MANILA, FILIPINA – Media OutReach Newswire -Dalam Konferensi Regional Jaringan Asia-Pasifik untuk Anak Usia Dini (ARNEC) 2025 yang baru-baru ini diselenggarakan, Tanoto Foundation, sebuah organisasi filantropi independen yang mendorong perubahan sistem dalam bidang pendidikan dan kesehatan, mempresentasikan dua model pengasuhan anak usia dini berbasis komunitas yang sukses dari Indonesia dan Tiongkok. Kedua inisiatif tersebut, yaitu Rumah Anak SIGAP dari Indonesia dan program HOPE (Harnessing Opportunity through Parenting and Education) dari Tiongkok, menampilkan metode yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan perkembangan anak di daerah pedesaan dan komunitas yang kurang terlayani.
Kedua program ini menargetkan rentang usia 0–3 tahun, yang disebut sebagai periode emas dalam kehidupan anak, di mana perkembangan otak berlangsung sangat cepat dan dapat mencapai 80 persen dari ukuran otak orang dewasa. Studi dari Center on the Developing Child di Harvard University bahkan menyebutkan bahwa perkembangan sel otak pada masa ini bisa mencapai 90 persen, menjadi dasar penting bagi kemampuan kognitif, bahasa, motorik, sensorik, serta respons emosional anak.
Namun, periode ini masih menjadi tantangan besar di banyak wilayah Asia. Studi tahun 2023 oleh Australian Council for Educational Research (ACER) menunjukkan bahwa 57 persen anak usia 0–3 tahun di beberapa wilayah Indonesia berisiko tidak mencapai potensi perkembangan optimal, dan 26 persen anak tinggal dalam lingkungan pengasuhan yang berkualitas rendah. Di Tiongkok, kekhawatiran serupa muncul dari tingginya angka keterlambatan perkembangan di daerah pedesaan, di mana lebih dari 80 persen anak usia 0–3 tahun tidak memenuhi setidaknya satu indikator perkembangan, menurut artikel Journal of Comparative Economics tahun 2019.
Dampak di Indonesia: Inisiatif Rumah Anak SIGAP
Program Rumah Anak SIGAP dari Tanoto Foundation di Indonesia menunjukkan hasil yang sangat positif. Evaluasi dampak menunjukkan bahwa anak-anak di daerah pedesaan yang mengalami keterlambatan perkembangan awal dan mendapatkan stimulasi melalui program ini mencatat kenaikan skor perkembangan rata-rata sebesar 1,06 poin, dibandingkan 0,53 poin untuk anak-anak di wilayah perkotaan.
Hingga tahun 2024, program ini telah menjangkau lebih dari 3.000 anak dan orang tua melalui 29 pusat layanan di lima provinsi: Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Jakarta, dan Riau.
Keberhasilan program ini terletak pada pemberdayaan kader komunitas sebagai agen perubahan, memperkuat kepemilikan lokal yang penting untuk keberlanjutan jangka panjang. Ancilla Irwan, Education Development Lead di Tanoto Foundation, menjelaskan bahwa kolaborasi yang erat dengan komunitas dan pemerintah telah menjadikan program ini sebagai “bagian penting dari ekosistem pengasuhan terintegrasi.”
Model ini diperkuat lagi dengan partisipasi Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, yang pada konferensi ARNEC mempresentasikan inisiatif kotanya yang mengintegrasikan pusat Rumah Anak SIGAP dengan pusat pencegahan stunting.
“Dari 64 orang tua yang diwawancarai, 59 melaporkan perubahan positif, seperti peningkatan praktik menyusui, pemberian makanan bergizi, dan keterlibatan yang lebih mendalam dengan anak. Perubahan paling signifikan terjadi di rumah, saat orang tua mulai berinteraksi secara konsisten dan penuh perhatian dengan anak-anak mereka,” ujar Radi Negara, Impact Evaluation Lead Tanoto Foundation.
Membangun Kesuksesan di Tiongkok: Program HOPE
Meniru keberhasilan di Indonesia, program HOPE di Tiongkok telah berhasil mengembangkan model berbasis komunitas untuk menjembatani kesenjangan perkembangan anak usia dini. Program ini telah melatih 330 fasilitator dan mendirikan 138 pusat layanan di lima provinsi: Beijing, Guizhou, Jiangsu, Jiangxi, dan Shandong, yang melayani lebih dari 16.000 anak usia 0–3 tahun beserta keluarganya di wilayah pedesaan.
“Investasi pada Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) mendorong kesetaraan sosial, memutus rantai kemiskinan antargenerasi, dan memperkuat modal manusia yang esensial bagi pembangunan berkelanjutan jangka panjang Tiongkok,” jelas Wu Wei, Country Head Tanoto Foundation Tiongkok.
Sebagai anggota tim inti ARNEC, Tanoto Foundation berkomitmen terhadap tujuan jaringan ini dalam memajukan PAUD melalui kemitraan yang kuat, berbagi pengetahuan, dan advokasi hak anak. Semangat kolaboratif ini ditegaskan kembali dalam sesi penutupan konferensi oleh Eddy Henry, Head of Policy and Advocacy Tanoto Foundation:
“Konferensi ini menunjukkan bagaimana kolaborasi dapat mendorong mobilisasi pengetahuan, memperkuat suara, dan memajukan agenda PAUD di seluruh kawasan Asia Pasifik. Saya berharap setiap organisasi yang berpartisipasi membawa pulang dan mengimplementasikan praktik-praktik terbaik ini di tingkat lokal, serta mendorong perubahan kebijakan agar setiap anak memiliki akses terhadap pengembangan usia dini yang inklusif, setara, dan berkualitas tinggi,” tutupnya.

Recent Comments