SINGAPURA – Media OutReach Newswire – Di kawasan Asia Pasifik, kita melihat adanya rasa optimisme yang tinggi di antara para pelaku bisnis dalam menghadapi perekonomian yang tidak menentu dan penuh tantangan
saat kita menatap awal yang baru di tahun 2024.

Faktor-faktor seperti ekonomi digital yang berkembang pesat dan ledakan teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang belum pernah terjadi sebelumnya akan menempatkan kita pada jurang transformasi substansial di kawasan ini karena bisnis bergerak dari hype menjadi kenyataan, dan menyalurkan investasi yang semakin meningkat ke dalam teknologi untuk membantu membentengi operasi mereka dan membangun ketahanan bisnis yang lebih besar terhadap potensi gangguan di masa depan.

“Seiring dengan upaya organisasi-organisasi di Asia Pasifik untuk memperluas jejak global mereka di tahun mendatang, mereka harus melakukan pergeseran yang diperhitungkan dan strategis untuk membangun bisnis yang lebih berkelanjutan dan tangguh. Ekonomi digital yang terus berkembang masih penuh dengan peluang, tetapi bisnis harus terus berinvestasi pada tiga pilar yaitu konektivitas, teknologi, dan sumber daya manusia sebagai pilar utama keunggulan strategis, atau mereka akan berisiko tertinggal,” kata Eric Wong, Head of Asia Pacific, Expereo, dalam rilisnya, Kamis (18/1/2024).

Expereo ingin berbagi tiga tren utama yang mendukung pandangan ini:

Tren Pertama: Konektivitas dan infrastruktur digital sebagai Tulang Punggung Pertumbuhan Perusahaan

Konektivitas berkembang pesat dari sekadar alat operasional dasar menjadi aset strategis untuk pertumbuhan bisnis. Hal ini terutama terlihat dalam adopsi teknologi baru di Asia Pasifik seperti satelit Low Earth Orbit (LEO), yang menawarkan wilayah dengan medan yang menantang, seperti daerah pedesaan di Indonesia dan Filipina, kemampuan komunikasi dan akses internet yang lebih baik. Selain itu, hal ini juga memungkinkan model operasional yang lebih lincah, terukur, dan efisien, yang sangat penting bagi perusahaan yang ingin memperluas jejak mereka di pasar global.

Di saat yang sama, pasar Asia Pasifik yang berkembang pesat seperti Tiongkok dan Singapura mendorong kebutuhan akan infrastruktur digital yang dibangun khusus yang mampu mengelola permintaan yang terus meningkat akan konektivitas berkecepatan tinggi, keamanan siber yang canggih, dan aplikasi yang mendukung kecerdasan buatan (AI). Memiliki infrastruktur yang tepat untuk mengakomodasi teknologi yang terus berkembang memastikan bahwa bisnis tetap kompetitif dan lincah di pasar yang bergerak cepat. Meskipun membangun kemampuan digital semacam itu secara internal merupakan tugas yang berat dengan biaya awal yang berpotensi selangit, bermitra dengan vendor yang memiliki kemampuan yang relevan dapat menawarkan penghematan biaya bagi bisnis untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.

Tren Kedua: AI akan Bergeser dari Hype ke Realitas

AI telah muncul sebagai kekuatan transformatif, merevolusi cara bisnis beroperasi, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan pelanggan dan karyawan. Sama seperti AI dan analitik prediktif yang memiliki potensi untuk membentuk kembali keterlibatan pelanggan dan memungkinkan interaksi yang lebih personal, AI juga dapat berperan dalam retensi dan rekrutmen karyawan melalui wawasan yang mendorong pengalaman karyawan yang lebih baik. Hal ini akan sangat membantu dalam mengurangi krisis talenta yang sedang berlangsung, seperti yang dicatat oleh sepertiga (29%) CIO APAC yang mengakui bahwa mereka kesulitan untuk mempekerjakan pekerja berpengetahuan tinggi yang akan mendorong rencana ekspansi global mereka.

Tren Ketiga: Menjaga Keseimbangan Antara Keberlanjutan dan Pertumbuhan

Tuntutan pemangku kepentingan terkait keberlanjutan semakin meningkat, dengan bisnis yang semakin tertekan untuk mengeksplorasi strategi yang menyelaraskan tujuan keberlanjutan dengan upaya pertumbuhan. Melatih model AI, serta menjalankan alat inferensi AI, membutuhkan sumber daya komputasi yang besar dan menghabiskan banyak energi. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang ingin mengintegrasikan AI sebagai bagian dari bisnis sehari-hari, penting bagi C-suite untuk membahas potensi dampak lingkungan dan etika yang terkait dengan pemenuhan permintaan akan alat dan solusi yang mendukung AI