Erbil, IRAK – Media OutReach – 16 April 2019 – Untuk menyiapkan personel bandara yang tanggap akan situasi logistik pasca bencana, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNDP) dan DPDHL menjalin kerjsama dengan Pusat Koordinasi Krisis Gabungan (JCCC) Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) menggelar lokakarya ‘Bandara Siap untuk Bencana’ (GARD)  di Irak dari 14 April sampai 18 April 2019 mendatang.

(Dari Kiri ke Kanan) Chris Weeks, Wakil Presiden, Layanan Kemanusiaan, Deutsche Post DHL Group, Vakhtang Svanidze, Deputi Negara Direktur Operasi, Hoshang Mohammed, Direktur Umum JCC dan Kawa Aziz, Deputi Direktur Umum EIA di lokakarya ‘Bandara Siap untuk Bencana ‘(GARD) di Irak. Sejak 2009 hampir 50 lokakarya GARD telah diselenggarakan di 24 negara, dan hampir 1.160 peserta telah dilatih.

Lima hari lokakarya akan memberikan pelatihan bagi kelompok campuran yang terdiri dari tiga puluh (30) staf bandara serta para karyawan dari instansi pemerintah terkait, di Bandara Internasional Erbil. Langkah ini adalah pertama kalinya sebuah lokakarya GARD diadakan di Irak.

Di samping masalah keamanan, Irak menghadapi beberapa ancaman dari bencana alam akibat iklim bervariasi, termasuk kekeringan dan penggurunan, banjir, badai pasir, dan gempa bumi. Sepanjang perbatasan dengan Iran, di mana lempeng tektonik Eurasia dan Arab bertemu, gempa bumi sering terjadi. Pada bulan November 2017, sebuah gempa besar berkekuatan 7,3 SR melanda wilayah ini. Ini adalah yang terbesar yang pernah tercatat di wilayah ini dan dianggap sebagai gempa paling mematikan di dunia tahun itu.

Chris Weeks, Wakil Presiden, Layanan Kemanusiaan dari Deutsche Post DHL Group mengatakan, Deutsche Post DHL Group sangat senang akan melakukan lokakarya GARD pertama kami di Irak, dan berharap pihak berwenang di sini melihat nilai dalam pelatihan.

“Sebagai responden yang sering menolong setelah bencana-bencana alam, kami di DPDHL melihatnya lagi dan lagi, bahwa bandara dengan cepat kewalahan oleh kekacauan datangnya bantuan kemanusiaan, personil PBB dan LSM, organisasi militer dan kerumunan orang yang mencoba untuk pergi. Fakta ini bahwa bantuan kemanusiaan kadang-kadang tiba lebih cepat dari kesiapan bandara mengaturnya keluar, dan Anda mendapatkan hambatan besar dalam aliran logistik bantuan. Waktu sangat penting ketika terjadinya bencana dan lebih efisien sebuah bandara memperoses pesawat terbang yang masuk, bantuan diperlukan cepat bisa keluar untuk mereka yang membutuhkan,” katanya.

Salah satu hasil yang diharapkan dari lokakarya GARD adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah di bandara yang berpotensi bisa berfungsi sebagai lokasi-lokasi penting untuk operasi-operasi logistik bencana. Lokakarya GARD juga akan mengevaluasi kapasitas bandara dalam memproses jumlah para penumpang yang tinggi  dan kargo serta  pergudangan pasokan-pasokan bantuan.

“Kami sangat senang dengan kerjasama ini dan kami menyambut inisiatif jenis pertamanya ‘GARD’ ini sebagaimana ia akan lebih meningkatkan kapasitas manajemen krisis kami untuk menanggapi orang-orang yang terkena dampak bencana tepat waktu melalui percepatan dan -pelacakan cepat impor dan pergerakan barang-barang bantuan dan bantuan kemanusiaan serta masuk dan keluar dari personil kemanusiaan. Kami ucapkan terima kasih kepada UNDP Irak dan DPDHL untuk melakukan program ini,” ucap Mr. Hoshang Mohamed, Direktur Umum Pusat Koordinasi Krisis Gabungan KRG ini, Kementerian Dalam Negeri.

Sementara itu Mr. Vakhtang Svanidze, UNDP Resident Representative di Irak mengatakan hal-hal kesiapan bandara ke UNDP karena ancaman bencana alam atau buatan manusia tetap tinggi. Misalnya, karena hujan lebat, negara terus mengalami banjir dalam skala besar yang merusak kehidupan, orang-orang terlantar dan properti yang hancur. Bendungan Mosul menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kehidupan dan mata pencaharian masyarakat yang rentan sepanjang dataran banjir Tigris.

