BEIJING, TIONGKOK – Media OutReach Newswire – Konferensi Tahunan Financial Street Forum 2025 diselenggarakan di Beijing pada 27 hingga 30 Oktober. Selama agenda empat hari tersebut, lebih dari 400 pemimpin keuangan, pembuat kebijakan, dan pakar industri dari lebih dari 30 negara dan wilayah di seluruh dunia berkumpul di Financial Street Beijing.

Area inti Financial Street Beijing, yang mencakup luas 2,59 kilometer persegi, telah menyaksikan dan menampung proses serta pencapaian reformasi dan perkembangan keuangan Tiongkok selama tiga dekade terakhir sejak disetujui oleh Dewan Negara Tiongkok untuk dibangun sebagai pusat pengelolaan keuangan nasional. Sebagai platform penting bagi keterbukaan dan perkembangan negara, Financial Street Forum telah dipandang sebagai barometer reformasi dan perkembangan keuangan Tiongkok. Tahun ini, para pemimpin teratas sektor keuangan Tiongkok kembali berkumpul pada upacara pembukaan konferensi, merespons isu-isu hangat dari luar negeri mengenai kondisi terkini perkembangan ekonomi Tiongkok dan tren pasar keuangan.

Pada pertemuan tahun ini, sebuah tren konsumsi baru menarik perhatian. Dalam beberapa tahun terakhir, praktik umum warga Tiongkok membeli barang dari luar negeri dan menjualnya kembali di Tiongkok, yang dikenal dengan sebutan daigou, mulai tergeser oleh tren baru: semakin banyak konsumen internasional kini membeli produk dari Tiongkok untuk dibawa pulang. Gelombang ini dengan cepat muncul sebagai kekuatan baru dalam konsumsi global.

Produk teknologi telah menjadi item utama yang dibeli orang asing di Tiongkok. Contohnya, headphone nirkabel dan pelindung ponsel menjadi produk terlaris. Sheikh Fayaz Ahmad, asisten profesor di Zhejiang University International Business School, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Tiongkok memiliki banyak produk ekonomis dan inovatif, seperti penyedot debu dan peralatan medis dasar, yang sering ia beli saat kembali ke India dari Tiongkok.

Ma Qing, Chief Representative Asia Pasifik dan Kepala Riset Tiongkok dari Institute of International Finance (IIF), percaya bahwa konsumen internasional yang membeli produk dari Tiongkok sebenarnya merupakan bentuk arbitrase, dan ruang untuk arbitrase tergantung pada kesenjangan harga. Situasi saat ini bisa dijelaskan seperti ini: setelah Amerika Serikat menaikkan tarif, harga barang di AS jauh lebih tinggi dibandingkan di Tiongkok, sehingga orang membeli barang di Tiongkok dan membawanya ke AS.