Recent Comments