KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – Dolar AS sangat memengaruhi pasar global, terutama bagi para trader di India dan Asia Tenggara. Riset ini menunjukkan betapa pentingnya memantau nilai dolar dan bagaimana perubahannya memengaruhi harga komoditas, pasangan mata uang, dan strategi pasar.

Amerika Serikat memiliki dominasi absolut dalam perdagangan dan keuangan global. Amerika Serikat terus menjadi tulang punggung pasar internasional, dengan sekitar 88% transaksi valuta asing terjadi dalamnya. Untuk para trader di Asia, terutama di India dan Asia Tenggara, memahami pergerakan dolar sangat disarankan dan penting.

Sangat penting bagi para trader untuk selalu mengetahui apa yang terjadi karena perubahan nilai dolar memengaruhi harga komoditas dan suku bunga. Neraca perdagangan, cadangan devisa, dan tingkat inflasi dapat dipengaruhi oleh kekuatan dolar AS, terutama di negara-negara seperti India, Indonesia, dan Malaysia yang sangat bergantung pada impor yang dihargakan dalam dolar AS. Mengantisipasi pergerakan ini dapat membantu atau menghancurkan strategi trader karena fluktuasi nilai dolar membentuk kembali dinamika pasar.

Pengaruh Global Dolar AS: Mengapa Ini Penting

Dolar AS adalah mata uang dominan dalam perdagangan internasional, menyumbang lebih dari 40% transaksi global, termasuk komoditas utama seperti minyak dan emas. Pada tahun 2023, sekitar 59% cadangan mata uang asing dunia disimpan dalam dolar AS, menggarisbawahi kepentingannya yang tak tertandingi.

Bagi para trader di Asia, status dolar sebagai mata uang cadangan berarti fluktuasi apa pun dapat menimbulkan efek riak di berbagai pasar. Ketika dolar menguat terhadap mata uang lokal (Asia), impor menjadi lebih mahal, sehingga mendorong inflasi. Sebaliknya, ketika dolar melemah, mata uang lokal menguat, sehingga berpotensi merugikan industri ekspor, terutama untuk negara-negara dengan ekonomi yang padat komoditas seperti Indonesia dan India.

Bagaimana Trader di Asia dan India Dapat Mengambil Manfaat

Memantau pergerakan dolar memungkinkan para trader di India dan Asia Tenggara mengantisipasi fluktuasi mata uang dengan lebih baik. Pada tahun 2022, misalnya, rupee India mencapai titik terendah dalam sejarah terhadap dolar, sehingga memperburuk biaya impor dan memberikan tekanan pada cadangan devisa negara. Dengan memahami dinamika ini, trader dapat melakukan lindung nilai risiko secara lebih efektif dan membuat keputusan berdasarkan data saat memperdagangkan pasangan mata uang atau komoditas.

Dampak Dolar terhadap Pasangan Mata Uang Utama untuk Trader Asia
Fluktuasi pasangan mata uang berbasis dolar AS berdampak signifikan pada trader di seluruh Asia Tenggara. Mengingat status dolar sebagai mata uang global yang dominan, nilainya memengaruhi berbagai pasangan mata uang. Namun, bukan hanya dolar yang perlu diperhatikan oleh para trader. Faktor-faktor lain, seperti kebijakan ekonomi regional, tingkat inflasi lokal, dan hubungan perdagangan, juga memengaruhi nilai mata uang.

Contohnya, keputusan Federal Reserve AS mengenai suku bunga memiliki pengaruh besar. Kenaikan suku bunga umumnya memperkuat dolar, menyebabkan depresiasi pasangan mata uang berbasis dolar terhadap mata uang regional lainnya, sehingga nilai tukar naik dalam kasus kuotasi valas langsung dan turun dalam kuotasi valas tidak langsung (seperti AUDUSD dan EURUSD).

Oleh karena itu, para trader Asia Tenggara harus memantau perkembangan ini dengan cermat untuk menyesuaikan strategi mereka. Di sisi lain, pergeseran ke arah sikap moneter yang lebih akomodatif atau penurunan suku bunga biasanya melemahkan dolar, menciptakan peluang bagi para pedagang untuk mendapatkan keuntungan dari apresiasi mata uang yang berbeda terhadap dolar.

Salah satu contoh pengaruh global dolar adalah pasangan USDJPY, yang mengalami volatilitas signifikan selama kenaikan suku bunga Federal Reserve pada tahun 2022-2023. Ketika dolar menguat, yen Jepang melemah, mencapai level terendah 24 tahun pada Oktober 2022. Hal ini terutama disebabkan oleh perbedaan antara kebijakan moneter AS dan Jepang, di mana AS mengadopsi sikap hawkish, menaikkan suku bunga, sementara Jepang mempertahankan suku bunga sangat rendah. Akibatnya, para trader yang mengikuti perkembangan ini dapat mengambil keuntungan dari selisih suku bunga yang melebar antara kedua mata uang tersebut.

Demikian pula, pada tahun 2022, dolar AS menguat secara signifikan karena kenaikan suku bunga AS dan ketidakpastian global, menyebabkan euro turun di bawah paritas untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Penguatan dolar, yang didorong oleh tekanan inflasi dan kebijakan Federal Reserve yang agresif, menghasilkan peluang signifikan bagi para pedagang yang mengikuti pergerakan ini dengan cermat.

