SINGAPURA – Media OutReach Newswire – Sebuah laporan IDC InfoBrief terbaru yang ditugaskan oleh Expereo mengungkap bahwa perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik (APAC) yang tengah mengembangkan strategi kecerdasan buatan (AI) menghadapi titik kritis dalam transformasi digital mereka.

Laporan berjudul Enterprise Horizons 2025: Technology Leaders Priorities – Achieving Digital Agility, yang disponsori oleh Expereo, menyoroti bahwa keterbatasan dalam infrastruktur jaringan saat ini menjadi hambatan utama dalam mewujudkan potensi transformatif AI di kawasan tersebut. Namun, temuan ini juga membuka peluang strategis bagi organisasi APAC untuk mempertahankan keunggulan mereka dalam ekonomi berbasis AI.

Berdasarkan survei terhadap 650 pemimpin teknologi di Eropa, Amerika Serikat, dan APAC, laporan ini mengungkap temuan mencolok: jaringan dan konektivitas kini menjadi prioritas teknologi utama bagi organisasi di APAC. Sebanyak 43% responden di kawasan ini berencana meningkatkan investasi pada sektor jaringan dalam 12 bulan ke depan — sebuah lonjakan yang menegaskan kesadaran bahwa konektivitas yang kuat dan fleksibel merupakan fondasi penting untuk kesuksesan implementasi AI.

Namun, laporan tersebut juga menyampaikan kenyataan pahit: 94% perusahaan melaporkan bahwa jaringan mereka membatasi kemampuan dalam menjalankan proyek berbasis data besar dan AI. Statistik yang mengkhawatirkan ini mencerminkan adanya jurang besar antara ambisi AI perusahaan dan kapabilitas infrastruktur jaringan yang ada saat ini. Jaringan yang tidak lincah, kapasitas yang terbatas, dan performa yang kurang memadai menciptakan hambatan serius, mulai dari penurunan produktivitas hingga hilangnya peluang bisnis dan peningkatan biaya operasional.

“Fokus terhadap jaringan ini mencerminkan perubahan perspektif yang signifikan. Bisnis di APAC kini memahami bahwa keberhasilan AI bergantung pada kemampuan untuk mengelola data, menghubungkan sistem, dan menyampaikan aplikasi secara cepat dan andal,” ungkap Eric Wong, Presiden Asia Pasifik, Expereo, dalam rilis, Selasa (29/4/2025).

“Dengan 9 dari 10 perusahaan di APAC melihat jaringan mereka sebagai faktor penghambat, organisasi harus mengadopsi solusi jaringan yang lebih dinamis dan adaptif. APAC memiliki ambisi untuk menjadi pemimpin dalam AI — dan modernisasi jaringan adalah kunci untuk membuka potensi tersebut.”

Temuan Tambahan dari IDC InfoBrief:

  1. Setengah dari perusahaan mengalami kerugian finansial akibat jaringan yang tidak andal dan ketinggalan zaman.
    Ketergantungan terhadap aplikasi berbasis AI membuat gangguan jaringan memiliki dampak besar terhadap operasional. Downtime kini berarti kehilangan pendapatan, rusaknya reputasi, dan turunnya kepercayaan pelanggan.
  2. Modernisasi jaringan kini semakin banyak dialihdayakan ke mitra layanan.
    Kompleksitas jaringan dan keterbatasan talenta teknis membuat organisasi APAC menggandeng penyedia layanan terkelola (managed service providers) untuk membantu proses transformasi infrastruktur mereka.
  3. Modernisasi jaringan juga berperan dalam mendukung keberlanjutan.
    Dengan meningkatnya fokus APAC terhadap pembangunan berkelanjutan, modernisasi jaringan dapat berkontribusi terhadap efisiensi energi, pengurangan emisi karbon, dan praktik bisnis yang ramah lingkungan.

Untuk membaca *laporan lengkap IDC InfoBrief, Enterprise Horizons 2025: Technology Leaders Priorities – Achieving Digital Agility, dokumen #EUR253271325, Maret 2025, silakan kunjungi: https://www.expereo.com/enterprise-horizons-2025