SINGAPURA – Media OutReach – Penyumbatan yang terjadi padajenis pembuluh darah vena ditandai dengan pembentukan gumpalan darah yang meningkat secara abnormal dari yang dibutuhkan secara fisiologis di dalam vena yang cenderung terjadi akibat koagulabilitas abnormal atau kondisi endotel.

Keterangan Foto: Dr Lee Lai Heng, Konsultan Senior, Departemen Hematologi, Rumah Sakit Umum Singapura

Gumpalan darah dapat terlepas dan masuk ke dalam sirkulasi dan terlepas di dalam arteri di paru-paru yang dapat mengancam jiwa. Yang perlu diperhatikan adalah satu angka mengejutkan yang dilaporkan oleh International Society for Thrombosis and Haemostasis (ISTH): seperempat populasi global meninggal akibat kondisi yang disebabkan oleh penyumbatan (trombosis) setiap tahunnya.

Tindakan pencegahan terhadap trombosis vena dalam (DVT) dimulai di rumah dengan perubahan perilaku, berlanjut di tempat kerja dengan lebih banyak bergerak, dan pasien yang dirawat di rumah sakit harus dinilai untuk mengetahui faktor risiko terjadinya trombosis vena dalam, demikian rekomendasi para dokter. Untuk membantu menerapkan rekomendasi guna mencapai pengurangan risiko DVT berskala besar, International Society on Thrombosis and Haemostasis (ISTH) telah menjalankan kampanye global yang dikenal dengan Hari Trombosis Sedunia (World Thrombosis Day/WTD), yang diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 13 Oktober. Untuk kesempatan tahun ini, ISTH meluncurkan “Tantangan Kebugaran 60 Untuk 60” untuk mempromosikan olahraga “setiap 60 menit dengan 60 detik gerakan otot”.

Lee Lai Heng, Konsultan Senior, Departemen Hematologi, Rumah Sakit Umum Singapura, mengatakan bahwa orang-orang menjadi semakin rentan terhadap gaya hidup yang kurang gerak karena teknologi yang terus berkembang terus memberikan mereka kemudahan dalam kehidupan sehari-hari serta memanjakan mereka dalam aktivitas media sosial dan komputer game.

Gerakan tubuh yang tidak memadai dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah dalam pembuluh darah hingga menyumbat, yang berujung pada trombosis, serta kemungkinan terjadinya komplikasi yang parah. Telah ada laporan mengenai orang-orang yang sehat, yang mengalami trombosis vena dalam setelah duduk bekerja atau bermain game di depan komputer dalam waktu yang lama, serta setelah bermain mahyong maraton.

Faktor risiko utama yang mempengaruhi perkembangan DVT antara lain:

  • Tidak bergerak dalam waktu lama, baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Sirkulasi darah di tungkai bawah melambat ketika tubuh tidak bergerak, misalnya selama istirahat di tempat tidur dalam waktu lama, duduk berjam-jam, terutama dalam posisi yang janggal, yang mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap pembentukan bekuan darah.
  • Rawat inap dan operasi besar: Lebih dari 60% kasus trombosis adalah pasien yang telah dirawat di rumah sakit terlalu lama atau mengalami trauma vaskular setelah operasi. Pergerakan mereka yang terbatas membuat mereka berisiko.
  • Rawat Inap dan Penyakit Parah: Pasien dengan penyakit jantung dan paru-paru yang lemah serta mereka yang mengalami infeksi berat dan kondisi inflamasi rentan mengalami DVT selama rawat inap.
  • Kanker dan pengobatan kanker – Dibandingkan dengan orang sehat, pasien kanker 4 kali lebih mungkin mengalami trombosis, yang kemudian dapat menghambat pengobatan kanker mereka
  • Kontrasepsi oral, penggantian hormon dan kehamilan: Kontrasepsi oral berbasis estrogen dan obat-obatan meningkatkan kadar faktor pembekuan darah, sehingga menjadi predisposisi pembekuan darah. Wanita hamil juga berisiko lebih tinggi, karena darah mereka menjadi lebih kental selama kehamilan dan 6 minggu pertama setelah melahirkan. Pada populasi umum, risiko VTE pada wanita sehat yang sedang menggunakan obat hormonal atau sedang hamil adalah rendah; tetapi dengan adanya faktor risiko tambahan lainnya, risiko VTE meningkat secara substansial.
  • Merokok dan obesitas yang merupakan faktor risiko penyakit aterosklerotik yang sudah dikenal luas juga ditemukan meningkatkan risiko tromboemboli vena.
  • Penyebab Keturunan dengan kondisi seperti defisiensi antitrombin, defisiensi protein C dan protein S yang merupakan predisposisi genetik dengan peningkatan kemampuan pembekuan darah, cenderung mengalami tromboemboli vena (VTE). Kecenderungan genetik lain seperti Faktor V Leiden dan mutasi gen Protrombin yang umum terjadi di barat sangat jarang terjadi di sini. Ada juga kecenderungan herediter lain terhadap VE yang mungkin tidak dijelaskan dengan baik, jadi jika ada riwayat keluarga dengan VTE, kita harus berhati-hati dalam menerapkan tindakan pencegahan dalam situasi berisiko tinggi.

“Tindakan pencegahan adalah pendekatan terbaik untuk mengurangi risiko trombosis, dan yang paling mudah dilakukan oleh kebanyakan orang. Cukup hindari perilaku berisiko. Jaga gaya hidup dan berat badan yang sehat. Jangan merokok. Jangan duduk diam terlalu lama. Gerakkan tubuh Anda. Luangkan waktu secara teratur untuk berolahraga. Mintalah dokter untuk menilai risiko Anda secara berkala jika Anda perlu mengawasi paparan risiko yang diketahui. Kesadaran akan faktor risiko sangat penting untuk persiapan yang efektif, jika diperlukan,” kata Dr Lee Lai Heng.

Karena trombosis akan terus menjadi pembunuh diam-diam, ISTH merasa sangat penting untuk menetapkan WTD, yang sekarang diperingati secara global pada tanggal 13 Oktober, untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit ini. Merayakan ulang tahunnya yang ke-10, tema kampanye tahun ini, Move Against Thrombosis, mendorong orang untuk bangun dan bergerak untuk meningkatkan sirkulasi darah, yang dapat membantu menurunkan risiko penggumpalan darah.

ISTH juga membuat “Tantangan Kesehaan 60 Untuk 60”, dengan harapan agar setiap orang meluangkan waktu hanya 60 detik untuk bergerak untuk setiap 60 menit yang sebagian besar dihabiskan untuk duduk diam: berjalan-jalan di sekitar tempat yang sedang dikunjungi, menari dengan lagu favorit, melakukan gerakan memutar pinggul, dan masih banyak lagi contoh lainnya, yang kesemuanya itu merupakan tindakan pencegahan terhadap trombosis.