VIETNAM – Media OutReach – Mahasiswa dan ilmuwan di Viet Nam National University Ho Chi Minh City (VNUHCM) telah melakukan penelitian ekstensif dan mengembangkan produk yang membantu mencegah penyebaran COVID-19.
Tim mahasiswa dari Universitas Sains VNUHCM memenangkan sponsor dari Agence Universitaire de La Francophonie, sebuah perhimpunan universitas yang menawarkan pelatihan dalam bahasa Prancis, berkat penelitiannya tentang produksi protein dari bakteri Ecoli di laboratorium. Dari 2.000 proyek dari 79 negara, VNUHCM salah satunya.
Pertama, mereka bekerja sama dengan sebuah perusahaan di industri bioteknologi untuk melaksanakan proyek yang dipimpin oleh kepala departemen genetika di fakultas biologi dan bioteknologi universitas, Dr. Nguyen Thuy Vy. Penelitian tersebut didorong oleh fakta bahwa pasien COVID asimtomatik dan mereka yang memiliki gejala ringan diyakini menjadi rintangan untuk mengendalikan pandemi di masyarakat.
Untuk mendeteksi infeksi, banyak negara menggunakan tes antibodi. Keunggulan metode ini adalah cepat, mudah diterapkan dalam skala besar, dan memiliki akurasi yang tinggi. Namun, Vietnam tidak memiliki pemasok antigen protein virus SARS – CoV – 2, sehingga menyulitkan perusahaan untuk mencari pembuatan kit pengujian antibodi.
“Kami menggunakan teknologi untuk menghasilkan protein dari bakteri Ecoli dengan biaya rendah. Di seluruh dunia, sebagian besar protein dihasilkan dari jaringan hewan,” jelas Dr Nguyen Thuy Vy. Ia dan dua mahasiswa lainyya, Le Tran Dang Khoi dan Vo Ho My Phuc memulai penelitian pada awal Juni dengan sponsor dari AUF dan mereka menciptakan produk dalam waktu tiga bulan.
“Proyek ini tidak hanya berkontribusi pada pencegahan COVID-19 tetapi juga menginspirasi mahasiswa lain untuk melakukan penelitian. Produk tersebut berguna untuk tes COVID-19 dengan hasil yang cepat, akurat, dan harga yang terjangkau,” ujar Dr Nguyen.
National Key Laboratory of Digital Control and System Engineering (DCSELab) VNUHCM bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Sains dan Teknologi untuk Remaja membuat kamar desinfeksi keliling. Dengan sensor yang mendeteksi dan menyemprot secara otomatis setelah seseorang masuk, lampu sinyal, dan penyemprot kabut 360 derajat, ruangan tersebut menggunakan larutan anolyte dan teknologi desinfeksi ultraviolet, ozon, dan panas untuk membantu mendisinfeksi seluruh tubuh. Ruang tersebut telah digunakan di beberapa rumah sakit di kota sejak pandemi COVID-19 pecah.
Ilmuwan DCSELab juga membuat ruang otomatis untuk desinfeksi dan mengambil sampel dari pasien tanpa melakukan kontak. Kamar tersebut secara otomatis mendisinfeksi sebelum orang berikutnya masuk untuk memberikan sampel. Meskipun teknologi desinfeksi ultraviolet digunakan, sinar UV tidak langsung menyentuh tubuh seseorang sehingga tidak berbahaya bagi petugas kesehatan atau pasien. Selain itu, teknologi filter udara partikulat efisiensi tinggi digabungkan dengan UV untuk sepenuhnya membunuh virus dan bakteri yang tersisa di udara setelah disedot keluar dari ruangan.
Produk COVID-19 lainnya dari DCSELab adalah ventilator sederhana yang bekerja dengan prinsip meremas dan melepaskan kantong Ambu secara otomatis untuk mengalirkan udara ke paru-paru pasien. Produk ini sedang diselesaikan setelah banyak revisi dan konsultasi dari spesialis di Rumah Sakit Cho Ray dan Universitas Kedokteran dan Farmasi.
Universitas anggota VNUHCM lainnya, Universitas Teknologi, telah menginovasi lusinan produk yang berguna dan nyaman untuk melayani masyarakat dalam hal pencegahan dan penanggulangan COVID-19.
Para ilmuwan di Bach Khoa Research Center for Manufacturing Engineering di University of Technology juga telah membuat sistem desinfeksi seluler dengan filter udara untuk memastikan udara bersih dibuang ke lingkungan. Teknologi tersebut telah dialihkan ke perusahaan untuk komersialisasi dan produksi massal.
Sebuah tim peneliti di fakultas teknologi material Universitas Teknologi telah membuat masker yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan selama berjam-jam.
Assoc. Prof.Dr.Huynh Dai Phu, dekan fakultas, mengatakan ketika COVID-19 melanda,satu masalah mendesak adalah kekurangan peralatan medis. Petugas kesehatan menghadapi risiko infeksi yang tinggi karena bekerja berjam-jam di lingkungan tanpa ruang bertekanan negatif. Sangat penting bagi mereka untuk menggunakan pakaian pelindung, kacamata dan masker untuk mencegah risiko tertular virus, dan timnya membuat masker ini dengan membran penyaring udara dan bakteri untuk menghindari infeksi, kata Phu.
Udara yang disuplai melalui masker cukup untuk berjam-jam bagi petugas kesehatan. Masker ini menutupi beberapa kekurangan yang sudah ada selama periode pandemi. Selain itu, bahan yang digunakan dalam masker ini adalah polimer yang ramah lingkungan. Para pekerja medis di Rumah Sakit Trung Vuong menggunakannya.
Dosen fakultas teknik mesin Universitas Teknologi itu membuat mesin otomatis untuk menjahit masker dari pakaian anti bakteri. Selain itu, para dosen dan mahasiswa universitas tersebut membuat kacamata pelindung yang menjauhkan aerosol dari pasien dengan menggunakan teknologi cetak 3D dan pembersih.
Assoc. Prof.Dr.Mai Thanh Phong, presiden universitas, mengatakan dengan berfokus pada produk pencegahan dan pengendalian COVID-19, mahasiswa, dosen dan peneliti di universitas berharap dapat menyumbangkan kemampuan dan upaya mereka untuk memerangi pandemi di negara tersebut.
Recent Comments