HONG KONG SAR – Media OutReach Newswire – Di tengah upaya pemerintah, lembaga pembangunan, dan organisasi non-pemerintah (NGO) dalam mengatasi tantangan sosial yang semakin kompleks, kebutuhan untuk menunjukkan hasil yang nyata dan berkelanjutan belum pernah sepenting ini.

Agar tetap relevan dan efektif, dunia filantropi tidak cukup hanya memberikan pendanaan, ia juga harus bergerak dengan tujuan: mengadopsi pendekatan berbasis pengukuran dan bukti sebagai kompas pengambilan keputusan dan perubahan sosial yang bermakna.

Untuk membantu sektor filantropi dalam melakukan kebaikan secara lebih baik, Tanoto Foundation meluncurkan laporan “The Evidence Behind Better Philanthropy” pada acara AVPN Global Conference di Hong Kong.

Laporan ini, yang dikembangkan bekerja sama dengan Centre for Evidence and Implementation (CEI), merupakan analisis perbandingan pertama di dunia tentang bagaimana yayasan-yayasan global terkemuka menerapkan Monitoring, Evaluation, and Learning (MEL), sebuah pilar penting yang sering dibahas tetapi jarang diterapkan secara menyeluruh dalam filantropi yang efektif.

Dengan menggabungkan wawancara mendalam bersama para pemimpin yayasan serta tinjauan luas terhadap praktik-praktik global, laporan ini menyajikan wawasan terkini dari para pendonor paling berpengaruh di dunia mengenai bagaimana bukti (evidence) membentuk strategi, mendorong adaptasi, dan memungkinkan pendekatan kolaboratif untuk menciptakan dampak yang nyata dalam konteks yang kompleks dan beragam.

“Agar filantropi benar-benar membawa kebaikan, maka ia juga harus menjadi lebih baik, karena tantangan hari ini jauh lebih kompleks dan saling terhubung. Di Tanoto Foundation, kami melihat bukti bukan hanya sebagai alat akuntabilitas, tetapi sebagai kompas strategi. Dengan menanamkan proses pemantauan, evaluasi, dan pembelajaran (MEL) ke dalam inti pengambilan keputusan, kami dapat mengelola sumber daya dengan lebih efektif dan memberikan kontribusi bagi perubahan sosial yang berarti dan berkelanjutan,” tutur Benny Lee, CEO Tanoto Foundation, dalam rilisnya, Jumat (12/9/2025).

Laporan ini mengidentifikasi 10 temuan utama yang dikelompokkan ke dalam tiga tema besar untuk sektor filantropi:

  1. Strategi dan Pengambilan Keputusan: Dengan mengintegrasikan bukti ke dalam strategi melalui pendekatan “SMEL” (Strategy, Monitoring, Evaluation, and Learning), program dapat menjadi lebih responsif dan adaptif, mengurangi pemborosan sumber daya, dan meningkatkan efektivitas kebijakan.
  2. Budaya dan Kapasitas: Budaya belajar yang didukung oleh kepemimpinan senior dan penguatan kapasitas mitra pelaksana memungkinkan lembaga donor dan pelaksana untuk melakukan penyesuaian secara real time, hal ini penting terutama dalam reformasi berskala besar dan perubahan sistemik.
  3. Alat dan Ekosistem untuk Dampak: Metode evaluasi yang fleksibel, fokus pada kontribusi alih-alih atribusi, serta komunikasi strategis membantu pendonor, pemerintah, dan NGO menyelaraskan upaya mereka dan memperluas solusi yang telah terbukti efektif.

“Studi ini mencerminkan keyakinan kami bahwa pembelajaran tidak boleh berhenti pada kepatuhan, tetapi harus mendorong peningkatan berkelanjutan. Di Tanoto Foundation, kami telah menanamkan MEL dalam cara kami merancang program, menguji asumsi, dan beradaptasi secara real time. Dengan membagikan praktik global secara terbuka, kami berharap dapat mendorong budaya kolaborasi di mana pendonor dan mitra sama-sama memperkuat penggunaan bukti. Ketika air laut naik, semua kapal ikut terangkat, dan MEL adalah salah satu cara untuk mengangkat sektor ini bersama-sama,” tambah Murni Leo, Global Head of Measurement, Learning, and Evaluation di Tanoto Foundation.

Laporan ini bertujuan untuk mendukung para pengambil keputusan lintas sektor dalam merancang intervensi yang lebih efektif, memperkuat akuntabilitas, dan mendorong perubahan sistemik melalui kolaborasi.

Laporan lengkap sudah tersedia dan dapat diunduh melalui situs web resmi Tanoto Foundation.