FOSHAN, TIONGKOK – EQS Newswire – Di kota Danzao, Foshan, Luohang dulunya adalah sebuah desa tradisional yang tenang dan nyaris tak tersentuh waktu. Desa ini menyimpan warisan berharga berupa anyaman bambu yang telah berusia ratusan tahun, dilestarikan dengan penuh perhatian oleh penduduk setempat dan pemerintah. Namun, seperti permata tersembunyi, kisah Luohang belum banyak diketahui. Semuanya mulai berubah pada tahun 2024, ketika proyek seni dan praktik sosial “Xuyouji” diluncurkan. Pemerintah Nanhai bekerja sama dengan sekelompok seniman untuk mengubah pasar kuno ini menjadi ruang komunitas yang hidup—tempat di mana budaya, perdagangan, dan keharmonisan bertetangga bersatu.
“Xuyouji”, yang secara harfiah berarti “catatan perjalanan pasar seni”, adalah inisiatif inovasi sosial jangka panjang yang menggunakan seni sebagai katalisator, komunitas sebagai inti, dan format pasar seni sebagai panggungnya. Proyek ini tumbuh dari praktik di “Luohang Art Bazaar” dan telah menjadi ruang belajar hidup bagi pelestarian warisan budaya takbenda, serta contoh nyata dari intervensi seni dalam pembaruan kota dan desa.
Metamorfosis: Dari Pasar Terlupakan Menjadi Kebun Komunitas
Dua tahun lalu, Luohang masih merupakan tempat yang sepi dan biasa saja. Keterampilan tradisional menganyam bambu, yang dahulu menjadi kebanggaan, hanya diwariskan oleh segelintir pengrajin lansia. Meskipun dihargai, keterampilan ini perlahan kehilangan relevansi karena fungsinya makin jarang digunakan.
Pada tahun 2024, perubahan mulai tumbuh secara perlahan.
Kelompok-kelompok seniman, termasuk yang dipimpin oleh Xiangyang, datang dan menyelami budaya lokal. Mereka mengumpulkan wawasan sejarah Luohang dan mengintegrasikan bentuk seni mereka—seperti tari modern dan instalasi seni—ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Hasilnya sangat transformatif: sebuah rumah yang hampir ditinggalkan direnovasi dengan hati-hati oleh para seniman dan diubah menjadi taman kecil, lengkap dengan sistem irigasi otomatis. Tanah kosong itu kini menjadi ruang yang indah dan fungsional—anak-anak bermain, orang tua beristirahat. Ruang publik baru ini kini dirawat dengan penuh cinta oleh warga sekitar, yang menanam dan merawat bunga-bunga, menjadikannya pusat kegiatan yang hidup.
Dalam waktu hanya satu tahun, komunitas mengalami gelombang kolaborasi. Asosiasi wirausaha dan federasi perempuan bersatu membangun taman-taman khas, sementara warga menyumbangkan lahan kosong untuk dikembangkan. Bahkan taman industri lokal mengubah ruang-ruang terlantar menjadi kebun komunitas bersama. Saat ini, enam taman unik untuk pendidikan sains dan estetika telah tumbuh di sekitar pasar, mewujudkan visi “sebuah taman dalam jarak satu hingga dua menit dari rumah”.
Seni anyaman bambu kini bangkit kembali dalam bentuk baru. Diubah menjadi lampu modern, instalasi abstrak, dan bentuk seni lainnya, keterampilan ini kini menjadi bagian dari lingkungan harian masyarakat. Studio seniman dan grup tari menghuni rumah-rumah tua, menghidupkan kembali bangunan-bangunan bersejarah. Usaha-usaha baru—kedai kopi, toko buku, dan butik—mulai tumbuh, membentuk ekosistem komersial yang beragam.
Masyarakat, yang sebelumnya hanya menjadi penonton, kini aktif terlibat dan menjadi pencipta bersama dalam transformasi yang sedang berlangsung ini.
Anyaman Bambu sebagai Jembatan: Jalan Menuju Kebangkitan Budaya
Saat proyek dimulai, banyak pengrajin lansia merasa ragu. “Ini tidak praktis, tidak ada yang akan membelinya,” kata mereka. Ketika seniman asing menyarankan agar keranjang dibuat lebih kecil, ide itu ditolak mentah-mentah.
Namun, terobosan datang lewat kesabaran dan bimbingan berkelanjutan. Tim seni mulai membayangkan kembali anyaman bambu—diubah menjadi lampu modern, patung abstrak, dan karya seni lainnya. Kerajinan yang dulunya fungsional kini diapresiasi karena nilai estetisnya, membuka pintu ke kemungkinan baru.
