BEIJING, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Ruang pameran layanan budaya dan pariwisata menjadi salah satu area paling semarak di China International Fair for Trade in Services (CIFTIS) 2025, menarik kerumunan pengunjung yang antusias menjelajahi berbagai tampilan menarik dan penuh warna.
Para pengunjung berjalan menyusuri lorong-lorong yang ramai, dipenuhi beragam produk budaya dan kreatif yang memukau—mulai dari magnet kulkas hingga kartu pos dan lainnya.
Pameran ini tidak hanya menampilkan warisan budaya Tiongkok yang kaya, tetapi juga menekankan vitalitas kreatif dari industri budayanya. Perusahaan-perusahaan Tiongkok menjembatani tradisi dan modernitas, memadukan identitas nasional dengan tren global, dan mendefinisikan ulang pola konsumsi budaya.
KEBANGKITAN TRADISI
Produk kreatif yang terinspirasi dari museum telah menjadi ciri khas baru dalam konsumsi budaya. Baru-baru ini, magnet “Mahkota Phoenix” dari Museum Nasional Tiongkok, yang berdasarkan artefak sejarah, menjadi buruan para pembeli. Di zona budaya dan pariwisata CIFTIS, perusahaan-perusahaan lokal memamerkan karya mereka sendiri, yang banyak terinspirasi dari situs-situs budaya ikonik.
Ren Bin, manajer produk dari perusahaan budaya kreatif Panjiayuan, mengatakan bahwa mereka merancang produk dari unsur budaya tradisional.
“Kami menjaga keindahan artefak sambil menggabungkan estetika modern, kami berharap bisa membantu lebih banyak anak muda memahami budaya tradisional Tiongkok,” ujarnya.
Selain budaya tradisional, kerajinan tradisional juga telah muncul sebagai tren konsumsi baru. Di stan distrik Fangshan, staf mendemonstrasikan proses menggiling bahan-bahan seperti gaharu, mawar, dan melati menjadi bubuk halus, yang kemudian diolah menjadi manik-manik indah untuk gelang dan aksesori.
“Produk ini populer karena aromanya yang elegan dan perannya dalam terapi aroma tradisional Tiongkok, sehingga menjadi suvenir kesehatan yang ideal,” kata staf bernama Jiang Li.
TREN PERPADUAN (CROSSOVER)
Bahkan mainan kontemporer paling modern pun kini menyerap unsur tradisional. Produsen mainan Tiongkok, Pop Mart, memamerkan produk-produk IP (intellectual property) yang memadukan elemen tradisional, seperti pakaian yang terinspirasi dari Gua Dunhuang.
Meski berakar pada budaya lokal, banyak perusahaan mainan trendi kini melebarkan sayap secara internasional. Shen Hao, manajer urusan publik dari Letsvan, mengatakan bahwa produk perusahaannya kini menjangkau pasar Asia Tenggara, Amerika Utara, dan Timur Tengah.
“Kami secara aktif menggabungkan unsur budaya luar negeri,” katanya sambil menunjukkan boneka dengan pakaian adat Thailand lengkap dengan topi berbentuk telinga gajah. “Ini menciptakan koneksi lintas budaya.”
Perusahaan ini juga menjajaki kolaborasi lintas sektor, termasuk kemitraan terbaru dengan turnamen tenis China Open dan Pekan Mode Tiongkok (China Fashion Week). Shen menambahkan bahwa Letsvan akan terus berinovasi melalui integrasi lintas disiplin.
Hu Qiang, manajer hubungan masyarakat Letsvan, mencatat: “Setiap zaman memiliki mainan ikoniknya. Jika Barbie mewakili keindahan ideal, boneka masa kini merayakan ekspresi unik dan identitas—mencerminkan keinginan anak muda akan individualitas. Ini menuntut kami untuk mengeksplorasi tema yang lebih beragam dan lintas bidang.”
KONSUMSI INTERAKTIF
Di seluruh ruang pameran, satu aktivitas yang paling banyak menarik minat adalah koleksi stempel. Apa yang awalnya sekadar pengalaman interaktif sederhana, kini telah berkembang menjadi fenomena budaya.
Pos stempel ini berfungsi sebagai panduan tak langsung, mendorong pengunjung untuk mengeksplorasi setiap stan. Banyak pengunjung datang dengan buku kosong, menjadikan koleksi stempel sebagai ritual kenangan yang berharga.
Di stan Museum Film Nasional Tiongkok, pengunjung bernama Hu Huiyuan dengan hati-hati menekan stempel ke dalam buku barunya.
“Saya sudah punya beberapa buku stempel di rumah. Karena CIFTIS ini begitu luas, saya mulai satu buku khusus hanya untuk acara ini,” jelasnya. Baginya, koleksi itu bukan sekadar kenang-kenangan, tapi catatan nyata dari perjalanan hidup.
Tren ini juga berkembang menjadi bentuk seni: beberapa stempel yang ditumpuk bisa membentuk gambar komposit, di mana setiap cap menambahkan warna atau detail baru. Ini mengubah koleksi stempel menjadi seni visual yang dipersonalisasi, mendorong partisipasi dan kreativitas.
Faktanya, keinginan akan interaksi yang lebih mendalam kini menjadi pendorong utama konsumsi budaya. Di seberang aula, pengunjung mengantre untuk mencoba pengalaman mixed reality (MR) melalui perangkat wearable, membenamkan diri dalam dunia virtual interaktif atau melakukan tur digital ke berbagai landmark global.
Recent Comments