KUALA LUMPUR, MALAYSIA – Media OutReach Newswire – Dolar Amerika Serikat (USD), yang selama ini dikenal sebagai mata uang cadangan dunia dan aset safe haven utama, kini menjadi mata uang utama dengan performa terburuk di tahun 2025. Octa Broker menjelaskan alasannya.

Peran historis dolar AS sebagai mata uang pelindung dalam kondisi ketidakpastian kini berada di ujung tanduk. Meski ketidakpastian makroekonomi global meningkat, investor justru mulai meninggalkan dolar, berlawanan dengan pola aliran safe haven yang konvensional. Depresiasi cepat greenback dalam beberapa minggu terakhir memicu spekulasi hilangnya kepercayaan terhadap statusnya sebagai aset aman.

Dengan pasangan USDCHF mencatat posisi terendah dalam beberapa tahun, Octa Broker menganalisis apakah kita sedang mengalami perubahan rezim besar di pasar, serta mengungkap alasan mengapa dolar AS tengah kesulitan di tengah gejolak perdagangan global.

Dolar AS, sering dijuluki “the buck” atau “the greenback”, telah lama menikmati posisi eksklusif dalam keuangan global. Sejak berakhirnya Perang Dunia II dan terbentuknya sistem moneter Bretton Woods, dolar menjadi pilar transaksi lintas negara, perdagangan internasional, dan cadangan devisa utama bagi bank sentral dunia. Dominasi tersebut didukung oleh ukuran ekonomi AS yang masif, pasar keuangan yang dalam dan likuid, perlindungan hak properti yang kuat, supremasi hukum, serta kekuatan militer AS yang tak tertandingi. Akibatnya, dolar menjadi mata uang perlindungan yang dipercaya oleh investor saat gejolak ekonomi atau pasar terjadi. Namun, ketegangan perdagangan global, khususnya akibat kenaikan tarif, serta ketakutan terhadap resesi global, kini merusak narasi tersebut dan melemahkan posisi mapan dolar.

Ketegangan Perdagangan dan Tekanan Terhadap Greenback

Dolar mulai mengalami pelemahan konsisten sejak pertengahan Januari 2025. Dalam waktu hanya tiga setengah bulan, Indeks Dolar (DXY) —yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya— turun lebih dari 10% dari puncaknya pada 13 Januari hingga ke posisi terendah 21 April. Pada 11 April, DXY bahkan menembus level kritis 100.00. Meski ada sedikit pemulihan, dolar tetap menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di antara mata uang utama tahun ini.

Pemicunya adalah kebijakan tarif agresif yang diberlakukan oleh Presiden AS saat ini, Donald Trump. Dengan tarif dasar 10% untuk semua impor, dan tarif tambahan lebih tinggi untuk mitra dagang utama seperti Tiongkok (yang membalas dengan tarif balasan 125% untuk barang-barang AS), kekhawatiran terhadap resesi global melonjak.
Tradisionalnya, ketidakpastian seperti ini akan mendorong investor beralih ke dolar. Namun kali ini, investor justru memilih franc Swiss (CHF) dan yen Jepang (JPY) sebagai safe haven baru.

Pergeseran Strategi Lindung Nilai Investor

Kar Yong Ang, analis pasar keuangan di Octa Broker, mengungkapkan bahwa pelemahan dolar terbaru disebabkan oleh pergeseran diversifikasi investor ke mata uang alternatif demi lindung nilai atas risiko pertumbuhan ekonomi AS.

“”Kita sedang menyaksikan realokasi modal yang besar. Para pelaku pasar menyadari bahwa dalam perang dagang, tidak ada pemenang. Dalam jangka pendek, ekonomi AS akan menghadapi konsekuensinya, dan konsekuensinya tidak akan indah. Para pemain besar dengan investasi besar di AS menyadari bahwa mereka perlu melakukan lindung nilai terhadap risiko mata uang mereka, sehingga mereka pindah ke franc Swiss dan yen Jepang. Selain itu, tarif yang lebih tinggi memicu kekhawatiran resesi, sehingga para pedagang telah meningkatkan taruhan mereka pada penurunan suku bunga tambahan oleh The Fed (Federal Reserve). Hal ini juga berdampak bearish pada greenback,” tutur Kar Yong Ang.

Memang, pada 21 April, USDCHF turun di bawah angka 0,80500, level yang belum pernah terjadi selama hampir 14 tahun, sementara USDJPY melayang di dekat area 140,00 yang kritis, penurunan di bawahnya akan membuka jalan menuju level terendah baru dalam beberapa tahun. Pergeseran signifikan dalam alokasi aliran modal telah mendorong beberapa analis untuk menyimpulkan bahwa dolar AS sedang menghadapi krisis kepercayaan. Namun, para analis Octa memiliki pandangan yang berbeda dan percaya bahwa situasi saat ini tidak mencerminkan erosi yang luas terhadap kepercayaan jangka panjang investor terhadap dolar AS.

Kar Yong Ang mengatakan: “Masalahnya bukanlah hilangnya kepercayaan mendasar terhadap prospek jangka panjang dolar AS. Apa yang kita saksikan saat ini adalah respons dramatis, namun logis terhadap kemungkinan implikasi ekonomi dari kebijakan perdagangan Donald Trump. Anda memiliki pemerintahan yang secara efektif menata ulang tatanan perdagangan global, yang tidak menyembunyikan ketidakpuasannya terhadap The Fed dan tampaknya percaya pada dolar yang lemah. Jika Anda adalah investor asing di AS, Anda tidak bisa tidak melakukan lindung nilai akhir-akhir ini. Namun, jangan lupa bahwa greenback telah jatuh dari level yang relatif tinggi, jadi koreksi turun yang sehat sudah lama tertunda. Dengan kata lain, penurunan dolar AS baru-baru ini bukanlah fenomena yang tidak biasa atau anomali; ini sangat wajar dan mungkin merupakan kejadian jangka pendek. Faktanya, bahkan setelah penurunan 11% pada tahun 2025, greenback masih sekitar 38% di atas level terendah historisnya pada tahun 2008. Selain itu, jelas bahwa begitu para aktor global utama mengadopsi retorika diplomatik yang lebih mendamaikan dan terlibat dalam negosiasi perdagangan yang aktif, situasinya akan segera menjadi normal.

Kesimpulan

Meski posisinya sebagai safe haven utama mungkin tidak sekuat dulu, dominasi dolar belum tergantikan. Menurut Bank for International Settlements (BIS), dolar masih digunakan dalam hampir 88% transaksi internasional. Dana Moneter Internasional (IMF) juga melaporkan bahwa lebih dari setengah (57,8%) dari $12,4 triliun cadangan devisa dunia masih disimpan dalam dolar AS. Dengan demikian, walau dolar bukan lagi pelarian otomatis bagi investor dalam krisis, perannya sebagai fondasi pasar valuta asing tetap kokoh untuk saat ini.

Disclaimer: Konten ini bersifat umum dan bukan merupakan nasihat investasi, rekomendasi, atau tawaran untuk melakukan aktivitas investasi. Semua tindakan berdasarkan konten ini sepenuhnya menjadi risiko pengguna. Octa dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas kerugian atau konsekuensi yang timbul dari ketergantungan terhadap materi ini. Perdagangan mengandung risiko dan mungkin tidak cocok untuk semua investor. Gunakan penilaian dan evaluasi risiko secara bijak sebelum mengambil keputusan investasi. Ketersediaan produk dan layanan dapat berbeda di setiap yurisdiksi. Pastikan kepatuhan terhadap hukum lokal Anda sebelum mengaksesnya.