SINGAPURA – Media OutReach – Studi terbaru yang dilakukan oleh JobStreet, Decoding Global Career Shifts, mengungkapkan, 72 persen pekerja di Asia bersedia mengikuti pelatihan ulang untuk pekerjaan baru dalam situasi apapun ketika mereka bersiap menghadapi tuntuk ketrampilan setelah pandemi.
Selain itu, 25 persen lainnya mengatakan bahwa mereka bersedia untuk berlatih kembali jika diperlukan. Sebanyak 66.624 responden di Asia dari 209.000 peserta di 190 negara, berpartispasi dalam penelitian ini.

Dari 72 persen responden yang bersedia mengikuti pelatihan ulang dalam hal apapun, sebagian besar bekerja di Pekerjaan Manual & Manufaktur (75,87%); Digitalisasi & Otomasi (75,72%); dan industri Layanan Pelanggan (75,68%). Mereka yang berusia antara 21 dan 50 adalah yang paling tertarik untuk berlatih kembali, dan bidang yang paling menarik bagi mereka adalah IT & Teknologi (26,58%), Digitalization & Automation (25,10%), dan Administrasi & Kesekretariatan (19,25%).

Studi ini dilakukan berkat kerjjasama SEEK Asia (perusahaan induk JobStreet), Boston Consulting Group (BCG) dan The Network. Ini adalah rilis ketiga dalam serangkaian publikasi yang berfokus pada dampak pandemi pada preferensi dan harapan pekerja. Data yang dikumpulkan untuk Decoding Global Career Shifts memberikan wawasan tentang preferensi pekerja berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat keterampilan digital, dan posisi dalam hierarki pekerjaan.

Otomatisasi dipersepsikan sebagai ancaman bagi keamanan pekerjaan seseorang

Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh pandemi muncul pada saat pekerja di hampir semua bidang telah memiliki tingkat kekhawatiran tertentu untuk digantikan dengan teknologi. Lebih dari 49 persen pekerja di Asia menjadi lebih peduli tentang otomatisasi selama pandemi. Menurut survei, 4 dari 5 negara teratas, pekerja merasa khawatir akan digantikan oleh teknologi adalah negara-negara Asia. Mereka adalah sebagai berikut: Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.

Pekerja yang paling mengkhawatirkan ancaman otomatisasi adalah mereka yang berkerja di sektor Lembaga Keuangan (54,89%) serta Asuransi (54,50%), Telekomunikasi (53,96%), Teknologi (53,58%) Publik (50,47%) dan Barang Industri (50,12%). Mereka yang memegang peran pekerjaan seperti hukum; penjualan; rekayasa & teknis; dan kesehatan dan obat-obatan umumnya kurang memperhatikan.

Pekerja secara aktif mengembangkan keterampilan baru

Pada tahun lalu, para pekerja telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ini mungkin ada hubungannya dengan kesadaran mereka bahwa keamanan kerja tidak lagi menjadi jaminan di dunia yang terus berubah ini, dan bahwa kemampuan kerja mereka tergantung pada keahlian mereka. 34,24 persen pekerja mengatakan bahwa mereka telah menghabiskan waktu yang signifikan (beberapa bulan atau lebih per tahun ) untuk belajar, sementara 29,37 persen mengatakan mereka telah menghabiskan beberapa minggu dalam setahun untuk melakukannya.

Diantaran lembaga paling populer yang mereka gunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan baru, yaitu On the job training (73,92%), belajar mandiri (56,98%), dan lembaga pendidikan online (46,29%).

Laporan lengkap dapat diakses melalui link berikut: https://www.jobstreet.com.sg/en/cms/employer/decodingglobaltalent