Secara perlahan, sikap para pengrajin pun berubah. Apa yang awalnya hanyalah eksperimen, berkembang menjadi pertukaran kolaboratif. Para pengrajin mulai mengadakan “lokakarya” untuk menyempurnakan keterampilan mereka. Barang-barang yang dulunya hanya dianggap berguna, kini dihargai sebagai seni—wujud ekspresi dan inovasi kreatif.
Keberhasilan proyek ini menarik pengunjung dari dalam dan luar daerah, mendorong pertumbuhan toko dan penginapan lokal. Untuk memastikan bahwa semangat artistik ini terus berlanjut, tim memperkenalkan proyek kolaboratif “Bola Anyaman Bambu”, di mana warga dapat merasakan seluruh proses mulai dari membelah bambu hingga menciptakan karya seni, mewariskan kehangatan kerajinan ini melalui keterlibatan langsung. Mahasiswa membawa proyek kelulusan mereka ke pasar seni, memberikan perspektif segar pada tradisi. Universitas seperti Guangdong University of Finance and Economics dan Foshan University juga turut terlibat dalam proyek riset, menciptakan siklus positif mengajar—berkarya—berpraktik.
“Xuyouji”: Merajut Jalan Baru dari Luohang
Apa yang bermula sebagai proyek seni lokal di Kota Danzao kini telah tumbuh menjadi salah satu dari tiga merek budaya dan pariwisata utama di tingkat distrik, bersama Festival Seni Lahan dan Liga Perahu Naga Super. Transformasi ini banyak didukung oleh visi jangka panjang dan dukungan nyata dari pemerintah Nanhai.
Melalui proyek pembangunan pedesaan “Seratus Kabupaten, Seribu Kota, Sepuluh Ribu Desa Berkualitas Tinggi”, pemerintah tak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga memperkenalkan sistem “Komisioner Khusus Industri Budaya”, yang menghubungkan seni, teknologi, dan bisnis dalam kolaborasi inovatif. Dengan membangun kemitraan antara pemerintah, seniman, dan komunitas lokal, proyek ini berhasil tumbuh dan menyatukan profesionalisme seni dengan kebutuhan masyarakat.
Dukungan yang konsisten ini telah menciptakan tanah yang sangat subur bagi seni berbasis komunitas. Dalam rencana ke depan, lebih banyak elemen lokal akan dipadukan dengan berbagai bentuk seni, berkembang seperti taman yang mekar penuh. Saat ini, cakupan “Xuyouji” terus meluas. Perluasan ini bukan sekadar peniruan, melainkan berbasis pada riset mendalam mengenai kondisi lokal dan akar budaya setiap wilayah, memastikan bahwa setiap proyek benar-benar sesuai dengan perkembangan komunitasnya.
Pada tahun 2025, proyek ini akan diperluas ke Kota Shishan di Distrik Nanhai, dengan memanfaatkan sejarah industrinya dan keunggulan transportasi seperti Jalur Kereta Guangshan, untuk menciptakan “Kawasan Seni Internasional Xiaotang”. Inisiatif di Shishan ini akan berfokus pada desain industri, menciptakan model pembangunan budaya dan ekonomi yang unik dan berbeda.
“Xuyouji” sedang merintis jalan yang dapat direplikasi untuk pembaruan kawasan perkotaan dan pedesaan. Dari menghidupkan kembali warisan budaya takbenda di Luohang hingga mengubah situs industri di Shishan, proyek ini konsisten menjalankan filosofi seni yang menempatkan ide sebagai inti, dengan kurator bertindak sebagai jembatan antara seniman, komunitas, dan pemerintah.
Dengan menggali potensi kreatif dari setiap daerah, proyek ini membuktikan bahwa seni lebih dari sekadar hiasan—ia mampu menghidupkan kembali. Ketika kerajinan tradisional bertemu dengan inovasi modern, dan kebutuhan lokal diselaraskan dengan dukungan pemerintah, bahkan pasar tertua pun bisa diberi kehidupan baru. Seiring berkembangnya “Xuyouji”, lebih banyak komunitas akan menemukan jalan mereka sendiri menuju kebangkitan budaya dan seni.
Keterangan Foto: Warga komunitas ikut serta dalam proses kreatif di studio seniman, bersama-sama mempersiapkan pameran besar tahunan Art Bazaar.
Recent Comments