KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – Monash University Malaysia mencetak sejarah baru dengan peluncuran Pusat Penelitian Asia Tenggara untuk Centre for Digital Tech and Society (SEADS). Yang Mulia YB Hannah Yeoh, Menteri Pemuda dan Olahraga, meresmikan peluncuran SEADS dalam sebuah acara yang berkomitmen untuk mendukung masa depan digital yang lebih aman.

Profesor Emeritus Dato’ Dr. Adeeba Kamarulzaman, Presiden dan Pro Vice-Chancellor, Monash University Malaysia, membahas fungsi SEADS. Ia menekankan bahwa pusat ini bukan hanya tentang merayakan kemajuan digital, namun juga memastikan bahwa teknologi bekerja untuk masyarakat, bukan untuk melawan mereka. Selain itu, dia menekankan komitmen SEADS untuk bekerja sama dengan bisnis, legislator, dan masyarakat untuk mendorong transformasi digital yang inklusif dan moral.

Salah satu sorotan utama dari acara ini adalah diskusi hangat antara YB Hannah Yeoh dan Profesor Meera Sivasothy dari School of Arts and Social Sciences. Diskusi yang berjudul “Menciptakan Internet yang Aman bagi Kaum Muda Malaysia” mengeksplorasi isu-isu yang berkaitan dengan regulasi ruang online di Malaysia dan implikasinya bagi kaum muda.

“Koordinasi dan pembagian data yang lebih besar di antara lembaga-lembaga pemerintah sangat penting untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait bahaya online,” tegas Hannah Yeoh. Dengan memprioritaskan penelitian yang komprehensif dan memanfaatkan kerangka kerja Masyarakat Digital Asia Tenggara, para pemangku kepentingan didesak untuk memahami cakupan bahaya online sebelum memberlakukan kebijakan atau peraturan.

Menanggapi pertanyaan tentang apakah Malaysia harus mengikuti langkah Australia dalam melarang akses media sosial untuk individu di bawah 16 tahun, YB Hannah Yeoh menyatakan keraguannya tentang kelayakannya. Dia menyoroti tantangan penegakan hukum, dengan mengatakan, “Di Malaysia, orang sering berbagi ponsel di dalam rumah tangga, sehingga peraturan semacam itu sulit diterapkan.”

Menanggapi masalah trolling online dalam olahraga, Yeoh menggarisbawahi pentingnya menjaga prinsip-prinsip sportivitas. “Perilaku online harus mencerminkan nilai-nilai yang kita junjung tinggi dalam olahraga. Rasa hormat, keadilan, dan integritas harus dijunjung tinggi, baik di lapangan maupun di dunia maya,” katanya.

Yeoh juga membahas batas yang sering kabur antara ruang online dan offline, yang menantang persepsi masyarakat tentang konsumsi digital. “Kita sering mengkritik anak-anak yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan ponsel, tetapi kita juga harus mempertimbangkan perilaku orang dewasa-seperti bekerja selama dua jam tanpa istirahat-sebagai bagian dari masalah. Untuk menjamin masa depan yang lebih baik, kita membutuhkan upaya kolektif dalam memahami dan mengatasi masalah ini,” tambahnya.

Ketika Malaysia menavigasi kompleksitas keterlibatan digital, mengembangkan pendekatan kolaboratif yang terinformasi sangat penting untuk melindungi semua warga negara di dunia yang semakin terhubung.

“Ruang online adalah tempat anak muda hidup-bersantai, bersosialisasi, berbelanja, mencari informasi, dan menjual barang. Mengingat cepatnya perubahan di lingkungan ini, penelitian yang lebih mendasar diperlukan untuk mengetahui bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi kita, baik atau buruk,” ungkap Associate Professor Emma Baulch, Direktur SEADS dan Wakil Kepala Sekolah (Penelitian) di Sekolah Seni dan Ilmu Sosial Monash University Malaysia.

“Universitas adalah bagian penting dari teka-teki dalam membangun masa depan digital yang inklusif. Di SEADS, kami tidak hanya mempublikasikan artikel penelitian, tetapi kami juga merancangnya bersama kolaborator dari masyarakat sipil, pemerintah, dan industri untuk mendorong perubahan yang berarti,” sambungnya.

Riset dari SEADS terbagi dalam tiga tema:

  • Bahaya dan keamanan online, termasuk kekerasan berbasis gender secara online dan bahaya yang disebabkan oleh citra palsu;
  • Keadilan data, termasuk penelitian tentang identitas digital, pusat data, dan ancaman terhadap privasi data; dan
  • Inklusi digital, termasuk ketidaksetaraan akses dan keterjangkauan yang terus berlanjut seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang menggunakan internet.

SEADS akan bermitra dengan industri, pembuat kebijakan, dan masyarakat sipil untuk memastikan penelitian tentang topik-topik ini menginformasikan percakapan, sikap, dan praktik publik, serta pengembangan kebijakan. Prioritas penelitian ini mencerminkan komitmen Monash University Malaysia untuk mengatasi masalah-masalah sosial kritis yang berdampak pada komunitas kami. Melalui inisiatif seperti SEADS, Monash University Malaysia terus melakukan penelitian yang diperlukan untuk mendorong perubahan yang berdampak, menjembatani para akademisi dengan solusi dunia nyata untuk mengatasi tantangan mendesak di zaman kita.

Keterangan Foto: (Dari kiri) Profesor Duncan McDuie-Ra (Kepala School of Arts & Social Sciences), Associate Professor Emma Baulch (Direktur (SEADS) dan Wakil Kepala Sekolah (Penelitian) di School of Arts and Social Sciences. YB Hannah Yeoh (Menteri Pemuda dan Olahraga), Profesor Emeritus Dato’ Dr Adeeba Kamarulzaman (Presiden dan Pro Vice-Chancellor, Monash University Malaysia), YB Michelle Ng Mei Sze (ADUN Subang Jaya).