“Pengelolaan logistik respon bencana skala besar dapat menjadi kompleks. Transportasi udara sangat penting untuk memberikan bantuan kemanusiaan dengan cerdas dan cepat, dan karena itu UNDP aktif mendukung peranan penting kesiapan bandara untuk tanggap bencana yang efisien,” pungkas Mr. Svanidze.

Sebagai informasi, sejak tahun 2009 hampir 50 lokakarya GARD telah diselenggarakan di 24 negara, dan hampir 1.160 peserta telah dilatih. Di Timur Tengah, lokakarya sebelumnya diadakan di Teheran (2017), Almaty (2017), Aqaba (2016), Amman (2014), Yerevan (2013) dan Beirut (2012).

Di Internet: dpdhl.com/press

Ikuti kami di: twitter.com/DeutschePostDHL

Tentang GARD

Pada tahun 2009, GARD dikembangkan oleh Deutsche Post DHL Group bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP) dengan tujuan mempersiapkan bandara di daerah rawan bencana untuk menangani lonjakan barang bantuan yang masuk setelah bencana alam terjadi. Hal ini juga memungkinkan berbagai organisasi dan lembaga-lembaga bantuan untuk lebih memahami proses di bandara setelah terjadinya bencana, yang akan membantu memfasilitasi upaya-upaya bantuan dan meningkatkan koordinasi secara keseluruhan.

Sampai saat ini, lokakarya GARD telah diadakan di lebih dari 43 bandara di Armenia, Bangladesh, Republik Dominika, El Salvador, Ekuador, India, Indonesia, Yordania, Lebanon, Makedonia, Maladewa, Nepal, Panama, Peru, Filipina, Seychelles, Sri Lanka dan Turki.

Para pelatih dan materi pelatihan GARD disediakan secara gratis oleh Deutsche Post DHL Group sementara UNDP memimpin pelaksanaan proyek dan memfasilitasi koordinasi dengan otoritas nasional dan kementerian pemerintah.  Pengaturan lokakarya pelatihan dan biaya logistik GARD sepenuhnya ditanggung oleh UNDP dengan kontribusi dana oleh pemerintah Jerman.

GARD merupakan bagian integral dari program GoHelp Deutsche Post DHL Group di mana semua kegiatan kelompok Grup yang berkaitan dengan kesiapan dan penanggulangan bencana. Sebagai bentuk pencegahan krisis, lokakarya GARD digunakan untuk mempersiapkan bandara-bandara untuk mengatasi bencana alam potensial. Ketika bencana terjadi, Tim Tanggap Bencana (DRTs) memberikan bantuan darurat dan memastikan bahwa pasokan-pasokan bantuan dapat diterima secara terkoordinasi dan diteruskan ke organisasi-organisasi bantuan yang benar.

DRTs didirikan bekerja sama dengan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA). Mereka mencakup jaringan di seluruh dunia lebih dari 400 relawan, semua karyawan yang terlatih khusus dari Deutsche Post DHL Group.

Tentang Deutsche Post DHL Group

Deutsche Post DHL Group adalah perusahaan mail dan logistik terkemuka dunia. Grup ini menghubungkan orang dan pasar dan merupakan pengaktif dari perdagangan global. Ia bercita-cita untuk menjadi pilihan pertama bagi para pelanggan, karyawan dan investor di seluruh dunia. Kelompok ini memberikan kontribusi kepada dunia melalui praktik bisnis yang bertanggung jawab, tanggung jawab sosial korporat dan aktivitas-aktivitas lingkungan. Pada tahun 2050, Deutsche Post DHL Grup bertujuan untuk mencapai logistiknol emisi.

Deutsche Post DHL Group adalah rumah bagi dua merek yang kuat: Deutsche Post adalah penyedia layanan pos terkemuka Eropa. DHL menawarkan berbagai komprehensif ekspres internasional, angkutan barang, dan jasa manajemen rantai pasokan, serta solusi logistik bisnis digital. Deutsche Post DHL Group mempekerjakan sekitar 550.000 orang di lebih dari 220 negara dan wilayah di seluruh dunia. Kelompok ini menghasilkan pendapatan lebih dari 61 miliar euro pada 2018.

Die Post für Deutschland. Perusahaan logistik untuk dunia.

Tentang UNDP

UNDP bekerja di  170 negara dan wilayah, membantu untuk mencapai pemberantasan kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan dan pengucilan. UNDP membantu negara-negara untuk mengembangkan kebijakan, keterampilan kepemimpinan, kemampuan bermitra, kemampuan kelembagaan dan membangun ketahanan dalam rangka untuk mempertahankan hasil-hasil pembangunan.