KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – Ketika pasar keuangan bergejolak, emas sangat dihargai karena kestabilannya. Sifat stabil tersebut digarisbawahi pada tahun 2024 ketika harganya melonjak naik, naik lebih dari $700 per ons. Ini merupakan kenaikan 34% sejak Januari. Harga emas yang terus naik telah menarik kembali perhatian investor dan pedagang. Pertanyaan terpenting di antara mereka adalah: akankah harga emas melampaui $3.000 pada tahun 2025? Kar Yong Ang, analis pasar keuangan untuk broker Octa, berbicara tentang masalah ini.

Inflasi, suku bunga, dan geopolitik

Inflasi dan suku bunga mempengaruhi harga emas. Saat inflasi melonjak, investor cenderung membeli emas untuk melindungi daya beli mereka. Mereka melihatnya sebagai investasi yang jauh lebih aman daripada saham atau obligasi karena saham rentan terhadap penurunan harga secara tiba-tiba, dan obligasi dapat kehilangan nilainya saat suku bunga naik karena inflasi yang tinggi. Namun secara historis, ketika suku bunga riil (yang disesuaikan dengan inflasi) menurun, emas justru melonjak. Seperti yang dikatakan beberapa orang, ‘Tidak ada pembelian yang lebih baik’.

Pada tahun 2024, persentase cadangan keseluruhan yang disimpan dalam bentuk emas oleh bank sentral telah mencapai 10%, sebuah peningkatan yang signifikan dari level 3% yang tercatat hanya 10 tahun sebelumnya. Meskipun kita masih berada di era di mana sebagian besar mata uang cadangan adalah fiat (misalnya, kertas dengan nilai intrinsik yang kecil), semakin banyak bank sentral yang tampaknya percaya bahwa memegang emas menambah elemen kehati-hatian pada strategi diversifikasi cadangan mereka. Negara-negara berkembang, terutama di Asia, melihat bank sentral mereka mengambil peran yang semakin penting di pasar emas. China (yang sekarang menyimpan 5% cadangannya dalam bentuk emas), bersama dengan India, telah muncul sebagai salah satu pembeli utama emas.

Selain itu, bank-bank sentral di negara-negara berkembang, sejak tahun 2022, telah meningkatkan laju pembelian emas. Katalisator untuk perkembangan terakhir ini adalah pembekuan aset Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mendorong banyak negara untuk mempertimbangkan kembali susunan cadangan mereka.

Selain itu, pergeseran global menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan, termasuk investasi di bidang energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan, mendorong permintaan yang terbatas untuk komoditas tertentu, seperti logam mulia yang mencakup emas. Emas memainkan peran penting dalam teknologi energi bersih, termasuk panel surya dan elektronik untuk sistem hemat energi. Peningkatan permintaan untuk emas teknologi ini diperburuk oleh meningkatnya kekhawatiran tentang kurangnya sumber daya yang diperlukan untuk transisi hijau.

Selain itu, ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi semakin menggarisbawahi daya tarik emas sebagai aset yang aman, menarik para investor yang mencari ketenangan di tengah perubahan yang cepat di pasar global. Konflik Ukraina, tegangnya hubungan AS-Tiongkok, dan kerusuhan di Timur Tengah telah membuat para investor berlarian ke aset-aset safe haven. Dan ketika berbicara mengenai aset-aset safe haven, emas adalah tujuan yang telah teruji oleh waktu. Catatan stabilitas harga emas di dunia yang tidak stabil saat ini sangat kontras dengan perilaku pasar saham dan aset-aset lainnya. Contohnya adalah akumulasi emas di Tiongkok baru-baru ini, yang kini mencapai 5% dari cadangan devisanya. Ini adalah tanda lain dari pergeseran menuju ketahanan dalam ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian.

Analisis teknikal: level-level kunci yang harus diperhatikan

Menurut analisis teknikal, harga aset ini masih berada dalam tren naik, bahkan pada jangka waktu yang tinggi. Tren naik jangka panjang juga belum berubah menjadi tren turun. Target $3.000, yang sejajar dengan level ekstensi Fibonacci 4,236, cukup nyata. Namun, level ini mungkin terlalu ambisius untuk saat publikasi.

Prospek tahun 2025 – faktor-faktor yang membentuk masa depan emas

Menurut Survei Kepala Ekonom dari Forum Ekonomi Dunia, para ekonom tidak yakin dengan stabilitas ekonomi global. 54% responden memperkirakan prospek yang stabil dan 37% memproyeksikan kemerosotan lebih lanjut. Kebijakan fiskal di masa depan yang menargetkan adaptasi iklim, pergeseran lanskap demografis, dan peningkatan belanja pertahanan akan mendorong inflasi ke atas. Semua ini menjadikan emas sebagai lindung nilai inflasi; namun, bukan hanya investor swasta: bank-bank sentral juga tertarik pada emas. Mereka diperkirakan akan terus menambah cadangan emas mereka dan, dalam menghadapi semua permintaan lainnya, kemungkinan akan mempertahankan permintaan jangka panjang.

Jadi, apakah emas akan mencapai harga $3.000 per ons pada tahun 2025? Skenario ini tampaknya sangat mungkin terjadi. Namun, agar harga aset ini dapat mencapai target yang cukup ambisius, diperlukan kondisi pasar yang mendukung. Kondisi ini mencakup faktor makroekonomi dan geopolitik. Sebagai contoh, terpilihnya kembali Donald Trump memperkenalkan variabel tambahan ke dalam persamaan. Sikap geopolitik Trump, terutama mengenai perdagangan global dan resolusi konflik, dapat mempengaruhi sentimen investor dan permintaan safe haven. Jika janji-janjinya mengenai penyelesaian berbagai konflik terpenuhi, investor mungkin akan meninggalkan aset-aset safe haven dan beralih ke aset-aset yang lebih berisiko.