BANGKOK, THAILAND – Media OutReach Newswire – Federasi Produsen Semen ASEAN (ASEAN Federation of Cement Manufacturers/AFCM) secara resmi meluncurkan 2035 AFCM Decarbonization Roadmap, menandai strategi dekarbonisasi regional pertama di dunia untuk sektor semen. Pengumuman ini dilakukan selama 46th AFCM Council Meeting di Brunei Darussalam, yang dipimpin oleh Dr. Chana Poomee dan dihadiri oleh para pemimpin serta perwakilan asosiasi semen dari delapan negara anggota AFCM. Peluncuran ini dilakukan pada momen penting, menjelang COP30 di Brasil, di mana aksi iklim akan menjadi fokus utama.

Produksi semen penting bagi infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di ASEAN, namun tetap menjadi sumber signifikan emisi CO₂. 2035 AFCM Decarbonization Roadmap mencerminkan komitmen regional yang terpadu untuk mempercepat dekarbonisasi, selaras dengan kebijakan iklim nasional dan tujuan lingkungan global, sekaligus memperkuat posisi AFCM sebagai pemimpin dalam produksi semen berkelanjutan.

Dr. Chana Poomee, Presiden AFCM dan Ketua Thai Cement Manufacturers Association (TCMA), menyebut 2035 AFCM Decarbonization Roadmap sebagai tonggak penting bagi sektor semen di kawasan ini. Kerangka kerja bersama ini akan membimbing pengurangan CO₂ secara sistematis, meningkatkan daya saing regional, dan memperkuat kontribusi AFCM terhadap solusi iklim global.

2035 AFCM Decarbonization Roadmap, dengan dukungan kuat dari Global Cement and Concrete Association (GCCA), merinci jalur transisi komprehensif yang dibangun di atas empat pilar strategis:

  1. Perluasan semen rendah karbon melalui standar berbasis kinerja,
  2. Transisi menuju energi bersih dan terbarukan di seluruh proses produksi sambil meningkatkan efisiensi untuk mengurangi konsumsi energi termal dan listrik,
  3. Penerapan teknologi dekarbonisasi canggih, termasuk CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage), dan
  4. Pengembangan bahan semen tambahan baru untuk mendukung produk semen rendah karbon generasi berikutnya.

Presiden AFCM mengimbau semua anggota untuk menjadikan roadmap ini sebagai strategi regional kolaboratif guna kemajuan berkelanjutan. Pada tingkat regional, langkah-langkah ini berpotensi mengurangi hingga 38 juta ton CO₂ pada 2035. Meskipun mengejar visi kolektif ini, roadmap mengakui keberagaman kondisi nasional, karena setiap negara anggota menetapkan target dekarbonisasi sendiri berdasarkan regulasi, kondisi industri, dan teknologi yang tersedia. Salah satu langkah cepat yang penting adalah pengurangan dan penghapusan bertahap Ordinary Portland Cement (OPC), memberikan jalur pengurangan emisi yang langsung dan signifikan, mencerminkan tekad AFCM untuk mempercepat kemajuan nyata.

Asosiasi anggota AFCM dari Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam menyatakan dukungan terhadap arah regional yang diuraikan dalam 2035 AFCM Decarbonization Roadmap dan menegaskan komitmen mereka untuk mendorong dekarbonisasi sesuai konteks nasional masing-masing. Para anggota mengakui bahwa meskipun roadmap menetapkan visi kolektif, jalur implementasi setiap negara akan berbeda berdasarkan kondisi dasar, energy mix, ketersediaan bahan, kerangka kebijakan, dan kematangan pasar. Oleh karena itu, para anggota menekankan pentingnya kolaborasi dan kebijakan yang mendukung, peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif, peningkatan efisiensi energi, adopsi teknologi canggih yang lebih luas, dan promosi semen serta beton rendah karbon, sambil menyadari bahwa target dan jalur spesifik dapat berbeda antar negara.

“2035 AFCM Decarbonization Roadmap menghadirkan peluang signifikan untuk meningkatkan daya saing regional, mendorong pembangunan berkelanjutan, dan memberikan manfaat ekonomi yang substansial. Dukungan pemerintah, termasuk adaptasi kebijakan, akan menjadi kunci untuk memastikan implementasi roadmap yang efektif. Melalui kolaborasi, inovasi, dan aksi kolektif, AFCM dapat mempercepat adopsi teknologi rendah karbon, menarik investasi hijau, menciptakan peluang ekonomi baru, dan membangun industri semen yang tangguh dan siap masa depan, serta memberikan kontribusi nyata terhadap dekarbonisasi global,” tutup Dr. Chana.