Data dari Tinjauan Ekonomi Triwulanan Asia Tenggara McKinsey menyoroti bahwa pada kuartal kedua tahun 2024, ekonomi regional mengalami volatilitas yang terkait erat dengan fluktuasi dolar AS. Secara khusus, tekanan inflasi di AS berkontribusi pada depresiasi mata uang di Asia Tenggara, terutama yang mempengaruhi negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia.

Beberapa indikator utama, termasuk suku bunga AS, data inflasi, dan neraca perdagangan, mendorong ketidakstabilan ini. Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan perdagangan yang dinamis di mana mata uang Asia Tenggara sensitif terhadap pergeseran nilai dolar. Dengan memantau indikator-indikator ekonomi ini, seperti kebijakan moneter Federal Reserve, tren inflasi, dan data ketenagakerjaan utama, para trader dapat mengantisipasi pergerakan pasangan mata uang dengan lebih baik dan memposisikan diri mereka secara strategis untuk memanfaatkan potensi keuntungan atau mengurangi risiko.

Contoh Pasar: Bagaimana Dolar yang Kuat Mempengaruhi Pasar Asia
Di India, dolar AS yang kuat secara historis menyebabkan biaya impor yang lebih tinggi, terutama untuk minyak yang dihargakan dalam dolar. Contohnya, ketika dolar menguat pada tahun 2022, tagihan impor minyak mentah India melonjak, berkontribusi pada rekor defisit perdagangan tertinggi sebesar $267 miliar pada akhir tahun fiskal. Pada gilirannya, hal ini mendorong inflasi ke atas dan melemahkan rupee lebih lanjut, yang menyebabkan volatilitas pasar yang signifikan.

Kekuatan dollar juga memiliki dampak yang besar di Asia Tenggara. Di Indonesia, misalnya, dolar yang kuat membuat impor menjadi lebih mahal, yang meningkatkan inflasi dan berdampak pada daya beli. Pada tahun 2023, Indonesia mengalami kenaikan inflasi hingga 6%, sebagian karena dolar yang lebih kuat menaikkan biaya impor untuk komoditas energi dan pangan. Memantau pergerakan ini memungkinkan trader memanfaatkan peluang jangka pendek di pasar yang bergejolak.

“Kekuatan dolar AS sering kali bergema di seluruh pasar Asia, memengaruhi segala hal mulai dari valuasi mata uang lokal hingga harga komoditas. Trader yang secara aktif melacak pergerakan dolar dapat mengidentifikasi peluang di pasar yang bergejolak dan melakukan perdagangan yang lebih strategis,” ungkap Kar Yong Ang, seorang analis pasar keuangan di broker Octa, dalam rilisnya, Kamis (17/10/2024).

Alasan Mengapa Trader Asia Tenggara Harus Selalu Melacak Dolar

  1. Mata Uang Cadangan Global: Dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan global yang dominan, dengan sekitar 59% cadangan devisa dunia disimpan dalam bentuk dolar. Ini berarti bahwa perubahan nilai dolar memengaruhi hampir setiap ekonomi secara global.
  2. Volatilitas Pasangan Mata Uang Utama: Di Asia Tenggara, pasangan mata uang utama yang melibatkan dolar AS sangat penting dalam perdagangan regional. Nilai pasangan mata uang ini berfluktuasi berdasarkan faktor-faktor seperti performa ekonomi AS, harga komoditas global, dan perkembangan geopolitik. Contohnya, saat dolar menguat karena data ekonomi AS yang positif, trader dapat memanfaatkan peluang di mata uang lain dengan menjual pasangan mata uang regional untuk mendapatkan keuntungan dari pelemahan mata uang lokal.
  3. Dampak pada Harga Komoditas: Banyak komoditas penting, termasuk minyak dan emas, dihargai dalam dolar. Bagi para trader di negara dengan perekonomian yang digerakkan oleh ekspor seperti Indonesia, bahkan pergerakan kecil dalam dolar dapat memengaruhi harga pasar secara signifikan.
  4. Pengaruh terhadap Suku Bunga: Penguatan dolar sering kali mendorong perubahan suku bunga di negara-negara seperti India dan Malaysia, yang secara langsung berdampak pada biaya pinjaman dan pertumbuhan ekonomi.

Mengapa Pelacakan Dolar Tidak Dapat Ditawar bagi Trader

Bagi para trader di Asia dan India, memahami pergerakan dolar AS bukan hanya keuntungan strategis, tetapi juga sebuah keharusan. Fluktuasi dolar secara langsung berdampak pada pasangan mata uang, komoditas seperti minyak dan emas, dan suku bunga regional, menciptakan risiko dan peluang. Dengan mengintegrasikan pelacakan dolar ke dalam strategi trading mereka, para trader dapat memperoleh wawasan tentang bagaimana pergeseran ini memengaruhi pasar mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk membuat penyesuaian yang diperhitungkan dan tepat waktu pada portofolio mereka. Dalam lingkungan keuangan yang dinamis dan saling terhubung, tetap berada di depan perubahan ini sangat penting untuk mempertahankan profitabilitas dan memanfaatkan tren ekonomi global untuk keuntungan seseorang.