HONG KONG SAR / SHANGHAI & BEIJING, TIONGKOK / TAIPEI, TAIWAN / SYDNEY, AUSTRALIA / TOKYO, JEPANG – Media OutReach Newswire – Dalam konteks ketidakpastian geopolitik dan perdagangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, ekonomi global bergerak antara perlambatan yang diantisipasi dan risiko eskalasi. Kebijakan tarif Trump dan ketegangan di Timur Tengah membentuk lanskap ekonomi yang tak terduga untuk 2025–2026.

Dalam kondisi ini, dan setelah mempertimbangkan langkah-langkah yang telah diterapkan, Coface telah menurunkan peringkat 23 sektor serta 4 negara.

Tren Utama:

  • Tarif AS, meskipun sempat ditangguhkan atau dikurangi, telah mencapai level tertinggi dalam sejarah.
  • Hampir 80% negara maju mencatat peningkatan gagal bayar pada kuartal pertama 2025 dibandingkan 2024.
  • Sektor logam paling terpukul, sementara sektor industri tradisional (otomotif dan kimia) berada di bawah tekanan.
  • Sektor lain yang mengalami penurunan peringkat antara lain: Di AS: teknologi informasi & komunikasi serta ritel, Di China: tekstil dan pakaian, terpengaruh oleh bea masuk

Ekonomi Global: Ketidakpastian Jadi Kenyataan Baru

Outlook ekonomi global kini paling tidak pasti, sangat bergantung pada peristiwa (geo)politik dan keputusan perdagangan Presiden AS. Pengembalian tarif setelah periode penangguhan 90 hari (9 Juli untuk dunia, 12 Agustus untuk China) bisa berdampak signifikan pada pertumbuhan global. Pertumbuhan diperkirakan melambat (2,2% di 2025 dan 2,3% di 2026), dengan risiko penurunan—turun di bawah 2% bukan hal yang mustahil jika ketegangan geopolitik dan perdagangan meningkat.

Inflasi juga berada dalam ketidakpastian: stabilitas saat ini bisa terganggu, dan inflasi AS bisa mencapai 4% pada akhir 2025, terutama jika harga energi naik. Bank sentral besar kemungkinan akan terus bersikap hati-hati. Namun jika inflasi AS terkendali, The Fed berpotensi mulai menurunkan suku bunga pada musim gugur 2025. ECB menyatakan akan tetap mempertahankan kebijakan pemangkasan suku bunga, dan mendekati suku bunga acuan tertingginya.

Ketidakpastian di Eropa juga tinggi, karena konsolidasi fiskal yang tertunda lama mungkin baru dijalankan, sementara Jerman merancang program stimulus yang dampaknya masih sulit diperkirakan.

Ketegangan Timur Tengah dan Keberlimpahan Pasokan: Pasar Minyak di Garis Tipis

Konflik Israel–Iran telah memicu kekhawatiran terhadap pasokan minyak. Gangguan atau blokade di Selat Hormuz (20 juta barel/hari, 20% pasokan global) bisa mendorong harga ke atas USD 100 per barel. Namun, tanpa krisis besar, fundamental pasar justru menunjukkan tren penurunan harga akibat peningkatan produksi di negara non-OPEC+, melemahnya permintaan karena ketegangan dagang, serta kembalinya pasokan dari anggota OPEC+ (+2,2 juta barel/hari). Harga diperkirakan tetap sangat volatil, namun berkisar antara USD 65–75 per barel.

Ekonomi Maju: Campuran Kekuatan dan Kerentanan

Perekonomian AS menghadapi dua ketidakpastian: besarnya tarif bea cukai dan bagaimana tarif tersebut akan diserap oleh perekonomian. Meskipun kepercayaan konsumen menurun, lapangan kerja bertahan dan kontraksi PDB (-0,2% di Q1) merupakan cerminan dari penimbunan preventif oleh bisnis.

Di Eropa, Jerman mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan di kuartal pertama, Perancis tetap lesu, Italia bisa kehabisan tenaga, sementara Spanyol terus mendapatkan keuntungan dari pariwisata dan dana Eropa untuk mempertahankan momentum.

Ekonomi berkembang menjadi korban pertama dari gejolak perdagangan

Di RRT, gencatan senjata sementara pada tarif telah menyebabkan lonjakan ekspor, tetapi prospeknya rapuh. India, meskipun menghasilkan pertumbuhan lebih dari 7% pada kuartal pertama, mengalami perlambatan konsumsi dan ruang fiskal yang menyusut.

Di Amerika Latin, Meksiko menanggung beban ketidakpastian perdagangan, dengan pertumbuhan nol yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2025. Brasil, setelah rebound di sektor pertanian setelah kerugian yang disebabkan oleh El Nino, diperkirakan akan mengalami kontraksi karena kebijakan moneter yang ketat (suku bunga acuan dinaikkan menjadi 15%). Di Argentina, momentum yang dihasilkan oleh Mileinomics sangat kuat dan, meskipun cadangan devisanya rendah, dapat membukukan pertumbuhan PDB sebesar 5% pada tahun 2025 dan 3,5% pada tahun 2026.

Metalurgi: Kelebihan kapasitas 600 juta ton baja yang membebani sektor global

Industri logam menghadapi krisis besar dengan kelebihan kapasitas baja sebesar 600 juta ton di 2024 (25% dari total produksi global). Lingkungan makro yang tidak menguntungkan, ketegangan energi, serta bea masuk baru terhadap baja memperburuk situasi produsen baja, terutama di Kanada, Meksiko, dan Eropa.
Kanada: Terjepit oleh Tarif

Kanada sangat rentan terhadap perang dagang karena 75% ekspornya ditujukan ke AS. Pertumbuhan melambat tajam setelah lonjakan di akhir 2024. Konsumsi menurun, investasi melemah, dan tingkat pengangguran mencapai 6,9%—level tertinggi sejak 2017. Ekspor turun drastis pada April karena ancaman tarif, terutama di sektor otomotif dan logam (dikenai tarif hingga 50%). Revisi kesepakatan USMCA yang kemungkinan dipercepat ke akhir 2025 dapat memperburuk ketidakstabilan ekonomi negara tersebut.

Untuk membaca studi lengkap, silakan klik tautan ini