DUBAI, UEA – Media OutReach Newswire – Survei Atradius Payment Practices Barometer terbaru untuk Uni Emirat Arab (UEA) mengungkap lanskap pembayaran B2B yang terbelah, di mana perusahaan menghadapi tekanan keuangan yang meningkat seiring dengan pertumbuhan utang macet hingga rata-rata 8% dari total faktur jatuh tempo, di tengah kondisi likuiditas yang semakin ketat. Survei ini juga menunjukkan adanya peningkatan tantangan dalam penagihan utang di seluruh pasar.

Survei komprehensif ini dilakukan selama paruh kedua kuartal kedua tahun 2025. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun 43% bisnis melaporkan tidak adanya perubahan dalam pola pembayaran pelanggan B2B, sisanya hampir terbagi rata antara yang mengalami percepatan pembayaran dan yang menghadapi keterlambatan. Setengah dari seluruh penjualan B2B di UEA dilakukan secara kredit, dengan rata-rata jangka waktu pembayaran selama 47 hari. Yang mengkhawatirkan, 58% dari penjualan berbasis kredit tersebut dibayar terlambat, terutama disebabkan oleh hambatan administratif atau tekanan keuangan dalam organisasi pelanggan. Tren ini secara langsung menekan modal kerja dan memaksa perusahaan untuk mengevaluasi ulang strategi manajemen risiko mereka.

“Temuan ini menyoroti realitas ganda di pasar UEA. Sementara beberapa bisnis masih mengalami perilaku pembayaran yang stabil, yang lain menghadapi tekanan keuangan yang meningkat. Peningkatan utang macet dan faktur jatuh tempo adalah sinyal jelas bahwa perusahaan perlu memperkuat kerangka kerja risiko kredit mereka. Banyak yang telah merespons dengan mendiversifikasi strategi manajemen risiko mereka, menggabungkan kontrol internal dengan alat eksternal seperti asuransi kredit perdagangan. Adaptabilitas ini adalah tanda positif di tengah ketidakpastian ekonomi yang berkelanjutan,” ungkap Roeland Punt, Direktur Regional Atradius untuk Timur Tengah, dalam rilisnya, Senin (4/8/2025).

Diversifikasi Strategi Manajemen Risiko

Perusahaan mengadopsi berbagai pendekatan dalam mengelola risiko pembayaran pelanggan B2B. Sebanyak 42% responden lebih memilih kombinasi antara penyisihan internal dan asuransi kredit eksternal, sementara sisanya memilih satu metode saja. Praktik manajemen persediaan juga bervariasi, dengan beberapa perusahaan mengalami penumpukan stok yang dapat memengaruhi modal kerja dan likuiditas. Kredit perdagangan tetap menjadi sumber pembiayaan utama bagi 58% responden, disusul oleh pinjaman bank (52%) dan dana internal (49%).

Tantangan keuangan para responden juga tercermin dalam tren pembayaran kepada pemasok, di mana sebagian perusahaan tetap menjaga jadwal pembayaran secara teratur, sementara yang lain menunda pembayaran guna meringankan tekanan likuiditas mereka.

Wawasan Khusus Sektor Industri

Farmasi: Sekitar 50% dari penjualan B2B dilakukan secara kredit, dengan jangka waktu pembayaran rata-rata hampir 50 hari. Sebanyak 60% faktur mengalami keterlambatan pembayaran, dan 61% perusahaan memperkirakan peningkatan kebangkrutan pelanggan. Selain pembayaran terlambat dan utang macet, tantangan utama sektor ini adalah menyeimbangkan syarat pembayaran pelanggan dengan perlindungan kesehatan keuangan.

Baja dan Logam: Penjualan berbasis kredit mencakup 60% transaksi, dengan 55% faktur terlambat. Meskipun demikian, 69% perusahaan tidak mengantisipasi peningkatan kebangkrutan.

FMCG (Barang Konsumen yang Bergerak Cepat): Industri ini menunjukkan pendekatan yang lebih hati-hati, dengan sedikit lebih dari 50% penjualan B2B dilakukan secara kredit dan jangka waktu pembayaran lebih pendek, sekitar 40 hari. Namun, 56% perusahaan memperkirakan peningkatan kebangkrutan pelanggan, mencerminkan kekhawatiran meningkatnya keterlambatan pembayaran di sektor ini.

Optimisme yang Hati-hati di Tengah Tantangan

Ke depan, perusahaan tetap terbagi dalam proyeksi kebangkrutan, dengan 50% memperkirakan peningkatan kebangkrutan pelanggan, sementara sisanya tidak melihat adanya perubahan. Meskipun demikian, para pelaku bisnis tetap mempertahankan prospek penjualan dan profitabilitas yang kuat, meski masih khawatir terhadap perkembangan geopolitik dan dampaknya terhadap pola perdagangan dan rantai pasok, perubahan regulasi yang terus berlanjut, serta perhatian yang meningkat terhadap aspek lingkungan.

Secara keseluruhan, temuan survei ini menekankan pentingnya kelincahan dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi tantangan, serta memiliki strategi manajemen risiko kredit yang terasah, saat bisnis di UEA menavigasi lingkungan ekonomi yang semakin kompleks di salah satu pusat perdagangan dan bisnis regional terkemuka di dunia.

Unduh laporan lengkapnya di sini.

https://atradius.com.hk/en_HK/
https://www.linkedin.com/company/atradiusasia