SINGAPURA – Media OutReach – Asia Pacific Energy Week yang diselenggarakan oleh Siemens Energy menghasilkan tujuh strategi untuk masa depan energi berkelanjutan di Asia. Strategi ini adalah hasil dari diskusi yang diadakan pada konferensi online yang tema “Shaping the Energy of Tomorrow,” yang digelar selama dua hari mulai dari tanggal 9 hingga 10 Maret, acara tersebut dihadiri oleh pembuat kebijakan dan perwakilan pemerintah di seluruh sektor energi dari berbagai seluruh kawasan di Asia, termasuk Menteri SDM dari Indonesia, Arifin Tasrif. Selain itu diskusi ini melibatkan lebih dari 2.500 orang berpartisipasi aktif dalam setiap diskusi, mengajukan pertanyaan mendalam kepada para narasumber.
Tujuan utama dari konfrensi ini adalah pentingnya membina sistem dan ekosistem yang memungkinkan pejabat industri berkolaborasi untuk mencapai tujuan global yang berkelanjutan seperti mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan industri baru, serta mencapai kesejahteraan manusia dan netralitas karbon pada tahun 2050.
“Berdasarkan strategi energi nasional, Indonesia akan memperkuat investasi dalam energi terbarukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang
, kami berharap sekitar 23% energi akan dipasok dari energi terbarukan pada tahun 2025, yang setara dengan tambahan pembangkit energi terbarukan sebesar 38 GW pada tahun 2035. Kami memiliki banyak sumber daya yang berbasis fosil seperti cadangan batu bara, minyak dan gas alam serta potensi terbarukan yang sangat besar adalah sumber energi utama Indonesia. Dalam 10 tahun ke depan, kami ingin memanfaatkan teknologi untuk membangun kapasitas dan infrastruktur termasuk 18 transmisi prioritas, 7 proyek jaringan pintar, dan energi terbarukan. Program lainnya untuk mengurangi konsumsi minyak bumi, saat ini kami memiliki sekitar 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel yang tersebar di 2.130 lokasi di Indonesia dan kami serius dalam perjalanan mengubah pabrik diesel menjadi energi terbarukan, sehingga dapat mengurangi hingga 0,7 juta ton emisi karbon,” kata
Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia.
Selama dua hari, para pemikir dalam sesi panel yang beragam membahas dan sampai pada 7 tren utama untuk transisi yang sukses menuju masa depan energi berkelanjutan.
- Akses menuju pasokan energi yang berkelanjutan sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi
- Memperkuat investasi dalam energi terbarukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang
- Memanfaatkan teknologi untuk penggunaan energi yang lebih efisien dan bersih
- Menerima sumber energi baru dan ramah lingkungan seperti Green Hydrogen.
- Solusi cerdas berdasarkan data dan AI adalah inti dari sistem transmisi yang efisien di masa depan.
- Akses ke modal yang berkelanjutan dan kompetitif akan mempercepat perjalanan transformasi energi
- Kerjasama antar pemangku kepentingan sangat penting untuk transformasi energi yang sukses
“Saat ini kita melihat urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan melonjaknya permintaan energi di Asia, sebuah kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Dengan Asia Pasifik menyumbang lebih dari setengah konsumsi energi global, dan dengan 10% populasi masih kekurangan akses ke listrik dasar, pertanyaannya adalah bagaimana menjembatani pasokan listrik yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan akses energi, “kata Christian Bruch, Presiden dan CEO, Siemens Energy.
Saat harga energi terbarukan turun dan teknologi stabilisasi jaringan semakin maju, peningkatan energi terbarukan merupakan tren yang layak secara ekonomi dan akan mendorong keberlanjutan jangka panjang di Asia. Pemerintah harus mempromosikan dengan membentuk kebijakan dan sistem yang memimpin perubahan ini, dan di bidang industri, strategi baru harus direalisasikan sebagai model bisnis praktis, dan pengembangan proyek yang stabil dan mendorong inovasi teknologi. Dengan cara ini, semua pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk mempercepat transisi energi.
Keterlibatan peserta juga mengungkapkan beberapa wawasan penting tentang transisi energi, Lebih dari 45% peserta mengatakan bahwa biaya merupakan permasalaha utama dari transisi energi, disusul kemauan mencapai 25%. Lebih dari 66% mengidentifikasi integrasi terbarukan sebagai elemen dekarbonisasi yang paling berpengaruh. Sebagai faktor yang akan mempercepat konversi energi, 48% responden menyatakan adanya terobosan dalam penyimpanan energi. 75% dari peserta mengatakan mereka bersedia membayar emisi CO2 dan menerima kebijakan dan peraturan.
Acara tersebut diselenggarakan bersama dengan Kamar Dagang Jerman di Luar Negeri (AHK), Asia-Pacific Hydrogen Association, Global Manufacturing and Industrialization Summit (GMIS), Masdar, pemimpin global dalam energi terbarukan dan pembangunan perkotaan berkelanjutan yang sepenuhnya dimiliki oleh Perusahaan Investasi Mubadala pemerintah Abu Dhabi, dan Siemens Gamesa.
Ikuti Siemens Energy di Twitter: www.twitter.com/siemens_energy
Recent Comments